Wednesday, February 14, 2024

Kisah Louis XVII, Raja Kecil Yang Tidak Pernah Bertahta

Ia adalah anak dari Louis XVI dan Marie Antoinette. Lahir pada tahun 1785 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, ia merupakan anak laki-laki kedua. Setelah kakak lelakinya meninggal pada tahun 1789 akibat tuberkulosis tulang, ia menjadi tumpuan harapan untuk menjadi calon raja

Louis Charles diambil paksa dari Marie Antoinette, Elisabeth dan Marie Therese pada Juni 1793. Kemudian ia tinggal bersama Antoine Simon, seorang tukang sepatu kelahiran 1736 yang berpendidikan rendah. Tanggal 19 Januari 1794, Simon keluar dari penjara Temple ditemani istrinya. Dan pada 28 Juli 1794, ia dipenggal mati bersama Maximilien Robespiere. Itu adalah akhir dari masa Pemerintahan Teror. Pemerintahan Teror berlangsung selama 11 bulan, yang akan menghukum mati orang-orang yang tidak mendukung revolusi. Darah membanjir di mana-mana dan menimbulkan bau anyir mengganggu. Penduduk di sekitar tempat pemenggalan mengeluhkan karena bau ini, harga rumah di sekitar menjadi turun. 

Sepeninggal Simon, pengawasan penjara Temple dilakukan oleh empat orang komisaris. Empat orang komisaris ini ditunjuk harian oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pada Februari 1795, dua pria ditunjuk pemerintah untuk mengunjungi Louis Charles di penjara Temple. Saat masuk ke ruangan, Louis Charles terlihat duduk di depan meja segi empat. Ruangannya disebut bersih dan cukup terang. Di atas meja terlihat kartu-kartu yang sudah dibentuk menjadi wadah dan rumah-rumahan. Salah satu pria bapak Harmand bernama  bertanya pada Louis apakah ia ingin peliharaan berupa kuda, anjing, burung atau mainan2 lain, atau teman bermain untuk diperkenalkan sebelum ditempatkan bersama di ruangan. Lebih lanjut, pria itu bertanya apakah ia ingin jalan-jalan di taman atau ke atas. Apakah juga Louis ingin permen atau kue. Semua pertanyaan ini sama sekali tidak dijawab oleh Louis. Bahkan juga tidak dijawab dengan bahasa tubuh selain matanya menatap ke pria tersebut. Pria itu menjelaskan "kalau kamu menolak untuk menjawab, bagaimana kita bisa meneruskan tugas kita? Tujuan kita ke sini adalah untuk memberikan perawatan dan perhatian yang diperlukan. Untuk meningkatkan kondisimu. Demi kebaikanmu. Jawaban apa yang akan disampaikan ke pemerintah oleh kita sebagai wakil?"

Louis Charles tetap diam seribu bahasa. Matanya tetap menatap ke pria tersebut. Pria dan rekannya mulai putus asa. Pria yang bertanya itu merasakan kecewa yang sangat di hatinya. Ia memutuskan untuk keluar ruangan untuk ke atas, beberapa kali. Saat masuk lagi, pria itu duduk sangat dekat dengan tangan kanan Louis kecil. "Pak, berikan tangan kananmu". Louis kecil menuruti. Pria itu merasakan tumor di pergelangan tangan dan di siku. Tumor-tumor ini nampaknya tidak menyakitkan sebab saat diraba, Louis Charles tidak meringis kesakitan. "tangan yang satunya" pinta pria itu. Tidak ada tumor di tangan kiri. "Perbolehkan saya memeriksa paha dan lututmu, pak". Louis Charles pun berdiri. Pria itu merasakan ada yang bengkak di atas dan di bawah lutut. Saat berdiri, Louis Charles nampak seperti cacat, dan kekurangan vitamin D. Kaki, paha dan lengannya nampak panjang dan sangat kurus. Sementara tubuh bagian atas pendek. 

Pria itu meminta Louis untuk berjalan beberapa langkah. Louis pun berjalan sampai ke pintu dan kembali untuk duduk. Pria itu berencana mengirim dokter dan berharap Louis kecil menjawab semua pertanyaan dokter nanti. Pria ini meminta Louis kecil berjalan lagi, kali ini lebih lama. Namun permintaan ini tidak direspon. Tidak ada ekspresi apapun di wajah Louis kecil. Seolah-olah tidak ada pria itu di ruangan dan tidak ada orang yang berbincang dengannya. 

Makanan Louis berupa soup dengan sedikit polong lentil mengapung di atas. Disajikan di mangkuk kecil dari tanah liat. Kemudian sepotong mungil daging sapi yang nampak liat, disajikan di atas piring tanah liat. Selanjutnya, terdapat enam kastanye yang nampak hangus. Melihat ini, pria itu meminta menu ke depannya harus diubah, harus segera ditambahkan buah di menunya. Ia meminta anggur untuk diberikan segera, meskipun saat itu anggur langka.  Para suruhan pemerintah itu kembali masuk ke ruangan, melihat makanan yang disajikan semua telah dihabiskan. Ia bertanya apakah Louis kecil menikmati makananya, tidak dijawab. Kemudian anggur datang, ia memakannya tetap dengan diam. Mereka menawarkan anggur lagi jika mau, namun Louis tetap diam.

 Para suruhan pemerintah ini merasa bahwa upaya mereka sia-sia, jadi percuma memaksa Louis kecil untuk berbicara. Mereka merasa bahwa sikap diam Louis kecil adalah bentuk ketidaksukaan kepada utusan pemerintah ini. Mereka akan merekomendasikan pemerintah untuk mengirim utusan lain, mungkin lebih disukai oleh Louis kecil. "Apakah anda ingin kita pergi, pak?" Tak ada balasan. Pria-pria utusan pemerintah ini pun beranjak dari ruangan. Namun mereka tidak langsung meninggalkan penjara Temple, melainkan harus menunggu di ruangan lain selama 15 menit. Sambil membahas kondisi fisik dan mental Louis kecil. 

Bapak Hue yang dikenal sangat setia pada keluarga kerajaan mengetahui bahwa Louis kecil dalam kondisi yang sangat tidak sehat. Ia memohon kepada pemerintah untuk dibiarkan berdua di ruangan bersama Louis Kecil, namun permintaan ini ditolak. 

Pada bulan Mei 1795, beberapa orang yang datang melihat Louis Kecil mengatakan bahwa kondisi Louis kecil semakin buruk. Kemudian dikirim Pierre Joseph Dessault, seorang kepala dokter bedah, untuk memeriksa kondisi Louis. Usai memeriksa, Dessault mengatakan bahwa pemerintah menunggu terlalu lama untuk mengirim dirinya (memeriksa Louis) sehingga kondisi Louis sangat mengkhawatirkan, dan tidak ada harapan lagi untuk penyembuhan. Namun Dessault memohon agar Louis kecil segera dikirim ke pusat kota agar ia bisa mendapatkan perawatan yang terbaik. Dessault mengatakan meskipun penyembuhan ini tidak permanen, namun setidaknya bisa memperpanjang usianyahingga beberapa tahun. Pemerintah menolak permohonan Dessault. 

Louis Charles disebut sangat berterima kasih dengan kebaikan hati dokter Dessault, ia bersedia berkomunikasi dengannya. Sikap ini berbeda saat ia berhadapan dengan para utusan pemerintah dan penjaga penjara. Saat Dessault hendak mengakhiri pertemuannya dengan Louis Charles, Louis Charles ingin menahan Dessault namun ia juga enggan memohon kepada penjaga penjara. Tangan Louis Kecil menahan kerah Dessault. Tak lama kemudian, pada 1 Juni 1795, Dessault mendadak meninggal dunia. Hasil otopsi mengatakan bahwa Dessault meninggal dikarenakan radang otak atau demam tifoid, namun tidak disebutkan bahwa ia diracun. Tempat Dessault diperiksa apabila ia meninggalkan surat-surat berisikan kondisi Louis Kecil, namun tidak pernah ditemukan. 

Pada 5 Juni 1795, pemerintah mengirim dokter lain bernama Pelletan dan dokter Dumangin. Kedua dokter ini mengatakan sangat percuma untuk menyembuhkan Louis Kecil, sama yang dikatakan oleh mendiang dokter Dessault. Yang bisa mereka lakukan adalah memberikan kenyamanan di waktu-waktu terakhirnya. Kedua dokter ini menyalahkan petugas penjara tidak melepas jeruji jendela, yang bisa membuat ruangan gelap. Juga suara grendel pintu yang cukup besar, mengingatkan dirinya pada masa penyiksaan yang pernah ia alami. Hal ini bisa memperburuk kondisinya. Dokter Pelletan sangat bersuara mengenai protesnya. Kemudian Louis Kecil memberi tanda kepada Dokter Pelletan untuk mendekat dan memohon agar bisa berbicara lebih pelan "aku khawatir kalau kakak perempuanku mendengar. Aku akan menyesal kalau ia tahu aku sakit, sebab akan membuat dia sangat bersedih". Seperti yang diketahui, pada saat itu, ruang Marie Therese tepat berada di atas ruang Louis Charles. Perkataan Louis Kecil ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berhati lembut dan pengasih. Dokter Dumangin dan Pelletan memerintahkan agar Louis kecil dipindah ke jendela yang menghadap ke taman. Penampakan sinar matahari dan pepohonan hijau menghibur Louis Kecil. Sebagai rasa terima kasih, ia tersenyum kepada dua dokter ini. 

Pada 7 Juni 1795, Louis kecil sempat kehilangan kesadaran. Orang-orang yang menjaganya merasa bahwa waktunya telah tiba. Pada 8 Juni 1795 jam 2 siang, Louis Charles, yang juga raja Louis XVII kembali ke penciptanya, mungkin bertemu dengan mendiang kedua orang tuanya, dan juga bibi Elisabeth. Pada 10 Juni 1795, jasad Louis Kecil terbaring di ranjang tidur. Seorang dokter autopsi mengambil hati Louis Charles dan menempatkan pada wadah kristal, dan memberi tanda "L.C"  Pada 12 Juni 1795 pukul 8.30 malam, jasad Louis Charles ditempatkan di peti mati dan dibawa dari penjara Temple. Jasad Louis Charles dimakamkan di pemakaman Sainte Marguerite.

Sepeninggal Louis Charles, muncul banyak pria mengaku sebagai Louis Charles. Berbagai macam cerita muncul dari pengakuan mereka. Salah satu mengatakan bahwa bocah yang meninggal di penjara Temple itu bukanlah Louis Charles, melainkan bocah pengganti yang menderita bisu tuli. Ini janggal, sebab meskipun Louis Charles menolak berbicara pada utusan pemerintah, namun ia berbicara pada dokter-dokter yang merawatnya di saat terakhir. Ia juga bisa mendengar dokter Pelletan protes keras terhadap sipir penjara.

Pada 1993, dilakukan pemeriksaan DNA terhadap Louis Charles. Hati Louis Charles dicocokkan dengan darah ayahnya yang diusap di sapu tangan sesaat setelah dipenggal, hasilnya adalah Louis Charles adalah anak dari Marie Antoinette dan Louis XVI. 

Tuesday, February 6, 2024

Pelarian Louis XVI dan Marie Antoinette Ke Montmeidy

Berdasarkan cerita dari Marie Therese, malam itu tanggal 20 Juni 1791, kedua orang tuanya tampak sibuk dan resah. Setelah makan malam, ibu Marie membawa ia dan adiknya ke ruangan lain dan menutup pintu. Di ruang makan hanya ada ibu, ayah dan bibi Marie. Setelahnya, Marie mengetahui bahwa mereka bertiga membahas tentang rencana meloloskan diri. Jam 7 malam, ibu Marie meminta Marie hanya ditemani seorang pengasuh, dan Marie memilih nyonya Brunier. Ibu Marie bertanya apakah ia ingin menemani jika ia terpaksa harus meninggalkan suami dan mengikuti keluarga Marie. Ny Brunier menjawab bahwa orang tua Marie sudah menahan penderitaan begitu lama, sehingga ia siap diajak kemanapun. Suami Ny Brunier merupakan dokter Marie dan adik2nya. 

Seperti biasa, paman Marie yaitu Adipati Provence dan istri selalu makan malam bersama ayah Marie. Paman Marie ini juga merencanakan melarikan diri, dibantu oleh bapak d'Avaray, mengambil rute lain. Berbeda dengan keluarga Marie, Adipati Provence dan istri keluar dari Perancis dan tiba di Brussel, Belgia dengan selamat.

Malam hari, ibu Marie membangunkan si adik. Ny Tourzel menggendong adik Marie turun ke kamar ibu Marie. Marie juga menyusul ke kamar ibunya. DI sana sudah berdiri bapak Malden, seorang bodyguard. Adik Marie diberikan busana seperti seorang anak perempuan. Marie sempat bertanya ke adiknya "kamu tahu gak kita ini akan apa?" Adiknya menjawab sekenanya "akan bermain-main karena kita didandani dengan aneh"

Bodyguard bernama Valori mendatangi kamar ayah Marie untuk jalan bersama ke kereta. Sang raja yang sudah menuruni tangga separuh tiba-tiba naik untuk kembali ke kamar. Valory sangat cemas dan mengingatkan bahwa waktu sangat berharga. Louis XVI menjelaskan bahwa dia tidak ingin asisten yang tidur di kamarnya dituduh dan dihukum mati karena dianggap membantu sang raja meloloskan diri. Louis duduk dan menulis surat singkat yang berfungsi untuk melindungi sang asisten. Louis XVI memang dikenal dengan kebaikan hatinya. 

Tiga bodyguard yang ditunjuk oleh Bp d'Agoult untuk membantu pelarian adalah Malden, Valori dan Moustier. Ketiga bodyguard ini masing-masing berdiri di belakang kereta, satu lagi mengendalikan kereta, dan yang satu menunggang kuda di depan untuk membebaskan jalan. Ketiganya pun harus menggunakan nama samaran yaitu St John, Melchior dan Francis. Ny Tourzel membawa Marie dan adiknya berjalan menuju kereta yang telah menunggu. Di dalam kereta, Marie dan adiknya masih harus menunggu ibu mereka datang selama satu jam. Adik Marie tidur di lantai kereta, ditutupi oleh jaket milik Ny Tourzel. Ia dan Ny Tourzel melihat rombongan La Fayette melintas. 

Dalam pelarian ini, Marie lalu mengetahui bahwa Ny Tourzel akan menyamar sebagai Ny de Korff yang akan menuju ke Russia untuk menghadiri pesta. Marie dan adiknya menyamar sebagai anak Ny de Korff sebagai Amalia dan Aglae. Sementara sang ibu menyamar sebagai pengasuh ia dan adik dengan nama Ny Rocher. Sementara bibi Elisabeth sebagai rekan dengan nama Rosalie. Dan ayah Marie menyamar sebagai penjaga kamar bernama Durand. Sesungguhnya nama samaran Ny Tourzel bukanlah nama fiktif. Wanita Russia ini benar-benar ada dan hendak meninggalkan Paris di saat yang sama. Kehebatan Axel yang bisa membuat duplikat paspor wanita ini. Axel Von Fersen, pria Swedia yang diduga selingkuhan ibu Marie, berkorban besar untuk membantu pelarian Marie dan keluarganya. 

Bibi Elisabeth mendatangi kereta, ditemani oleh seorang asisten wanita. Bibi tidak sengaja menginjak adik Marie yang tertidur di bawah, namun adik Marie tahu bahwa ia tidak boleh bersuara meski kesakitan. Tak lama kemudian, giliran ayah Marie datang. Sesaat kemudian disusul oleh ibu Marie yang ditemani oleh salah seorang bodyguard bernama Malden. Setelah semua hadir, kereta kecil pun melaju untuk menuju ke kereta besar. Karena Axel tidak dapat menemukan posisi berhenti kereta besar, lagi-lagi rombongan Marie harus menunggu. 

 Rombongan ini melaju sepanjang 500 mil tanpa berhenti dan sampai di kota Chalon. Di sini, mereka bertemu dengan pasukan pertama di bawah komando Francois Claude Amour, marquis de Bouille. Menjelang tengah malam menuju tanggal 21 Juni, rombongan Marie melintasi Clermont. Di sana, mereka melihat pasukan, namun sedang bersantai. Pasukan ini tidak akan bergerak tanpa adanya komando. Seorang pasukan mengenali ayah Marie dan berbisik bahwa ayah Marie dikhianati. 

Di kota kecil bernama St Menehould, seorang pengawas pos bernama Drouet sempat melihat wajah Louis XVI dan berusaha mengenali dari gambar. Drouet bukanlah simpatisan kerajaan. Otaknya konon telah didoktrin oleh partai Jacobin yang hendak menjadikan Perancis negara republik.  Ia segera melapor kepada pemerintah setempat dan berusaha mengejar rombongan Marie hingga ke Clermont, kota kecil di sebelah. Namun sesampai di Clermont, ia tidak menemukan rombongan karena rombongan berlalu sangat cepat.  Rombongan Louis XVI tiba di Varennes tengah malam sebelum Drouet datang. Di kota ini, rombongan tidak diberitahu sejak  awal, di titik di mana mereka bisa melanjutkan perjalanan. Namun mereka tidak sadar dalam situasi berbahaya, mengira bahwa mereka masih aman karena masih di area detasemen pasukan di bawah Bpk Bouille. Bouille bahkan menempatkan seorang putranya bersama dua pasukan. Namun ketiganya bertindak acuh tak acuh.,  Rombongan terpaksa berhenti sejenak menunggu pak Valori bertanya. Ayah dan ibu Marie turun, menggedor rumah penduduk untuk meminta tukar kuda. Saat menunggu inilah, Drouet tiba dan melarang rombongan untuk meneruskan perjalanan. 

Dibantu pria bernama Billaud, Drouet mendatangi beberapa penduduk Varennes untuk membantunya menghadang kereta. menyalakan alarm kota dan memblokir jalan. Ia meminta rombongan keluar dari kereta dan mengikutinya menuju ke rumah walikota Varennes yang juga seorang pedagang bernama Strausse. Saat berjalan menuju ke rumah walikota Strausse, terdapat 6 orang tentara yang melintas. Namun tak ada satupun yang meminta bantuan mereka, bahkan tidak Marie Antoinette. Bisa saja enam tentara ini melepaskan mereka dengan mudah sebab Drouet hanya ditemani oleh delapan penduduk pria tanpa senjata, namun mereka tanpa komandan. Sejatinya terdapat sekitar 60 tentara dipimpin oleh dua komandan yang telah menunggu di pinggir kota Varennes. 

Mendengar alarm, pasukan mulai sadar apa yang terjadi. Mereka panik dan tidak bisa mengambil putusan tanpa ada perintah kilat meskipun mereka berjumlah 60 orang. Komandan dan pasukannya bergegas menuju ke De Bouille dan melaporkan bahwa rombongan Raja Louis XVI ditahan. Kurang dari sejam kemudian, tiga detasemen pasukan yang berjumlah sekitar seratusan pasukan, mendatangi tengah kota. Beberapa komandan mendatangi raja Louis XVI dan meminta perintah. Raja Louis XVI hanya bisa mengatakan kini ia dan keluarganya menjadi tahanan. Tak ada komandan yang menangkap jawaban ini sebagai "tanda" untuk membebaskan dirinya dan rombongan. Tak lama kemudian, kurir rombongan tiba bersama seorang pria, bernama Major Prefontaine. Marie menduga pria ini adalah mata-mata La Fayette. Ia mengaku tidak mengenal Ny de Korff dan juga mengatakan punya "rahasia" tanpa menjelaskan lebih lanjut. Setelah pergi, rombongan Marie tidak pernah melihat atau mendengar pria ini lagi. 

Louis XVI kemudian menjelaskan bahwa tidak ada niat dirinya untuk keluar dari kerajaan Perancis. Ia keluar dari Paris dan hanya berniat ke Montmeidy. Ia mohon diperbolehkan melanjutkan perjalanan. Sementara Marie Antoinette berbicara dengan istri Strausse, mengatakan bahwa ia dan keluarganya bakal dalam kondisi berbahaya kalau diminta kembali ke Paris. Marie Antoinette memohon nyonya Strausse untuk menggunakan kekuasaan suaminya untuk membiarkan mereka pergi. Meskipun tidak ada niat buruk ke raja Louis XVI, namun Strausse tidak berani bertindak. Kedua anak Louis XVI tidur, Marie Antoinette menatap ke arah mereka tanpa daya. 

Tanpa sepengetahuan Louis XVI dan rombongan, saat mereka dalam perjalanan, masyarakat merangsek masuk ke istana Tuileries, merusak perabotan dan menurunkan foto Louis XVI. Tanggal 22 Juni 1793 pukul 7 pagi, seorang pasukan La Fayette bernama pak Romeuf tiba. Ia menyampaikan perintah La Fayette kepada Strausse. Louis XVI dan rombongan keluar dari rumah Strausse dan kembali ke Paris sebelum pukul 8 pagi. Dalam perjalanan kembali, mereka bertemu dengan penduduk yang mengancam Marie Antoinette dan Louis Charles. Namun di kota Chalons, pemerintah setempat memperlakukan Louis dan rombongan dengan hormat. Hotel de Ville dipersiapkan untuk menjamu Louis beserta rombongan untuk makan malam. Keesokan hari, Louis dan rombongan diantar untuk menghadiri misa di katedral sebelum melanjutkan perjalanan. 

Di kota kecil Epernay,  rombongan Louis XVI yang turun dari kereta dikerumuni banyak orang. Demi keamanan, seorang komandan menggendong Louis Charles berjalan ke pintu masuk hotel. Majelis di Paris mengirim tiga orang untuk mengawasi mereka,  Barnave, Petion dan Latour Maubourg. Tanggal 25 Juni 1793 siang, rombongan mulai tiba di Paris. Mereka tidak diperbolehkan mengambil rute terdekat sehingga menyaksikan dikepung oleh massa yang beringas. Beberapa mendekat ke kereta, bahkan ada yang naik ke atap kereta. Barnave dan Latour menghadang massa agar tidak menjebol pintu kereta. Marie Antoinette menurunkan jendela dan memohon orang-orang yang mendekat itu berhenti. Ia beralasan, anak--anaknya tercekik. Seseorang membalas "kita akan segera mencekikmu".

Di istana Tuileries, Marie Therese melanjutkan studinya di bawah pengawasan nyonyan Mackau. Tetapi proses belajar Marie Therese sering terganggu oleh teriakan-teriakan massa di bawah, bernada mengancam Louis XVI dan Marie Antoinette.

Drouet, pria pengawas yang menggagalkan pelarian ayah Marie, merupakan putra dari ketua pengawas yang lahir pada 1757. Pada 1793, Drouet ditahan di penjara Austria. Siapa sangka nasibnya akan dibebaskan dengan ditukar Marie Therese pada akhir 1795. Namun ia kembali dipenjara karena terlibat konspirasi Barbaroux. Sejengkal lagi hampir mati dipenggal, Drouet meloloskan diri dari penjara dan kabur ke Swiss. Ia sembunyi di bawah jerami, di kereta petani susu. Drouet berencana lari ke India, namun ia terhenti di Teneriffe. Pada 1797, ia kembali ke Paris di bawah pemerintahan Bonaparte. Namun pada 1814, paman Marie kembali menguasai Perancis sebagai raja Louis XVIII. Drouet dihentikan. Setelah itu, tidak ada lagi kabar Drouet. 

Bodyguard Valori, bernama lengkap Francis Florent, Comte de Valori merupakan pria kelahiran Toul pada 1763. Setelah pelarian ke Montmeidy gagal, ayah Marie tidak dapat menjamin keselamatan Valori dan menyarankan agar Valori melarikan diri keluar dari Perancis. Valori menetap di Prussia. Pada 1814, Valori kembali di bawah pimpinan paman Marie, raja Louis XVIII. Valori juga menulis artikel tentang pelarian keluarga Marie ke Montmeidy. Ia wafat pada tahun 1822. Bodyguard lain, Martois juga menulis perjalanan pelarian ini. 

Saturday, January 13, 2024

Kisah Seorang Rosalie Lamorliere, Pembantu Terakhir Marie Antoinette

 Nama aslinya adalah Marie Rosalie Delamorliere. Lahir pada 19 Maret 1768. Ia adalah satu dari 7 bersaudara. Ayahnya hidup hingga tahun 1812, sementara ibunya sudah meninggal dunia saat Rosalie berusia 12 tahun. Rosalie tidak diberikan kesempatan mengenyam pendidikan, sehingga ia tidak dapat membaca dan menulis. Hal ini disebabkan orang tua Rosalie tidak memiliki uang. Tahun 1792, Rosalie diperkerjakan sebagai pembantu di Conciergerie. Majikan Rosalie adalah Nyonya Richard, yang bekerja di sana bersama sang suami, bapak Richard. Tugas Rosalie terutama adalah tukang masak. 

Siang tanggal 1 Agustus 1793, nyonya Richard berpesan pada Rosalie untuk tidur di kursi saja sebab ada pesan bahwa bekas ratu Perancis, Marie Antoinette akan dipindahkan dari penjara Temple menuju ke Conciergerie. Ruangan milik tahanan bernama Jenderal Custine akan diberikan kepada Marie Antoinette. Penjaga penjara mendatangi tukang kayu penjara, meminta tempat tidur, dua matras, alas tidur, seprai, dan baskom.  Jam 3 menjelang subuh, Rosalie yang setengah tertidur dibangunkan oleh nyonya Richard. Keduanya bersama bapak Richard segera menuju ke ruangan Marie Antoinette. Di sana sudah banyak petugas. Marie Antoinette tampak mengusap keringat di dahinya menggunakan sapu tangan. Maklum pada saat itu adalah puncak musim panas di Paris. Para petugas pun pergi. Marie Antoinette yang dipanggil "ibu" oleh Rosalie, matanya menyisir ruangan yang akan menjadi "tempat tinggal" sebelum ia disidang. Ia menemukan sebuah paku yang menancap di dinding. Dengan bantuan alat, ia menapak dan menggantungkan jam lapis emasnya. Jam itu adalah pemberian ibunda Marie Antoinette sesaat sebelum ia meninggalkan Austria untuk selamanya dan pindah ke Perancis sebagai istri pangeran Louis. Rosalie berusaha membantu, namun Marie Antoinette dengan nada lembut mengatakan "terima kasih, anak baik. Sejak ditahan, saya sudah terbiasa melakukan segalanya seorang diri". Ruangan Marie Antoinette di Conciergerie adalah di bawah garis sungai Seine. Kalau air sungai meluap, lantai ruangan Marie Antoinette menjadi lembab dan bau. Suami istri Richard dan Rosalie berusaha memberi yang terbaik untuk Marie Antoinette. Meskipun matras yang dipakai sudah usang, namun setidaknya Marie Antoinette menggunakan sprei dan bantal milik mereka yang terbaik. Tak lupa, di ruangan diberikan sebuah meja sederhana, juga dua buah kursi. Marie Antoinette meminta tolong nyonya Richard untuk membawakan pakaian dan asesoris yang ia tak sempat bawa di penjara Temple. Namun nyonya Richard tak berani berbuat. Adalah bapak Jean Baptiste Michonis, yang pergi ke penjara Temple. Ia adalah petugas pemeriksa penjara dan kepala polisi. 

Saat matahari terbit, dua orang penjaga ditempatkan di ruangan Marie Antoinette. Seorang wanita tua berusia 80 tahunan juga ditugaskan untuk tidur di ruangan Marie Antoinette.  Putra  wanita itu adalah juru kunci penjara bernama Lariviere. Ia memerintahkan sang putra untuk ke pasar membeli kain. Ia hendak menambal pakaian Marie Antoinette yang penuh lubang. Nyonya Richard dan Rosalie membawa sebuah sekatan ruangan rendah agar sang bekas ratu tetap memiliki privasi meski diawasi setiap saat. Setelah kegiatan menambal selesai,  nenek Lariviere ini digantikan oleh wanita muda bernama Harrel. Suami Harrel merupakan seorang polisi. Berbeda dengan nenek Lariviere, Marie Antoinette enggan berkomunikasi dengan Harrel. 

Sepuluh hari kemudian, datang sebuah paket di kardus. Marie Antoinette membuka dan mengeluarkan pakaian dan asesorisnya di hadapan nyonya Richard dan Rosalie. Ia mengatakan "dari bentuknya, saya bisa mengetahui bahwa ini adalah hasil kerja adik saya yang malang, Elisabeth". Ia kemudian meminta nyonya Richard untuk membawa sebuah penutup kepala kepada tukang jahit, minta dibuatkan dua buah sehingga ia bisa berganti. Nyonya Richard tentu bisa membantu hal ini. Kemudian Marie Antoinette meminta sebuah kardus untuk menaruh pakaian dan asesorisnya agar tidak terkena debu. Adalah Rosalie yang meminjamkan kardus miliknya. Sang bekas ratu sangat gembira, seolah ia mendapatkan sebuah perabotan yang terbaik di dunia. Ia juga meminta sebuah cermin. Nyonya Richard mengijinkan Rosalie untuk meminjamkan cermin miliknya. Cermin dengan frame merah, bergambar wajah oriental di setiap sisi.

Soal makanan, suami istri Richard berupaya yang terbaik pula. Bersama Rosalie, suami istri ini setiap hari ke pasar, memilih bahan makanan terbaik untuk diberikan kepada sang bekas ratu yang ditahan. Beberapa pedagang mulai mengetahui bahwa mereka bertiga belanja untuk bekas ratu Perancis, mulai memberikan barang-barang mereka yang terbaik. "ini untuk ratu kita", ucap mereka sambil menangis. Mereka masih bersimpati namun tak berani berucap untuk menghindari masalah. Sejak dulu, Marie Antoinette hanya meminum air putih. Namun air yang ia minum harus diambil dari tempat yang bersih, sebab akan membuatnya sakit. Marie Antoinette berkata pada nyonya Richard bahwa berharap tidak disidang. Keluarganya akan berupaya membebaskan dia. Jika itu terjadi,  ia akan membawa Rosalie untuk dipekerjakan sebagai asisten.

Bapak Richard sering mengunjungi Marie Antoinette di ruangan, memastikan bahwa semua keinginan bisa dipenuhi dengan kemampuan terbaiknya. Dibanding di penjara Temple, apalagi kehidupan jaya saat di Versailles, kehidupan di Conciergerie tentu berbeda jauh. Namun dengan kebaikan dan perhatian yang diberikan suami istri Richard dan Rosalie, setidaknya lebih baik. Marie Antoinette menanyakan apakah bapak Richard pernah bekerja di hotel. Bapak Richard menjawab tidak, sebab ia sudah ada di penjara sedari lahir. Marie Antoinette mengatakan "semua yang diberikan ke saya merupakan terbaik". 

Rosalie mengatakan, selama 40 hari pertama, ia hanya melakukan rutinitas. Seperti mengantar sarapan jam 9 pagi dan makan malam jam 2 atau 2.30 siang. Saat mengantar, Rosalie ditemani oleh bapak atau nyonya Richard. Jika masih di ruangan dan tidak ada tugas, mereka hanya berdiri di dekat pintu masuk. Marie Antoinette memanggil Rosalie untuk lebih mendekat "ayo mendekat ke sini, Rosalie, jangan takut". 

Suatu hari, nyonya Richard membawa putranya yang bernama Fanfan. Melihat kedatangan Fanfan, Marie Antoinette segera memeluk sang bocah, memberinya ciuman dan menangis. Ia menyebut Louis Charles yang sedang diasuh oleh Simon, di penjara Temple. Marie Antoinette dipisahkan paksa dari Louis Charles sejak bulan Juni 1793. Selama di penjara Temple, ia hanya bisa melihat Louis Charles dari jendela kecil ruangannya. Itupun jika Louis Charles dibawa keluar oleh Simon. Setelah naik ke atas, nyonya Richard tak ingin membawa sang putra lagi, ia tak ingin Marie Antoinette sangat bersedih. 

Pada 1793, bapak Alexandre Gonsse de Rougeville bertemu dengan bapak Michonis. Rougeville adalah tentara angkatan darat pendukung kerajaan. Sementara Michonis adalah pendukung revolusi. Setelah pertemuan itu, diduga Michonis menyetujui Rougeville untuk membebaskan Marie Antoinette. Kedua pria ini mendatangi ruangan Marie Antoinette. Rougeville menggunakan kesempatan untuk menjatuhkan sebuah bunga di dekat rok Marie Antoinette. Di dalam bunga itu terdapat pesan singkat. Setelah menemukan dan membaca, Marie Antoinette segera membalas singkat menggunakan jarum. Isinya "saya selalu diawasi, saya tidak dapat menulis atau berbicara. Saya percaya anda. Saya akan ikut". Sampai sini, tidak ada yang mengetahui pasti apa yang terjadi.

Menurut Rosalie, Harrel  yang menemani Marie Antoinette di ruangan mengetahui, dan memberitahu atasannya, seorang pejabat politik bernama Fouqier. Fouqier sangat berambisi untuk memenjarakan Marie Antoinette di Conciergerie dan melakukan eksekusi segera. Jika ia dapat melakukan dua ini, ia merasa karir politiknya akan cemerlang setelah itu (pada akhirnya Fouqier dieksekusi pada tahun 1795).

Teori lain menyebut bahwa balasan Marie Antoinette itu dibawa oleh seorang penjaga di ruangannya, namun bukannya diberikan ke pak Rougeville, malah diberikan ke pak Richard. Namun teori ini sangat lemah. 

Teori lain adalah, saat mereka berhasil membawa Marie Antoinette keluar dari ruangan, mereka bertemu dengan penjaga penjara yang tidak bekerja sama dan mengancam akan berteriak memanggil seluruh penjaga di Conciergerie. Karena ketakutan, Rougeville dan Michonis segera melarikan diri. Upaya pembebasan ini disebut sebagai "Carnation Plot". Konon upaya terakhir yang gagal ini, berbarengan dengan pertemuan rahasia antara Fouqier, dengan Maximilien Robespiere dan berbagai petinggi pria lain untuk menentukan nasib Marie Antoinette selanjutnya. Mereka setuju bahwa sang bekas ratu akan dieksekusi. Sehingga persidangan nantinya, tentu akan mereka rekayasa. 

Setelah Carnation Plot, pak Michonis akan ditahan dan dieksekusi pada Juli 1794. Sementara Pak Rougeville akan pindah ke Reims dan tewas ditembak pada tahun 1814, pada masa kerajaan Napoleon. Suami istri Richard ditahan. Rosalie dibiarkan melayani bekas ratu kelahiran Austria tersebut. Rosalie dianggap tidak berkaitan dengan Carnation Plot. Namun ia tidak lagi diperbolehkan belanja di pasar. Marie Antoinette kemudian dipindah ke ruangan di bawah tanah. Ruangan ini cukup buruk, karena jika sungai Seine meluap, air dari sungai beserta lumpurnya akan masuk ke ruangan, lantai menjadi basah berlumpur dan dinding pun menjadi lembab. Dua penjaga awal di ruangan digantikan oleh bapak Lebeau/Bault. Menurut Rosalie, pak Lebeau ini sekilas tampak keras dan kaku, namun ternyata ia memiliki hati yang baik. Saat Rosalie diminta Marie Antoinette untuk mengikat rambutnya, pak Lebeau segera maju dan menawarkan diri "jangan,jangan dilakukan, ini tugasku". Marie Antoinette tertegun melihat penawaran pak Lebeau ini dan menolak. Ia berdiri kemudian mengikat rambutnya sendiri. Di penjara, rambut Marie Antoinette diatur sesederhana mungkin. Tak lupa, ia menaburkan bubuk pewangi di rambutnya.  Sisa pita diberikan kepada Rosalie. Namun setelah di atas, pak Lebeau segera menyita pita itu. Ia tak ingin Rosalie dan dirinya berurusan dengan masalah hanya karena masalah pita pemberian Marie Antoinette.( Sepertinya, saat itu, orang-orang yang berkuasa memenjarakan Marie Antoinette berusaha mencari setiap kesalahannya, tak peduli sekecil apapun. ) Beruntung pak Lebeau membiarkan penyekat ruangan itu berada di ruangan Marie Antoinette. Ia bisa melakukan panggilan alam di balik penyekat itu. Adalah tugas tahanan bernama Barassin yang membawa buangan dari ruangan Marie Antoinette.

Meskipun pita itu disita dari tangan Rosalie, namun Rosalie masih memiliki sepotong kain, yang diberikan saat suami istri Richard masih ditahan. Hebatnya, kain ini akan ia jahit di pakaiannya, dan dibawa hingga seumur hidup Rosalie. 

Hampir setiap hari Rosalie membersihkan sepatu Marie Antoinette yang terbungkus lumpur. Suatu hari, seorang petugas yang datang ikut membersihkan lumpur di sepatu menggunakan pedangnya. Hal ini membuat Rosalie terkesima mengingat semua petugas yang datang bertemu Marie Antoinette dilarang untuk berbuat baik meskipun itu hal yang remeh. Di lain hari, para tahanan dari luar jendela memanggil Rosalie untuk mendekat membawa sepatu Marie Antoinette. Mereka menciumi sepatu itu. Konon para tahanan ini adalah pendukung kerajaan. 

Saat melihat ke luar jendela, Marie Antoinette memanggil Rosalie dan menunjuk ke seorang biarawati yang tampak khusyuk berdoa. Rosalie mengatakan bahwa biarawati itu berdoa untuk sang bekas ratu. Giliran ayah Rosalie datang menjenguk sang anak. Namun pak Lebeau membatasi ayah Rosalie yang bernama Francois de Lamorliere hanya bertemu 5 menit saja. Pak Lebeau berkata "keluarga saya juga saya larang menjenguk karena saya memang dilarang menerima pengunjung. Setelah ini, jangan datang lagi".

Setiap malam, Marie Antoinette tidak diperbolehkan tidur dengan lilin menyala. Satu-satunya penerangan adalah dari jendela, dari lampu minyak yang berkedip-kedip yang berada agak jauh dari ruangan Marie Antoinette. Memasuki bulan Oktober, cuaca mulai dingin terutama pada malam hari. Rosalie sengaja pura-pura bekerja selama mungkin di ruangan Marie Antoinette agar lilin di meja tetap menyala. Tak lupa ia juga menghangatkan pakaian tidur dan penutup kepala bekas ratu malang ini, agar ia merasa lebih hangat. Perasaan kedinginan sang bekas ratu ini diperparah dengan kondisinya yang mengalami pendarahan. Biografernya mengatakan, ia menderita kanker rahim. Namun ia menolak dipanggilkan dokter. Ia merasa bahwa dokter tidak dapat mengobati penyebab penyakitnya itu. 

Tanggal 14 Oktober 1793, persidangan dimulai. Pagi jam 8, Marie Antoinette sudah dibawa pergi tanpa sempat sarapan dan  menjalani persidangan seharian hingga malam. Tanggal 15 Oktober pagi jam 8, Rosalie mendengar orang-orang berkata "Marie Antoinette menjawab seperti malaikat. Ia akan melewati persidangan ini dengan baik, ia hanya akan diusir keluar dari Perancis" Pada akhirnya jam 4 sore, Rosalie dipanggil petugas untuk membawa makanan ke atas, ke ruang sidang Marie Antoinette. Persidangan ditunda 45 menit, namun Marie Antoinette tidak akan turun ke ruangan. Seharian penuh, perut sang bekas ratu tidak terisi makanan sedikitpun. Saat di atas, seorang kepala polisi dengan hidung rusak bernama Labuzire mengambil sup dari tangan Rosalie dan diberikan kepada selirnya. Ia mengatakan si selir ingin melihat Marie Antoinette. Namun karena tidak terbiasa, sup itu tumpah separuh. Rosalie tak dapat membayangkan apa yang ada di benak Marie Antoinette menerima sup dari wanita yang tidak ia kenal sama sekali. 

Beberapa menit selepas jam 4 subuh tanggal 16 Oktober, Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati. Mendengar itu, Rosalie merasa hatinya ditusuk oleh pedang. Di ruangannya, diam-diam ia menangis, meratapi nasib sang bekas ratu. Menurut Rosalie, pak Lebeau juga terpukul mendengar vonis Marie Antoinette, namun ia harus berpura-pura tegar. Jam 7 pagi, Rosalie diminta turun ke ruangan oleh pak Lebeau, sekaligus untuk menanyakan jika Marie Antoinette ingin makan. Di ruangan, Rosalie melihat sang bekas ratu menatap ke arah jendela. Salah satu tangannya menopang dagu. Dengan gemetar, Rosalie berkata "ibu tidak makan apapun tadi malam, juga hampir tidak makan apapun seharian. Apakah ibu mau makan sesuatu pagi ini?" Marie Antoinette menjawab dengan sedih "saya tidak perlu makan apapun lagi, anakku. Segalanya sudah usai" Rosalie bersikeras "saya punya kaldu dan mie pasta di atas kompor. Anda butuh tenaga. Saya akan menyiapkan untuk ibu" Marie Antoinette pada akhirnya meminta kaldu. Namun ia hanya bisa memakan satu dua sendok makan. Setelah itu Rosalie pergi ke atas. Meski tidak dihabiskan, Rosalie meninggalkan sup itu di meja. Jam 8 pagi, Rosalie kembali untuk membantu Marie Antoinette berganti pakaian. Rupanya saat Rosalie absen, pak Lebeau atau petugas lain datang membawa sepotong pakaian putih dan penutup kepala putih. Marie Antoinette disarankan mengenakan pakaian putih untuk eksekusinya. Mengenakan pakaian berkabung akan membuat masyarakat yang menonton senang dan menghina dirinya. Semenjak Louis XVI wafat, sang janda mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam dan juga penutup kepala hitam. Marie Antoinette tidak keberatan dengan saran ini. Ia juga mengenakan pakaian dalam yang bersih.  Sambil memberi arahan, sesekali Marie Antoinette memakan kaldu yang ada di meja. Saat petugas jaga maju ke depan, Marie Antoinette segera menutupi bahunya dengan penutup kepala. Ia memohon agar dibiarkan berganti pakaian dengan hormat. Namun dengan kasar, petugas jaga menolak. Ia harus mengawasi penuh tak peduli apapun yang dilakukan sang bekas ratu. Gulungan bekas darah dimasukkan ke dalam lubang dinding. Marie Antoinette mengenakan pakaian putih dan penutup kepala putih. Setelah itu Rosalie pergi tanpa berpamitan atau memberi hormat. Ia tak ingin sang bekas ratu yang menjelang ajal ini semakin bersedih. Di ruangan, Rosalie kembali menangis dan berdoa. Marie Antoinette dipenggal pada jam 12 siang pada 16 Oktober 1793. Beberapa petugas sidang menghampiri pak Lebeau dan meminta dipertemukan dengan Rosalie. Mereka meminta agar barang-barang mendiang Marie Antoinette dikemas. Sementara dus dan cermin pinjaman boleh diambil kembali oleh Rosalie.  Kemudian suami istri Richard dibebaskan dan kembali bekerja di penjara bersama Rosalie, seperti biasa. Rosalie akan berhenti bekerja pada tahun 1799. Tepatnya setelah nyonya Richard tewas ditusuk oleh tahanan yang depresi dengan nasibnya. 

Dua tahun kemudian, Rosalie melahirkan seorang putri yang ia beri nama seperti dirinya : Rosalie de Lamorliere. Tidak jelas siapa ayah dari sang putri. Rosalie tidak menikah. Putri Rosalie ini akan hidup hingga usia 94 tahun. 

Mengetahui jasa Rosalie di akhir hidup ibunya, anak sulung Marie Antoinette dan Louis XVI menjalin hubungan dekat dengan Rosalie. Rosalie bertemu Marie Therese pertama kali pada 1814. Setelah itu, Marie Therese memberi Rosalie uang saku 200 Franc, namun hilang saat terjadi revolusi lagi. Dan pada tahun 1824, Marie Therese memberi uang pensiun kepada Rosalie. 

Pada tahun 1830an, biografer Marie Antoinette yang bernama Lafont d'Aussonne menulis dengan rinci hari-hari terakhir Marie Antoinette di Conciergerie. 

Di usia lanjut, Rosalie hidup di rumah sakit yang khusus merawat pasien dengan penyakit yang tidak lagi dapat diobati. Ia bukan bekerja di sana dan juga bukan pasien, namun sebagai salah satu warga di panti jompo. Konon, servis ini ia dapatkan berkat jasa Marie Therese. Saat kritis, Marie Therese pula yang membiayai Rosalie di rumah sakit. Ia wafat pada 2 Februari 1848, hanya sebulan sebelum ia berulang tahun yang ke-80.