Monday, March 21, 2022

Hidup Tragis Seorang Marie Antoinette

Masa Kecil Marie Antoinette Hingga Berusia 14 Tahun
Marie Antoinette dilahirkan pada 2 November 1755 sebagai anak perempuan terakhir tetapi bukan anak terakhir. Ia memiliki seorang adik laki-laki. Nama aslinya adalah Maria Antonia Josephe Jeanne. Ayahnya adalah Francis I, Kaisar Suci Romawi dan ibunya adalah permaisuri Maria Theresa. Oleh karena ia lahir di hari berkabung dalam agama Katolik, maka ulang tahun Marie Antoinette selalu dirayakan sehari sebelumnya yaitu pada hari para Santa. Hari kelahiran Marie Antoinette bertepatan dengan gempa besar di Lisbon, Portugal. Bencana berkekuatan 7,7 hingga 9 magnitude ini memakan korban hingga puluhan ribu jiwa. Secara kebetulan, banyak penduduk dan gereja yang menyalakan lilin sebagai perayaan hari Santa. Goncangan akibat gempa mengakibatkan lilin berjatuhan dan menyebabkan bencana selanjutnya, yaitu kebakaran massal. Sungguh sebuah pertanda yang tidak diinginkan oleh semua orang yang lahir di dunia ini.
Ia memiliki 14 kakak kandung dan seorang adik kandung laki-laki. Enam kakak kandung Marie Antoinette meninggal saat masih kecil atau remaja. Ironisnya, dari seluruh anggota keluarga termasuk ayah ibunya, tidak ada yang berusia melampui 70 tahun. Marie Antoinette memiliki hubungan dekat dengan Maria Carolina, kakak yang berusia 3 tahun di atasnya. Seorang musikus terkenal bernama Wolfang Amadeus Mozart datang memenuhi panggilan untuk menghibur di istana. Namun di depan penonton, Mozart tampak kikuk dan terjatuh. Marie Antoinette yang mendekat untuk menolong dan mengusap air mata Mozart. Mozart kebetulan memiliki usia sebaya dengan Marie Antoinette. Namun kelak Mozart akan wafat di usia 35 tahun akibat sakit.
Dari kecil, Marie Antoinette (saya gunakan inisial MA) sudah dijodohkan dengan Louis XVI. Perwakilan dari keluarga Louis XVI datang sejak gadis itu masih berusia remaja. Ia melaporkan kepada raja Louis XV bahwa secara akademis, Marie Antoinette memang kurang namun ia memiliki perilaku yang baik. Di usia 10 tahun, ayahnya wafat. Kakak sulung laki-laki naik tahta menjadi kaisar Joseph II, bertahta bersama sang ibu.
Sebelum MA siap dikirim ke Perancis untuk menikah, ia menjalani proses perataan gigi yang menyakitkan. Beberapa saat sebelum meninggalkan Austria untuk selamanya, Marie Antoinette menangis di pelukan ibunya. Ia mendapatkan mas kawin berupa beberapa jam tangan. Salah satu jam tangan ini kelak akan menjadi jam tangan terakhir yang ia kenakan namun disita oleh petugas penjara. Ia pergi ditemani oleh anjing kesayangannya bernama Mops, serta para asisten yang diangkut oleh 57 kereta. Konon perjalanan dari Vienna menuju Versailles memakan waktu hingga 3 minggu lamanya.

Pernikahan Marie Antoinette Dengan Calon Raja Louis 
Di tengah perjalanan, mereka berhenti di Rhine. Di situ Marie Antoinette disambut oleh wanita yang ia sebut Nyonya Etiket. Marie Antoinette diharuskan meninggalkan anjing dan para asistennya. MA menangis saat dipisahkan dari Mops. Ibu Etiket mengatakan bahwa ia bisa memiliki anjing Perancis sebanyak yang ia mau.  MA dirias menjadi seorang putri Perancis, dengan gaun dan penutup kepala biru turqouise. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk bertemu raja Louis XV dan suami. Mereka kemudian beriringan menuju ke istana Versailles. MA pun terpana dengan kamar tidurnya yang sangat mewah, di mana ada pintu menuju ke ruangan pribadi lain. Dua hari kemudian, MA dan Louis menikah di gereja. Mereka kemudian menjalani ritual ranjang agar mereka memiliki keturunan. Pada kenyataannya, MA tak kunjung hamil.'

Kehidupan Setelah Menikah
Etiket untuk MA sangat rumit. Setiap bangun tidur, ia sudah disambut oleh ibu Etiket dan para wanita lain. Pada wanita itu adalah para anggota kerajaan dan bangsawan. Wanita yang memiliki status tertinggi, akan bertugas melayani MA dengan menyediakan air untuk membasuh tangan, handuk untuk mengusap tangan dan memakaikan pakaian. Kegiatan ini selalu dilakukan setiap pagi namun MA merasa konyol namun tak dapat berbuat apapun. Setelah berpakaian, ia sarapan bersama sang suami dengan ditonton oleh banyak orang. Minuman MA hanyalah air putih yang didatangkan dari sumber mata air. 
Hubungan MA terhadap anggota kerajaan lain umumnya baik, terutama pada adik ipar bungsu yang bernama Charles. Namun MA menolak berkomunikasi dengan Nyonya Jeanne Du Barry, selir raja Louis XV. Du Barry tidak dapat memulai komunikasi dengan MA sebab statusnya di bawah MA. Ibu MA dan wakil dari Austria meminta MA membuka komunikasi dengan Nyonya (Jeanne) Du Barry. MA pun memulai percakapan singkat "Hari ini banyak orang di Versailles". Meskipun singkat, namun Du Barry disebut sangat puas. 
Ibunda MA kerap mengirim surat dari Austria, berharap agar MA lekas hamil dan memiliki keturunan. Ibunda MA berpikir ada yang salah dengan Louis sebab ia tak terangsang oleh anaknya. Hingga suatu hari pada tahun 1777, kakak laki-laki MA yaitu kaisar Joseph II datang untuk berbicara dengan Louis. Mendengar pengakuan Louis soal kehidupan seks, ia tidak melihat ada masalah medis pada diri Louis. Hanya saja cara berhubungan yang mungkin keliru. Hal ini disampaikan melalui surat ditujukan kepada Leopold, kakak laki-laki MA yang lain. 

Kelahiran Marie Therese dan Adik-Adiknya
Kedatangan Joseph ini berbuah manis, pada 18 Desember 1778, MA pun melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Marie Therese Charlotte Bourbon. Marie Therese adalah nama ibunda Marie Antoinette. Keluarga kerajaan Perancis dan masyarakat masih menghendaki MA melahirkan pewaris kerajaan, yaitu bayi laki-laki. Sehingga kelahiran Marie Therese tidak disambut antusias. MA berkata "kasihan gadis kecil, kamu tidak dikehendaki, tetapi kamu tetap aku sayangi. Anak laki-laki akan menjadi milik negara, kamu akan menjadi milikku"
 Setelah kelahiran Marie Therese kecil, suami MA menghadiahkan sebuah rumah bernama Petit Trianon sebab ia mengetahui bahwa MA tidak menyukai ritual istana Versailles yang kaku. Louis membebaskan MA merenovasi rumah tersebut sesuai selera MA. MA membuat taman, sungai, perkebunan dan peternakan di sekitar rumah tersebut. Rumah tersebut dahulu dibangun oleh raja Louis XV untuk ditinggali selir bernama Nyonya Pompador.  Untuk mendatangi Petit Trianon, raja Louis XVI harus terlebih dulu mendapat undangan atau ijin dari MA. Tak lama kemudian, MA terserang cacar dan menghabiskan waktu sebulan hanya di Petit Trianon ditemani oleh empat orang pria yang diklaim bertindak sebagai "perawat". 
Pada 1781, MA kembali melahirkan, namun kali ini sangat dinantikan oleh banyak orang sebab sang bayi adalah anak laki-laki yang diberi nama Louis Joseph. 

Hubungan Dengan Axel Von Fersen Semakin Dekat
Rekan lama MA bernama Axel Von Fersen, pria kelahiran Swedia yang dikenal tampan, kembali datang. Axel ini diduga memiliki hubungan terlarang dengan MA, berdasarkan bukti surat-surat di antara mereka. Pada tahun 1785, tepat sembilan bulan setelah kepulangan Axel, MA melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Louis Charles. Banyak spekulasi menyebut bahwa anak itu adalah hasil hubungan dengan Axel. Namun para asisten menyebut bahwa pada saat sebelum mengandung, Louis XVI sering menghabiskan malam bersama MA.
Pada tahun 1786, MA melahirkan untuk terakhir kalinya. Bayi perempuan yang diberi nama Sophie itu hanya bertahan hidup selama 11 bulan. 
Pada Juni 1789, putra sulung MA yaitu Louis Joseph wafat akibat tuberkulosis. Hanya empat bulan berselang, tepatnya pada 5 Oktober 1789, ratusan wanita merangsek ke istana Versailles. MA tampil di balkon sambil memberikan gestur permintaan maaf. Mereka menuntut agar keluarga kerajaan pindah ke Paris. Di Paris, mereka ditempatkan sebagai tahanan rumah di Tuileries.

Upaya Pelarian Ke Montmedy
Pada 20 Juni 1791, Axel Von Fersen merancang rencana bagi MA sekeluarga untuk melarikan diri ke Montmedy. Di Montmedy, Louis XVI berencana mengadakan kontra revolusi dengan cara bergabung dengan pasukan pendukung kerajaan. Di dalam kereta, terdapat raja Louis XVI, Marie Antoinette, Marie Therese, Louis Charles, adik bungsu Louis XVI yaitu Elisabeth serta pengasuh Louis Charles yaitu nyonya Tourzel. Mereka menyamar sebagai keluarga turis Russia.  Pada saat yang hampir bersamaan, adik Louis XVI yaitu Count of Provence dan istrinya juga melarikan diri, menuju ke Austria-Belanda, sehingga mereka menggunakan jalur berbeda.
Axel mengikuti MA dan keluarga hingga ke tujuan berikutnya dan kemudian diperintahkan oleh Louis XVI untuk meninggalkan mereka. Namun pelarian MA ini hanya berlangsung selama 23 jam. Saat mencapai Sainte-Menehould, identitas asli mereka mulai dikenali. Dan saat mencapai Varennes, mereka diberhentikan oleh seorang pria bertubuh pendek bernama Drouet. Ia dibantu oleh beberapa serdadu untuk memblokir jalan. Setelah beradu argumen, Louis dipertemukan dengan seorang pedagang lokal bernama Saucy yang juga seorang pengacara. Kepada Saucy, Louis meminta diijinkan meneruskan perjalanan agar mereka bisa sampai di Rusia untuk memenuhi undangan Bapak Baron yang mengadakan pesta kostum akbar untuk sang istri. Awalnya Bapak Saucy percaya, apalagi setelah melihat paspor. Namun Drouet mengancam bahwa membiarkan mereka pergi berarti Saucy siap kehilangan kepala. Louis dan rombongan kemudian dibawa ke rumah Saucy, bertemu dengan istri Saucy. Mereka terpaksa menginap semalam. Salah satu alasan pelarian ini gagal akibat suami MA yang beberapa kali menunda kepergian. Raja Louis XVI semula enggan meninggalkan Paris, ia menganggap bahwa hanya segelintir orang yang mendukung revolusi.  Pelarian ini menjadi salah satu alasan kuat raja Louis XVI kelak dipenggal.

Menjadi Tahanan Di Penjara Temple
               Pada 13 Agustus 1792, Louis XVI, Marie Antoinette, Elisabeth, Marie Therese, Louis Charles ditahan di penjara Temple. Mereka diikuti oleh beberapa pegawai setia mereka yaitu Nyonya Lamballe, dua asisten Louis XVI, tiga tukang masak dan yang lain.  Asisten Louis XVI adalah bapak Clery. Meskipun hanya tukang masak, namun Turgy punya andil besar untuk Marie Antoinette. Pada warga menggeruduk istana Versailles, Marie Antoinette dibawa melarikan diri. Namun ada salah satu pintu yang terkunci. Para asisten Marie Antoinette menggedor-gedor sambil memohon dibukakan. Adalah Turgy yang berjasa. Pada 20 Agustus 1792 pukul 1 pagi, penjaga memerintahkan semua yang bukan anggota kerajaan harus pergi meninggalkan tempat. Hal ini memicu protes dari MA dan Louis. MA bersikeras bahwa Nyonya Lamballe merupakan anggota kerajaan. Mendiang suami Nyonya Lamballe merupakan paman Louis XVI. Pernikahan mereka hanya berlangsung sebentar sebab suami Nyonya Lamballe wafat akibat sakit. Protes tidak ada gunanya lagi. Banyak penjaga yang kurang respek pada anggota kerajaan. Di penjara ini, Louis XVI sedikit gembira sebab ia menemukan perpustakaan. Ia bisa menghabiskan waktu untuk membaca selain kegiatan lain.  Sementara Marie Antoinette menghabiskan waktu untuk menyulam dan menjahit pakaian yang mulai robek sana sini. Di luar kegiatan itu, Marie Antoinette, Louis XVI dan Elisabeth mengajarkan berbagai pelajaran kepada Marie Therese dan Charles. Di ruang tengah, terdapat sebuah piano yang biasa dimainkan oleh Marie Antoinette. Perlahan, alat makan mereka berupa pisau mulai disita. Pisau itu hanya bisa dipakai oleh asisten Louis, memotongkan makanan di depan pengawasan para penjaga. Gunting milik Elisabeth untuk menjahit juga disita, sehingga ia menggunakan giginya untuk memotong benang. Pada Januari 1793, suami Marie Antoinette menjalani persidangan. Ia dituduh berbagai macam, termasuk pertumpahan darah masyarakat Perancis. Setelah melakukan vote, sebagian lebih menginginkan raja Louis XVI dijatuhi hukuman mati. Pada malam sebelum eksekusi, Marie Antoinette, Putri Elisabeth dan anak-anak dibawa turun ke ruangan Louis XVI. Suami Marie Antoinette berjanji akan menemui mereka lagi pada pagi hari jam 8, namun Marie Antoinette meminta jam 7 pagi dan disetujui. Namun esok harinya, Louis XVI tidak menemui mereka karena Louis tidak ingin menambah beban perasaan. Sepeninggal Louis XVI, Marie Antoinette enggan membawa kedua anaknya untuk turun ke taman. Hal ini disebabkan ia harus melewati pintu kamar mendiang sang suami, dan ia tak dapat menahan perasaannya. Seorang petugas menyarankan Marie Antoinette membawa anak-anak ke taman di atas penjara. Setidaknya anak-anak membutuhkan udara segar demi kesehatan. Saat yang bersamaan, kaki Marie Therese mengalami infeksi. Marie Antoinette minta dipertemukan Clery, asisten pribadi Louis yang menemani hingga sebelum Louis dibawa pergi dari penjara Temple namun petugas mengatakan kondisi Clery buruk. Para petugas di penjara Temple dilarang mempertemukan Marie Antoinette dengan Clery. Clery tetap berada di ruangan mendiang majikannya. Secara psikis, ia sangat terpukul. Saat dikunjungi dan diajak duduk di meja makan, Clery nampak enggan makan. Kemudian datanglah dua petugas yang menyaksikan eksekusi Louis, dengan santai bercerita bagaimana ia mempercepat eksekusi. Clery semakin terlihat depresi. Ia kemudian diajak kembali ke ruangan, dan beberapa kali hampir pingsan. Di sela-sela itu, Clery berkisah kalau saja sang majikan mau kabur, dengan mudah bisa dilakukan. Sebab jendela ruangan Louis hanya sejengkal dari dasar. Namun Louis tak ingin lolos meninggalkan keluarganya tertahan di penjara Temple. 

Pagi Terakhir Bersama Sang Anak Sulung dan Adik Ipar
Sekitar jam 2 pagi, beberapa petugas masuk. Mereka membacakan perintah pemindahan Marie Antoinette. MA tidak mengucapkan sepatah kata atau emosi sedikitpun. Putri Elisabeth dan Marie Therese memohon untuk diikutsertakan, namun tentu keinginan ini ditolak mentah-mentah. Mereka memeriksa barang-barang yang akan dibawa, dan menemukan paket kecil berisi rambut Louis XVI dan anak-anak, juga secarik kertas matematika yang ia ajarkan ke Louis Charles, sebuah buku yang mencatat alamat dokter anak-anak, miniatur sahabat dekatnya nyonya Lamballe, dua teman masa remaja yaitu putri Hesse dan Mecklenburg serta dua buku doa. Namun petugas membiarkan MA membawa saputangan dan botol parfum. Elisabeth membisikkan sesuatu di telinga MA, namun tidak terdengar. Setelah mengucap perpisahan pada Marie Therese dan memohon memperlakukan Elisabeth seperti ibu kedua, MA pun beranjak pergi tanpa menoleh lagi. Di pintu depan, kepala MA membentur pintu, karena tak menyadari bahwa pintu itu rendah. Seorang petugas bertanya apakah ia merasa sakit, "tidak, tidak ada yang bisa menyakiti diriku lagi" Dalam perjalanan dari penjara Temple menuju ke Conciergerie, MA ditemani oleh kepala penjara Michonis dan beberapa pengawal. 



40 Hari Pertama Di Penjara Conciergerie
Adalah seorang pengacara yang juga pendukung revolusi bernama Antoine Fouquier Tinville yang "mengambil alih" nasib Marie Antoinette. Pada 2 Agustus 1793 jam 3 pagi, Marie Antoinette sampai di penjara Conciergerie. Umumnya tahanan didaftarkan di kantor depan, yang dipisahkan oleh kaca. Namun berbeda dengan Marie Antoinette, ia langsung diantar ke ruangan. Petugas melucuti cincin sang bekas ratu. Namun ada dua benda penting yang masih ia dapat selamatkan. Pertama adalah pendant metal berbentuk oval, berisikan potongan rambut Louis Charles yang dibungkus sarung tangan kuning kecil si putra. Benda lain adalah jam kantung berlapis emas pemberian ibunda Marie Antoinette.  Ia tampak beberapa kali mengusap keringat yang mengucur di dahi. Wajar saja, karena saat itu adalah puncak musim panas. Semua petugas keluar dari ruangan, menyisakan Marie Antoinette ditemani Rosalie dan Nyonya Richard. Rosalie sejatinya adalah tukang masak dari suami istri Richard.  Mereka menyiapkan seprei dan bantal yang terbaik untuk sang bekas ratu. Selain itu, mereka juga menyiapkan sebuah meja sederhana dan dua buah kursi. Di hadapan Rosalie dan Nyonya Richard, pandangan Marie Antoinette menyisir ruangan mencari paku di dinding, kemudian ia menapak ke pijakan kaki yg ditutupi kain, dan menggantungkan jam loketnya di paku itu. Rosalie maju untuk menawarkan bantuan, namun ditolak dengan manis oleh sang bekas ratu "tak usah, anak yg baik. Sejak tidak ada orang yang membantu, saya sudah terbiasa melakukan semua seorang diri

Pagi harinya, dua penjaga ditempatkan di ruangan Marie Antoinette. Seorang wanita tua berusia 80 tahunan ditugaskan untuk menemani Marie Antoinette, namanya Lariviere. Sebuah tempat tidur ditempatkan di sebelah tempat tidur Marie Antoinette untuk Lariviere. Lariviere meminta anaknya, Louis Lariviere untuk membelikan kain, benang dan jarum di pasar dan sesegera mungkin kembali.  Ia berupaya menambal pakaian Marie Antoinette yang berlubang di kedua bawah lengan, dan juga bagian bawah rok yang sudah rantas. Si anak bernama Louis merupakan juru kunci penjara. Tak lama, nyonya Richard dan Rosalie datang membawa sebuah penyekat yang tidak begitu begitu tinggi, agar Marie Antoinette tetap memiliki privasi. Berikutnya, dipasang korden yang memilah ruangan antara MA dengan dua petugas jaga. Hal ini berguna saat MA melakukan panggilan alam. Adalah seorang tahanan laki-laki bernama Barassin yang akan membawa buangan keluar ruangan.  Marie Antoinette meminta beberapa pakaian dan asesoris yang ia tak sempat bawa dari penjara Temple. Namun keinginan ini tidak berani dikabulkan oleh Nyonya Richard. Adalah bapak Michonis yang pergi ke penjara Temple untuk menyampaikan. Sepuluh hari kemudian, datang sebuah paket. Saat dibuka, Marie Antoinette mengatakan bahwa yang menyiapkan semua tentu sang adik ipar, putri Elisabeth. Ia meminta sebuah dus untuk menyimpan pakaian dan asesoris tersebut. Nyonya Richard membiarkan Rosalie meminjamkan dus. Bekas ratu ini tampak sangat senang seolah-olah ia telah mendapat sebuah perabotan yang terbaik di dunia. Rosalie juga diijinkan untuk meminjamkan cermin miliknya. Marie Antoinette meminta tolong nyonya Richard untuk membuat penutup kepala miliknya menjadi dua bagian, agar ia memiliki ganti. Setelah kegiatan menambal selesai, nenek Lariviere ini digantikan oleh wanita muda bernama Harel. Suami Harel bekerja di kantor polisi. Marie Antoinette tampak enggan banyak komunikasi dengan Harel. Tak lama datanglah tukang kaca ke ruangan Marie Antoinette. Ia diminta oleh juru kunci Conciergerie untuk datang membawa dua panel kaca ukuran sedang. Saat ia memasang panel kaca yang pertama, terdengar musik instrumen harpa dari lantai atas. Seketika Marie Antoinette berhenti menyulam, dan tampak senang mendengarkan. Ia pun bertanya pada tukang kaca "pak, apakah harpa yang kita dengar ini dimainkan oleh wanita di penjara ini?". Tukang kaca menjawab bukan "Dia adalah anak perempuan petugas daftar...." Ia hendak melanjutkan, namun Harel segera menatap tukang kaca dengan ekspresi yang terganggu. 
Suatu hari, petugas mendatangi ruangan dan menyita jam pemberian sang ibunda. Marie Antoinette hanya bisa menangis getir. Nyonya Richard menceritakan hal ini kepada Rosalie. Tak pelak, ia hanya memiliki satu benda yang berharga yaitu pendant yang ia pakai sehari-hari. Pendant ini tentu tak mudah dilihat dari luar. Setiap malam, ia mengeluarkan benda itu, menciumi sambil menangis. Meskipun sang ibu "dibebastugaskan" dari ruangan Marie Antoinette, namun Louis Lariviere masih bekerja di bawah suami istri Richard. Kadang ia membantu Rosalie di dapur karena pekerjaan itu terlampau banyak buat Rosalie.
Kegiatan Rosalie selama 40 hari pertama adalah mengantarkan makanan, ditemani oleh nyonya Richard atau kadang bapak Richard. Makan pagi adalah jam 9, dan makan malam jam 2 atau 2.30. Sesampai di ruangan, nyonya Richard segera menyiapkan meja. Sementara Rosalie tetap menunggu di pintu masuk. Melihat hal ini, Marie Antoinette mengajak Rosalie masuk "ayo mendekat sini Rosalie, jangan takut". Di lain waktu, selagi nyonya Richard menyiapkan meja, Marie Antoinette akan mengamati dua penjaga yang sedang bermain kartu. Sementara Fouqier Tinville disebutkan datang setiap hari ke Conciergerie, sebelum jam 12 malam. Tak jelas apakah ia langsung mengunjungi ruangan Marie Antoinette atau tidak.

Apabila Rosalie berhalangan mengantar makanan untuk Marie Antoinette, nyonya Richard akan meminta tolong juru kunci Lariviere untuk mengantar makanan. Juru kunci Lariviere mengklaim bahwa nyonya Richard lebih nyaman meminta dirinya daripada Rosalie. 
 Suatu hari Nyonya Richard membawa anak laki-lakinya yang dipanggil Fanfan, ke dalam penjara Marie Antoinette. Seketika Marie Antoinette memeluk dan menciumi Fanfan sambil menangis. Ia mengatakan tentang Louis Charles yang sebaya dengan Fanfan, dan selalu memikirkan anak itu siang dan malam. Melihat ini, Nyonya Richard bertekad tidak akan membawa Fanfan lagi ke penjara agar tidak membuat Marie Antoinette bersedih.
Selama nyonya Richard bertugas di penjara, makanan Marie Antoinette sangat terjamin. Ia dan Rosalie setiap hari berbelanja. Saat pedagang mengetahui mereka berbelanja untuk ratu, mereka memberikan daging ayam dan buah-buahan yang terbaik mereka miliki. "Untuk ratu kita" ucap mereka sambil menangis. Nyonya Richard berkata "setelah ia meninggalkan tempat ini, dia akan membawamu, dan memperkerjakanmu, Rosalie"
Bapak Richard kerap mengunjungi Marie Antoinette dan memastikan bahwa kebutuhannya sudah terpenuhi. Hingga Marie Antoinette bertanya kepada pak Richard kalau ia pernah bekerja di sebuah hotel. Pak Richard menjawab bahwa ia sudah tinggal dan bekerja di penjara sedari lahir. Marie Antoinette memberi alasan mengapa ia bertanya demikian "karena semua yang anda berikan ke saya, sangat baik".


Kunjungan Wanita Yang Memiliki Peri Kemanusiaan
 Suatu hari, seorang wanita bernama Mademoiselle Fouche mengunjungi beberapa tahanan di Conciergerie. Ia bersama romo Magnin sudah dikenal oleh beberapa kepala penjara, baik itu di Conciergerie maupun di La Force. Keduanya memberi dukungan moral, bantuan dan pemberkatan misa kepada para tahanan. Di masa orang-orang sudah tidak peduli dengan "membantu". Mademoiselle Fouche sudah mendengar bahwa sang bekas ratu Perancis itu ditahan di penjara Conciergerie. Ia mendekati pak Richard agar bisa diijinkan mengunjungi Marie Antoinette. Pak Richard sangat yakin bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Namun berikutnya ia berubah pikiran "dengarkan, ada 4 penjaga yang ditugaskan di ruangan. Dua penjaga berhati jahat, dua lagi baik. Mereka berganti tugas di tengah malam. Kamu datang ke sini lagi jam 12.30 tengah malam. Kita lihat nanti". Wanita ini datang lagi seorang diri. Ternyata Marie Antoinette masih terbangun. Ia menggambarkan situasi sel sang bekas ratu : satu ruangan yang dipisahkan oleh sebuah penyekat ruangan rendah dan juga korden. Di satu sisi, adalah untuk Marie Antoinette, di satu sisi adalah untuk dua penjaga. Kehadiran Mademoiselle Fouche disambut dingin oleh Marie Antoinette. Tentu wanita ini harus memperkenalkan diri dan tujuan ia datang. Ia menawarkan makanan, baju dan stocking yang dibawa, namun tak direspon oleh Marie Antoinette. Kemudian Mademoiselle Fouche menggunakan upaya persuasif, mengingatkan bahwa suara publik tidak memungkinkan lagi sang bekas ratu memiliki harapan ke depan. Hanya agama yang bisa memberi penghiburan. "untuk itulah mengapa saya memberanikan diri mengunjungi anda. Kalau anda setuju, saya bisa membawa romo Katolik yang tidak disumpah oleh Majelis Konstitusi Nasional". Rupanya upaya ini memberikan efek langsung kepada Marie Antoinette, ia segera memeluk Mademoiselle Fouche. Ia berharap janji membawa sang romo segera dilaksanakan.
Di luar Conciergerie, Mademoiselle segera mencari stocking tebal agar bisa dipakai sang bekas ratu. Para biarawati dari La Charite Saint Roch antusias menyediakannya. Ia juga menghubungi tukang roti untuk membuatkan roti jenis "rye", roti dengan warna gelap dan lebih berserat kesukaan Marie Antoinette. Ia juga tak segan mencarikan gaun dalam dengan kualitas lebih baik untuk sang bekas ratu. Namun ia tak berani membawa gaun luar baru, mengingat Marie Antoinette diawasi setiap saat. Pakaian luar baru akan memancing mata para musuh untuk curiga dan bisa membuyarkan kedatangan rutin rahasia Mademoiselle dan Romo Magnin. Mademoiselle Fouche datang lagi kedua kali, kali ini ia diikuti oleh Romo Magnin. Saat bertemu sang romo, Marie Antoinette menangis. Ia meluapkan perasaanya pada sang  romo satu setengah jam. Berikutnya ia memeluk Mademoiselle Fouche, dan berharap agar di kunjungan berikutnya, Romo Magnin bisa datang lagi.  Ia kemudian membungkus cangkir keramik beralaskan perak, dan meminta si wanita itu memberikan kepada sang putri yang masih ditahan di penjara Temple bersama putri Elisabeth. Marie Antoinette menyebut sang putri sebagai Madame Royal, alias Putri Kerajaan. Lebih lanjut, Marie Antoinette berpesan "seandainya anda tidak bisa memberikan cangkir ini kepada dia, anda simpan saja untuk diri anda sebagai kenangan-kenangan dari saya". 

Upaya Pembebasan Marie Antoinette Terakhir 
Pada pertengahan September 1783, seorang petugas di angkatan darat bernama bapak Rougeville diantar ke ruangan Marie Antoinette oleh bapak Michonis. Bapak Rougeville dan Marie Antoinette sudah saling mengenal satu sama lain. Pak Michonis sejatinya adalah pendukung revolusi. Diduga setelah bertemu pak Rougeville, pak Michonis setuju dengan ide membebaskan Marie Antoinette. Pak Rougeville menjatuhkan bunga carnation di rok Marie Antoinette. Tentu bunga itu mengandung pesan singkat. Setelah membaca, Marie Antoinette segera menjawab singkat dengan menggunakan "embos". Isinya : "saya diawasi terus menerus, tidak bisa menulis atau berbicara, saya percaya kamu, saya akan ikut" . Diduga, Marie Antoinette meminta tolong salah seorang penjaga di ruangan untuk menyampaikan ke pak Rougeville yang sedang berjalan keluar bersama pak Michonis. Setelah itu, tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi berikutnya sehingga gagal.
Ada beberapa dugaan. Satu, diduga ada petugas penjara yang tidak sepaham dan mengancam akan berteriak memanggil para penjaga di Conciergerie. Kedua, wanita yang ditugaskan untuk menemani Marie Antoinette bernama Harel, melaporkan kepada Fouquier. 
Setelah kejadian ini, penjagaan Marie Antoinette semakin diperketat. Harrel tidak nampak lagi di ruangan Marie Antoinette. Nyonya Richard dan suami dipenjara di Madelonnettes. Bapak Michonis dan Rougeville juga akan dipenjara. Pada Juli 1794, bapak Michonis dipenggal. Sementara Rougeville akan pindah ke kota Reims dan tewas ditembak pada tahun 1814, pada masa kerajaan Napoleon. Dua penjaga di ruangan Marie Antoinette digantikan oleh bapak Lebeau. Pada 11 September 1793, MA dipindah ke ruangan bawah tanah yang lembab. Apabila air sungai Seine meluap, air bercampur lumpur masuk ke ruangan. 

Marie Antoinette Di Bawah Pengawasan Pak Lebeau
Pak Bault/Lebeau akan selalu ditemani oleh dua penjaga, yang tidak bersimpati pada Marie Antoinette. Sebelumnya, pak Lebeau adalah penjaga di penjara La Force. Mademoiselle Fouche sudah mendengar upaya pembebasan Marie Antoinette yang berakhir gagal dan segala perubahan. Dan ia juga mengenal Lebeau sudah lama. Tak sulit baginya untuk berkomunikasi dengan pak Lebeau, termasuk tetap mengunjungi MA. Mademosoille Fouche ingat di kunjungan sebelumnya, ia bisa merasakan penutup kepala dan bagian lengan sang bekas ratu terasa basah. Ia kemudian memberitahu betapa lembabnya ruangan Marie Antoinette dengan pak Beau/Lebeau. Pak Beau kemudian memasang sepotong karpet tua di dinding sebelah ranjang Marie Antoinette. Pemasangan ini menimbulkan protes dari dua penjaga yang mengikutinya. Pak Lebeau segera berkilah "kamu tahu bahwa karpet ini berfungsi untuk meredam suara, agar pembicaraan di ruangan sebelah tidak terdengar". Dua petugas itu terdiam dan menyetujui ide pak Lebeau. 

Menurut Rosalie, sekilas pak Lebeau ini tampak keras dan kaku, namun ternyata ia memiliki hati yang baik. Kepala penjara membiarkan Rosalie tetap bekerja melayani Marie Antoinette di bawah pengawasan bapak Lebeau. Selain itu, Rosalie juga harus memasak makanan dalam jumlah yang besar, yang mana harus mencukupi kebutuhan makan sekitar 18 orang termasuk sang bekas ratu.  Saat Marie Antoinette meminta tolong Rosalie untuk mengikat rambut, Lebeau segera maju dan mengatakan bahwa ia akan melakukannya. Marie Antoinette tertegun dan menolak. Ia berdiri untuk melakukannya sendiri, dan kemudian memberikan sisa pita kepada Rosalie untuk kenang-kenangan. Namun saat berada di atas ruangan, pak Lebeau menyita pita tersebut dengan alasan tak ingin mendapat masalah karena tanggung jawabnya yang sulit. Banyak yang berubah setelah kejadian yang disebut "carnation plot" ini. Rosalie tidak diperbolehkan belanja lagi ke pasar. Ketika ayah Rosalie datang menjenguk, pak Lebeau kurang nyaman "bertemu Rosalie 5 menit saja, keluarga saya sendiri juga tidak datang menjenguk. jangan datang lagi". Saat makan, Rosalie menunggu di ruangan. Ia mengamati bahwa sang bekas ratu membelah ayam di piringnya menjadi dua bagian, dengan harapan, separuh untuk besok. Sementara sayuran yang diberikan, ia habiskan. Setelah selesai, Rosalie membereskan meja. Marie Antoinette mengucap syukur dan berjalan sejenak di ruangan. Rosalie tidak diperbolehkan meninggalkan peralatan makan apapun termasuk gelas yang di ruangan selepas makan. 
Suatu ketika, Marie Antoinette hanya meminum separuh air di gelas. Seperti biasa, Rosalie harus membawa keluar. Saat berjalan, ia bertemu dengan Pak de Saint Leger, seorang tahanan yang baru datang dari kantor registrasi Conciergerie. Ia bertanya "apakah ratu meminum air dari gelas ini?". Setelah dijawab, si bapak segera melepas topi, dan meminum sisa air dengan hormat dan gembira.
Setelah kasus "Carnation Plot" ini, tahanan lain juga terpengaruh. Nyonya Lamarliere yang biasa menjenguk suami di tahanan, tidak diperbolehkan lagi datang. Ia meminta Rosalie potongan rambut sang bekas ratu. Tentu ini mudah dilakukan sebab Marie Antoinette rutin memotong rambutnya.
Sebelum Carnation Plot, nyonya Richard mencucikan pakaian sang bekas ratu kepada nyonya Saulieu, tukang cuci yang ia kenal. 
Para petugas, di bawah perintah Fouquier Tinville bisa datang sidak setiap saat, pagi siang atau malam bahkan tengah malam. Saat datang, mereka tak segan memeriksa tempat tidur Marie Antoinette dan mengobrak abrik barang-barangnya. Marie Antoinette yang lemah akibat penyakitnya, diperparah lagi dengan susah beristirahat dengan tenang. Mereka ingin memastikan bahwa Marie Antoinette tidak dapat kabur.
Di waktu senggang, Rosalie rutin membersihkan sepatu Marie Antoinette yang terbungkus lumpur. Dari balik jeruji jendela, tahanan lain meminta Rosalie untuk mendekat. Mereka kemudian bergantian memegang dan menciumi sepatu sang bekas ratu. 
 Marie Antoinette hanya memiliki dua pakaian, yaitu putih dan hitam. Rok hitam miliknya mulai hancur menjadi potongan-potongan kecil. Putri sulung pak Lebeau berusaha memasang kerah di pinggiran rok tersebut. Sementara istri pak Lebeau membagikan potongan rok sang bekas ratu kepada orang-orang yang sangat menginginkan memilikinya. Menurut istri Lebeau, Marie Antoinette diberikan semacam daster, satu buah setiap 10 hari. Bahkan saputangan pun juga dikirimkan satu persatu. MA rutin menulis daftar bajunya di tembok menggunakan jarum pentul. MA juga menulis hal yang lain namun setelah wafat, tembok di ruangan lembap ini dicat lagi.  Marie Antoinette meminta sprei katun Inggris. Permintaan ini disampaikan pak Lebeau kepada Fouguier-Tinville, hanya untuk mendapat jawaban kemarahan "beraninya kamu meminta itu??!! Kamu pantas dihukum guillotine(penggal)".
Setelah kenal lebih jauh, sang bekas ratu ini mulai mempercayakan pengikatan rambutnya kepada pak Lebeau setiap pagi++. "mulai sekarang, saya akan memanggil anda pak Bon, karena lebih berharga daripada beau/Bault". Sikap manis, baik, perhatian namun penuh ketegaran Marie Antoinette tak ayal mengundang simpati yang dalam kepada suami istri Lebeau. Di rumah, mereka menangisi nasib sang bekas ratu ini. Mereka tidak berani menunjukkan di luar karena mereka sadar selalu diawasi oleh orang-orang yang tidak bersimpati, pendukung revolusi dan musuh. Pak Lebeau juga berusaha menyampaikan informasi tentang putri Elisabeth dan kedua anaknya yang ia peroleh dari bapak Hue. Suatu hari, Marie Antoinette menyisipkan sesuatu ke tangan pak Lebeau. Namun sayang hal ini disaksikan oleh dua penjaga yang selalu mengawasi gerak gerik Pak Lebeau. Dengan terpaksa, pak Lebeau membuka tangannya untuk memperlihatkan apa yang disisipkan. Itu adalah pendant yang berisikan rambut dibungkus sarung tangan sang putra, Louis Charles. Pak Lebeau mengerti bahwa Marie Antoinette menginginkan barang itu diberikan ke anaknya di penjara Temple. Barang itu kemudian diserahkan ke kantor Fouquier. 
Di lain hari, dengan menggunakan dua tusuk gigi dan benang wool yang keluar dari karpet, Marie Antoinette menyulam sesuatu. Setelah selesai, ia pura-pura menjatuhkan di dekat kaki, tepat saat pak Lebeau masuk. Dengan sigap, pak Lebeau segera berpura-pura menjatuhkan sapu tangannya untuk menutupi sekaligus mengambil barang anyaman itu. 

Dua Misa Terakhir Yang Diikuti Oleh Marie Antoinette.
Mademoiselle Fouche meminta ijin pak Lebeau untuk mengadakan Misa Komuni di ruangan Marie Antoinette. Semula pak Lebeau keberatan, namun Mademoiselle Fouche menenangkan "jangan kuatirsaya hanya minta anda menyediakan dua buah lilin". Pada permulaan Oktober 1793 malam hari, di tempat yang sudah disepakati, pak Lebeau menemui Mademoiselle Fouche dan romo Magnin. Bertiga, mereka menuju ke ruangan (di penjara Marie Antoinette di Conciergerie, tentunya). Mademoiselle Fouche bergegas menyiapkan meja yang ditutupi dengan taplak, untuk dijadikan altar.  Di atas meja dilengkapi dengan gelas piala perak yang dilepas menjadi beberapa bagian, roti ekaristi , buku liturgi, kendi dan alat misa lain. Mademoiselle Fouche datang bersama romo Magnin. Romo Magnin berbincang dengan Charles Antoine Lamarche dan Jean Baptiste Prud'homme, dua petugas jaga malam hari di ruangan. Keduanya setuju untuk mengikuti upacara komuni bersama sang tahanan dan nyonya Mademosoille Fouche. Meskipun di hadapan agama, posisi kesemuanya adalah sejajar, namun romo Magnin menginginkan Marie Antoinette mendapat pemberkatan yang pertama. Di kaki romo, Marie Antoinette menangis. Ia menyerahkan anak-anaknya di dalam lindungan Tuhan, juga meminta kekuatan menghadapi penderitaan yang sedang menimpa. Setelah misa ini, Romo Magnin jatuh sakit. Itu adalah pertemuan terakhir Romo Magnin dengan Marie Antoinette. Mademoiselle Fouche membawa Romo lain, yaitu Romo Cholet. Romo Cholet memimpin misa pada 12 Oktober 1793 malam, hanya dua hari sebelum Marie Antoinette dibawa ke persidangan. Setelah misa ini, Romo Cholet pergi ke Inggris untuk mencari perlindungan. Tak lama ia meninggal dunia di negara yang dipimpin raja George III itu. Mademoiselle kembali lagi ke Paris, dengan harapan dia bisa bertemu sang bekas ratu sekali lagi. Namun di kota Etompes, ia diberitahukan oleh orang-orang yang baru meninggalkan Paris, bahwa Marie Antoinette sudah menemui ajal di panggung guillotine. Pada 1814, Romo Magnin bertemu dengan Marie Therese, untuk menceritakan pertemuan dan misa rahasia dengan ibundanya. Pada 1817, nyonya Bault menawarkan sebuah catatan tentang hari-hari terakhir Marie Antoinette. Nyonya Bault yang saat itu sudah menjadi janda, mengagumi keberanian romo Magnin menerjang bahaya yang tiada akhir demi menemui Marie Antoinette dan memberi urapan Katolik.
Pada 1825, dari semua yang menyaksikan Marie Antoinette menerima pemberkatan misa, hanya tersisa Mademoiselle Fouche dan Romo Magnin. 
Pak Lebeau sudah meninggal akibat sakit. Dua penjaga yang mengikuti misa rahasia sebanyak dua kali tewas dipenggal. Tentu bukan karena mengikuti misa rahasia ini, karena sejatinya tidak ada yang mengetahui kecuali dari pengakuan Mademosoille Fouche pada 1824 dan romo Magnin pada tahun 1825. Romo Magnin menyebut ada dua biarawati dari La Charite Saint Roch yang masih hidup yaitu biarawati Julie dan Jeanne. Mereka adalah beberapa yang menyediakan stocking tebal dan garter untuk sang bekas ratu. Stocking dan garter ini ditemukan di jasad Marie Antoinette saat diangkat dari pekuburan Madeline.

Hari Hari Terakhir di Penjara Conciergerie
Setiap hari, Rosalie membenahi tempat tidur dan menyiapkan pakaian di kursi. Perasaan Marie Antoinette tentu menderita, sama dengan penderitaan fisiknya. Ia mengalami pendarahan seperti menstruasi tanpa henti, diduga karena kanker rahim. Setiap malam, Rosalie berusaha menghangatkan selimut dan pakaian Marie Antoinette di ruangannya, kemudian turun untuk dipakai Marie Antoinette menghangatkan tubuhnya. Rosalie juga meminjamkan pakaian tidurnya ke Marie Antoinette. Di bulan Oktober 1793, cuaca berganti lebih dingin. Terlebih di ruangan Marie Antoinette yang di bawah, susah mendapatkan matahari dan selalu terendam lumpur. Jika air sungai Seine meluap, air sungai itu masuk ke ruangan. Sementara malam hari, ia tidak diperbolehkan tidur dengan lilin menyala. Rosalie berusaha memperlambat pekerjaannya sebisa mungkin setiap malam, karena selama dia masih di sana, lilin harus dibiarkan menyala. Wajahnya tampak jauh lebih tua dari usianya, yang kala itu masih berusia 37 tahun. Ia sedikit kesulitan berjalan. Pak Lebeau meminjamkan sebuah buku bacaan "Perjalanan Kapten Cook" agar Marie Antoinette lebih terhibur. Di waktu lain, Marie Antoinette melihat seorang suster dari jendela, sedang menangkupkan tangan dan pandangan menatap ke atas. Ia berkata ke Rosalie "lihat, betapa khusyuknya ia berdoa"
Rosalie yakin bahwa suster itu berdoa untuk Marie Antoinette, dan sudah dilakukan beberapa waktu lamanya.  

Persidangan
Dua orang pria datang ke ruangan Marie Antoinette, mengaku sebagai pengacara. Mereka adalah Chauveau Lagarde dan Troncon Doucodrey. Keduanya meminta agar Marie mengirim permohonan untuk penundaan sidang agar kedua pengacara ini memiliki waktu untuk menyiapkan nota pembelaan. Nota permohonan ini memang sampai ke Fouquier Tinville, namun ia tidak mengabulkan. Jam 8 pagi tanggal 14 Oktober 1793, Marie Antoinette digiring ke ruang sidang tanpa sempat sarapan. Sejak 14 Oktober pagi hingga 15 Oktober sore, Marie Antoinette tidak memakan apapun. Di persidangan, banyak saksi yang dihadirkan. Beberapa di antaranya mengenal sang bekas ratu karena pernah bekerja pada kerajaan. Para penonton ribut meminta Marie Antoinette untuk berdiri beberapa kali agar mereka bisa melihat sang  bekas ratu lebih jelas. Marie Antoinette dituduh melakukan inces dengan putranya, Louis Charles. Marie Antoinette berdiri "Saya tidak menjawab sebab hati naruni sendiri menolak tudingan demikian kepada seorang ibu" Ibu-ibu yang hadir pun berpihak kepada Marie Antoinette. Seorang wanita bekas asisten di Versailles bernama Reine Millot, menuding Marie Antoinette mengirim sejumlah uang ke Austria. Hakim pengadilan juga mempertanyakan asal usul uang yang digunakan untuk merenovasi Petite Trianon (baca di atas, rumah MA yang diberikan oleh sang suami). Hingga tanggal 15 Oktober jam 4 sore, petugas memberitahu Rosalie bahwa Marie Antoinette tidak akan turun untuk makan. Sementara persidangan diskors selama 45 menit. Rosalie segera membawa sup ke atas. Di atas, seorang kepala polisi mengambil sup itu dari tangan Rosalie untuk diberikan ke selirnya. Ia berkata bahwa selirnya ingin sekali melihat "janda capet". Sebagian tumpah. Rosalie tidak dapat membayangkan apa pikiran Marie Antoinette menerima makanan dari orang yang tidak ia kenal. Upaya pembelaan kedua pengacara sia-sia. Sedari awal, orang-orang yang terlibat di persidangan sudah merencanakan untuk menjatuhi hukuman mati. Hakim persidangan pun seorang pendukung revolusi. 

Pengawal Yang Berhati Baik Ikut Ditahan
Petugas penjara terakhir yang mengantar Marie Antoinette ke ruang sidang untuk mendengar dakwaan, dan kemudian mengantar lagi ke ruangan sembari menunggu dijemput menuju eksekusi adalah Louis Francois de Busne. Busne didakwa melakukan beberapa tindakan kejahatan saat mengawal Marie Antoinette, yaitu melepas topinya, mengambilkan air minum untuk Marie Antoinette saat persidangan diskors dan memberikan lengannya untuk Marie Antoinette berpegangan saat mereka kembali ke ruangan bawah tanah. Ia memberikan beberapa bantahan bahwa melepas topi karena ia kepanasan, bukan sebagai bentuk respek kepada Marie Antoinette. Sementara ia memberikan lengan karena sang bekas ratu mengeluh tak dapat melihat apapun di lorong yang gelap dan juga saat lantai penjara terasa sangat licin. Ia tak mau Marie Antoinette terjatuh, sehingga akan timbul perkara lain yang melibatkan dirinya. 


Putusan 
Beberapa menit menjelang jam 5 pagi tanggal 16 Oktober 1793, Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati. Sekembalinya ke ruangan, ia bertemu dengan Lariviere yang sudah menunggu. Marie mengucap terima kasih buat ibunda Lariviere yang sudah memperlakukan ia dengan sangat baik dan memohon doa. Ia juga melihat pak Lebeau, dan meminta sebuah pena dan kertas untuk menulis sesuatu. Tak seperti biasanya, di meja sudah terdapat dua buah lilin yang menyala. Marie Antoinette segera menulis surat ditujukan untuk putri Elisabeth.
"adalah untukmu, adikku, aku menulis untuk terakhir kali. Aku sudah didakwa, bukan dakwa mati yang memalukan, yang hanya ditujukan kepada para kriminal, tetapi untuk bertemu kembali dengan kakak lakimu (mendiang suami). Tidak bersalah seperti dirinya. I berharap bisa tegar sepertinya di saat terakhir. Aku tenang. Aku sangat menyesal harus meninggalkan kedua anakku. Kau tahu bahwa aku hidup hanya untuk mereka. Dan untukmu, adikku yang baik dan lembut, kesetiaanmu harus mengorbankan segalanya demi bertahan bersama kami. Saat persidangan, aku diberitahu bahwa anak perempuanku (Marie Therese) dipisahkan darimu. Sayang sekali, kasihan anak itu. Aku tidak berani menulis surat untuknya, dia takkan menerima surat dariku. Aku bahkan tidak tahu apakah surat ini akan sampai padamu. Aku harap suatu hari, saat mereka sudah beranjak dewasa, mereka berdua akan berkumpul lagi denganmu. Untuk merasakan kasih sayangmu....Saat seseorang itu bahagia, kebahagiaan itu bisa digandakan dengan berbagi ke teman. Dan di mana seseorang bisa menemukan kebahagiaan lebih lembut, lebih sejati selain di keluarga sendiri? Semoga anak lakiku tidak melupakan pesan terakhir ayahnya bahwa dia tidak boleh membalas dendam akan kematian kita. Aku memaafkan semua musuh yang sudah menyakitiku. Aku ucapkan selamat tinggal kepada semua bibiku, semua saudara laki-laki dan perempuanku. Selamat tinggal adikku yang baik dan lembut. Semoga surat ini bisa sampai padamu. Ingat aku selalu, ciumku dengan segenap hatiku juga kedua anakku yang malang. Oh Tuhan, sungguh tersiksa meninggalkan mereka untuk selamanya. Selamat tinggal, selamat tinggal. Mereka tampaknya akan membawa seorang pendeta, namun aku tidak akan berkata sedikitpun dengannya dan memperlakukan dia seperti seorang asing"
 Setelah menulis, ia memberikan ke pak Lebeau, namun tak berani menyampaikan ke Elisabeth. Terpaksa ia serahkan ke Fouquier. Pak Lebeau kemudian "curhat" kepada istri "ratumu menulis surat. Aku gak bisa memberikan kepada yang dituju, terpaksa kuberikan ke Fouquier"
Surat ini tentu tidak akan pernah sampai ke tangan Elisabeth. Surat yang dijuluki "Testimoni Terakhir Marie Antoinette" ini akan ditemukan oleh Edme-Bonaventure Courtois beberapa tahun kemudian setelah Maximilien Robespiere dipenggal. Konon Robespiere meminta surat ini dari Fouquier Tinville dan menyimpannya bersama barang-barang milik keluarga kerajaan. Dalam surat itu bisa ditemukan tanda tangan Fouquier, dan tiga komisioner lain. Juga jejak air mata Marie Antoinette. Oleh Courtois, surat ini diberikan kepada orang yang tidak diketahui namanya, untuk kemudian diserahkan kepada raja Louis XVIII, adik ipar Marie Antoinette. Pada 1816, surat ini diumumkan secara publik. Selain surat, Courtois juga memberikan sebuah sarung tangan milik Louis Charles dan seikat rambut milik Marie Antoinette. 

Waktu Terakhir di Conciergerie
Sekitar jam 7 pagi, Rosalie diperintah pak Lebeau ke ruangan untuk menawarkan makanan. Marie Antoinette mengatakan "aku tidak perlu makan apapun, segalanya sudah berakhir" Rosalie bersikeras, sebab Marie Antoinette tetap membutuhkan energi. Ia membawakan sup berisikan mie pasta. Marie Antoinette hanya memakan 1-2 sendok makan. Ia tidak lagi memiliki selera makan meskipun lapar dan sakit. Rosalie membiarkan makanan itu ada di meja dan ia pergi. Sejam kemudian, Rosalie kembali ke ruangan untuk membantu Marie Antoinette berpakaian. Tampaknya saat Rosalie absen, pak Lebeau atau petugas lain datang ke ruangan membawakan sepotong gaun putih dan penutup kepala putih. Marie Antoinette disarankan untuk tidak dieksekusi mengenakan gaun berkabung karena itu akan memicu kesenangan dan hinaan bagi warga yang menonton nanti. Sejak wafatnya sang suami, ia selalu mengenakan gaun berkabung. Marie Antoinette tidak keberatan soal saran ini. Ia juga akan mengenakan gaun dalam yang bersih. Sambil memberi arahan, sesekali Marie Antoinette menyantap sup yang masih di meja. Mata penjaga tidak pernah lepas mengawasi Marie Antoinette. Permintaan Marie Antoinette untuk sekedar privasi tidak dituruti. Rosalie menggunakan tubuhnya untuk menghalangi pandangan penjaga saat Marie Antoinette berganti pakaian. Setelahnya Rosalie pergi tanpa berpamitan atau sekedar memberi gestur, ia takut kalau Marie Antoinette akan lebih sedih.
Pukul 10 pagi, Marie Antoinette dibawa ke kantor registrasi, di sana beberapa petugas melepas topi mereka. Salah satu petugas hendak membacakan tuntutan. Marie Antoinette mengatakan "sudah tidak perlu dibacakan lagi. Aku sudah tahu dakwaanku dengan sangat baik". Seorang petugas menjawab "tidak peduli, aku tetap akan membacakan lagi". Setelah dibacakan, seorang pria bernama Henri Sanson hendak mengikat tangan Marie Antoinette. Marie kaget, ia mengatakan bahwa sang suami tidak diikat seperti dirinya. Seorang petugas memerintahkan Henri Sanson tetap menjalankan tugasnya. "duh Tuhan" tangis Marie Antoinette. Henri Sanson adalah putra dari Henri Sanson senior yang lahir pada 1739. Adalah sang ayah yang mengeksekusi suami Marie Antoinette 10 bulan sebelumnya. Sang ayah akan hadir untuk mengawasi eksekusi Marie Antoinette, namun sang anak yang menjadi eksekutor. Setelah mengikat kedua tangan di belakang, Henri Sanson mengambil tutup kepala putih Marie Antoinette. Ia memotong rambut Marie dan mengembalikan tutup kepala lagi. Potongan rambut tersebut disimpan di kantong dan akan dibakar setelah eksekusi selesai. Tentang mengikat tangan, selama perjalanan dari penjara Temple ke De La Concorde, tangan Louis XVI memang tidak diikat. Namun sesampai di depan panggung guillotine, tangan Louis XVI diikat. 

Pukul 11 siang, Marie Antoinette digiring ke guillotine menggunakan kereta kayu sederhana dalam kondisi duduk. Ia ditemani oleh seorang pendeta Katolik yang ia abaikan sepanjang perjalanan. Seorang pria bernama David, membuat sketsa Marie Antoinette saat lewat di hadapannya. Sketsa sederhana ini tak disangka akan menjadi terkenal di seluruh dunia, beberapa abad setelahnya.  Saat menapaki tangga, kaki Marie Antoinette tidak sengaja menginjak kaki Henri Sanson dan meminta maaf. Itu adalah kalimat terakhir Marie Antoinette. Henri Sanson tidak membalas ucapan Marie Antoinette. Ia adalah putra dari pemenggal yang menghabisi Louis XVI bernama Samson. Samson juga hadir di kala terakhir Marie Antoinette. Marie Antoinette kemudian mengibaskan kepalanya untuk melepas tutup kepala. Tepat pukul 12.15, penonton berteriak "Panjang Umur Republik".
Rosalie diperintah untuk mengambil barang-barang yang ia pinjamkan ke Marie Antoinette. Kemudian barang-barang milik Marie Antoinette dibungkus seprai, dan diambil petugas. Sepeninggal sang bekas ratu, suami istri Richard dibebaskan dari penjara dan tetap bekerja melayani para tahanan bersama Rosalie. Namun sayang, pada tahun 1799, nyonya Richard tewas ditusuk oleh tahanan yang depresi. Sepeninggal nyonya Richard, Rosalie berhenti bekerja dari Conciergerie. 

Jenazah Marie Antoinette
Madame Tussaud dipekerjakan untuk mencetak wajah Marie Antoinette. Setelah itu jasad dan kepalanya dibawa ke pemakaman Madeline dekat guillotine. Konon jasadnya dibiarkan di atas rumput selama 14 hari. Pada 1 November 1793, seorang penggali kubur bernama Joly menguburkan jasad MA seorang diri dan meminta bayaran untuk jasa itu. Saat hidup, Marie Antoinette memiliki sebuah anjing jenis PUG yang setia mengikutinya hingga ke Conciergerie. Namun petugas berhasil menghalau anjing itu hingga tidak dapat mengikuti Marie Antoinette di ruangan. Anjing pug ini setia menunggu di depan pintu masuk Conciergerie. Saat lapar, ia akan berkeliling ke rumah penduduk di sekitar meminta makanan. Setelah suami istri Richard dibebaskan, anjing itu dirawat oleh Tuan dan Nyonya Richard. Pada 18-20 Januari 1815 di masa Restorasi Bourbon dan kekuasaan Louis XVIII, jasad Marie Antoinette dan Louis XVI diangkat dari kuburan dan dipindahkan ke gereja Basilica-St Denis di Paris, Perancis.  Pemakaman ulang dilangsungkan tiga hari setelahnya. Marie Therese tidak mengikuti upacara pemakaman ini, namun sang suami Adipati Angouleme dan adik kandungnya, Adipati Berry. 

Bagaimana nasib anak-anak Marie Antoinette sepeninggal dirinya? Silahkan baca di bagian Marie Therese, putri Bourbon. Di sana saya juga membagikan kisah sang adik, Louis Charles.