Wednesday, February 14, 2024

Kisah Louis XVII, Raja Kecil Yang Tidak Pernah Bertahta

Ia adalah anak dari Louis XVI dan Marie Antoinette. Lahir pada tahun 1785 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, ia merupakan anak laki-laki kedua. Setelah kakak lelakinya meninggal pada tahun 1789 akibat tuberkulosis tulang, ia menjadi tumpuan harapan untuk menjadi calon raja

Louis Charles diambil paksa dari Marie Antoinette, Elisabeth dan Marie Therese pada Juni 1793. Kemudian ia tinggal bersama Antoine Simon, seorang tukang sepatu kelahiran 1736 yang berpendidikan rendah. Tanggal 19 Januari 1794, Simon keluar dari penjara Temple ditemani istrinya. Dan pada 28 Juli 1794, ia dipenggal mati bersama Maximilien Robespiere. Itu adalah akhir dari masa Pemerintahan Teror. Pemerintahan Teror berlangsung selama 11 bulan, yang akan menghukum mati orang-orang yang tidak mendukung revolusi. Darah membanjir di mana-mana dan menimbulkan bau anyir mengganggu. Penduduk di sekitar tempat pemenggalan mengeluhkan karena bau ini, harga rumah di sekitar menjadi turun. 

Sepeninggal Simon, pengawasan penjara Temple dilakukan oleh empat orang komisaris. Empat orang komisaris ini ditunjuk harian oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pada Februari 1795, dua pria ditunjuk pemerintah untuk mengunjungi Louis Charles di penjara Temple. Saat masuk ke ruangan, Louis Charles terlihat duduk di depan meja segi empat. Ruangannya disebut bersih dan cukup terang. Di atas meja terlihat kartu-kartu yang sudah dibentuk menjadi wadah dan rumah-rumahan. Salah satu pria bapak Harmand bernama  bertanya pada Louis apakah ia ingin peliharaan berupa kuda, anjing, burung atau mainan2 lain, atau teman bermain untuk diperkenalkan sebelum ditempatkan bersama di ruangan. Lebih lanjut, pria itu bertanya apakah ia ingin jalan-jalan di taman atau ke atas. Apakah juga Louis ingin permen atau kue. Semua pertanyaan ini sama sekali tidak dijawab oleh Louis. Bahkan juga tidak dijawab dengan bahasa tubuh selain matanya menatap ke pria tersebut. Pria itu menjelaskan "kalau kamu menolak untuk menjawab, bagaimana kita bisa meneruskan tugas kita? Tujuan kita ke sini adalah untuk memberikan perawatan dan perhatian yang diperlukan. Untuk meningkatkan kondisimu. Demi kebaikanmu. Jawaban apa yang akan disampaikan ke pemerintah oleh kita sebagai wakil?"

Louis Charles tetap diam seribu bahasa. Matanya tetap menatap ke pria tersebut. Pria dan rekannya mulai putus asa. Pria yang bertanya itu merasakan kecewa yang sangat di hatinya. Ia memutuskan untuk keluar ruangan untuk ke atas, beberapa kali. Saat masuk lagi, pria itu duduk sangat dekat dengan tangan kanan Louis kecil. "Pak, berikan tangan kananmu". Louis kecil menuruti. Pria itu merasakan tumor di pergelangan tangan dan di siku. Tumor-tumor ini nampaknya tidak menyakitkan sebab saat diraba, Louis Charles tidak meringis kesakitan. "tangan yang satunya" pinta pria itu. Tidak ada tumor di tangan kiri. "Perbolehkan saya memeriksa paha dan lututmu, pak". Louis Charles pun berdiri. Pria itu merasakan ada yang bengkak di atas dan di bawah lutut. Saat berdiri, Louis Charles nampak seperti cacat, dan kekurangan vitamin D. Kaki, paha dan lengannya nampak panjang dan sangat kurus. Sementara tubuh bagian atas pendek. 

Pria itu meminta Louis untuk berjalan beberapa langkah. Louis pun berjalan sampai ke pintu dan kembali untuk duduk. Pria itu berencana mengirim dokter dan berharap Louis kecil menjawab semua pertanyaan dokter nanti. Pria ini meminta Louis kecil berjalan lagi, kali ini lebih lama. Namun permintaan ini tidak direspon. Tidak ada ekspresi apapun di wajah Louis kecil. Seolah-olah tidak ada pria itu di ruangan dan tidak ada orang yang berbincang dengannya. 

Makanan Louis berupa soup dengan sedikit polong lentil mengapung di atas. Disajikan di mangkuk kecil dari tanah liat. Kemudian sepotong mungil daging sapi yang nampak liat, disajikan di atas piring tanah liat. Selanjutnya, terdapat enam kastanye yang nampak hangus. Melihat ini, pria itu meminta menu ke depannya harus diubah, harus segera ditambahkan buah di menunya. Ia meminta anggur untuk diberikan segera, meskipun saat itu anggur langka.  Para suruhan pemerintah itu kembali masuk ke ruangan, melihat makanan yang disajikan semua telah dihabiskan. Ia bertanya apakah Louis kecil menikmati makananya, tidak dijawab. Kemudian anggur datang, ia memakannya tetap dengan diam. Mereka menawarkan anggur lagi jika mau, namun Louis tetap diam.

 Para suruhan pemerintah ini merasa bahwa upaya mereka sia-sia, jadi percuma memaksa Louis kecil untuk berbicara. Mereka merasa bahwa sikap diam Louis kecil adalah bentuk ketidaksukaan kepada utusan pemerintah ini. Mereka akan merekomendasikan pemerintah untuk mengirim utusan lain, mungkin lebih disukai oleh Louis kecil. "Apakah anda ingin kita pergi, pak?" Tak ada balasan. Pria-pria utusan pemerintah ini pun beranjak dari ruangan. Namun mereka tidak langsung meninggalkan penjara Temple, melainkan harus menunggu di ruangan lain selama 15 menit. Sambil membahas kondisi fisik dan mental Louis kecil. 

Bapak Hue yang dikenal sangat setia pada keluarga kerajaan mengetahui bahwa Louis kecil dalam kondisi yang sangat tidak sehat. Ia memohon kepada pemerintah untuk dibiarkan berdua di ruangan bersama Louis Kecil, namun permintaan ini ditolak. 

Pada bulan Mei 1795, beberapa orang yang datang melihat Louis Kecil mengatakan bahwa kondisi Louis kecil semakin buruk. Kemudian dikirim Pierre Joseph Dessault, seorang kepala dokter bedah, untuk memeriksa kondisi Louis. Usai memeriksa, Dessault mengatakan bahwa pemerintah menunggu terlalu lama untuk mengirim dirinya (memeriksa Louis) sehingga kondisi Louis sangat mengkhawatirkan, dan tidak ada harapan lagi untuk penyembuhan. Namun Dessault memohon agar Louis kecil segera dikirim ke pusat kota agar ia bisa mendapatkan perawatan yang terbaik. Dessault mengatakan meskipun penyembuhan ini tidak permanen, namun setidaknya bisa memperpanjang usianyahingga beberapa tahun. Pemerintah menolak permohonan Dessault. 

Louis Charles disebut sangat berterima kasih dengan kebaikan hati dokter Dessault, ia bersedia berkomunikasi dengannya. Sikap ini berbeda saat ia berhadapan dengan para utusan pemerintah dan penjaga penjara. Saat Dessault hendak mengakhiri pertemuannya dengan Louis Charles, Louis Charles ingin menahan Dessault namun ia juga enggan memohon kepada penjaga penjara. Tangan Louis Kecil menahan kerah Dessault. Tak lama kemudian, pada 1 Juni 1795, Dessault mendadak meninggal dunia. Hasil otopsi mengatakan bahwa Dessault meninggal dikarenakan radang otak atau demam tifoid, namun tidak disebutkan bahwa ia diracun. Tempat Dessault diperiksa apabila ia meninggalkan surat-surat berisikan kondisi Louis Kecil, namun tidak pernah ditemukan. 

Pada 5 Juni 1795, pemerintah mengirim dokter lain bernama Pelletan dan dokter Dumangin. Kedua dokter ini mengatakan sangat percuma untuk menyembuhkan Louis Kecil, sama yang dikatakan oleh mendiang dokter Dessault. Yang bisa mereka lakukan adalah memberikan kenyamanan di waktu-waktu terakhirnya. Kedua dokter ini menyalahkan petugas penjara tidak melepas jeruji jendela, yang bisa membuat ruangan gelap. Juga suara grendel pintu yang cukup besar, mengingatkan dirinya pada masa penyiksaan yang pernah ia alami. Hal ini bisa memperburuk kondisinya. Dokter Pelletan sangat bersuara mengenai protesnya. Kemudian Louis Kecil memberi tanda kepada Dokter Pelletan untuk mendekat dan memohon agar bisa berbicara lebih pelan "aku khawatir kalau kakak perempuanku mendengar. Aku akan menyesal kalau ia tahu aku sakit, sebab akan membuat dia sangat bersedih". Seperti yang diketahui, pada saat itu, ruang Marie Therese tepat berada di atas ruang Louis Charles. Perkataan Louis Kecil ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berhati lembut dan pengasih. Dokter Dumangin dan Pelletan memerintahkan agar Louis kecil dipindah ke jendela yang menghadap ke taman. Penampakan sinar matahari dan pepohonan hijau menghibur Louis Kecil. Sebagai rasa terima kasih, ia tersenyum kepada dua dokter ini. 

Pada 7 Juni 1795, Louis kecil sempat kehilangan kesadaran. Orang-orang yang menjaganya merasa bahwa waktunya telah tiba. Pada 8 Juni 1795 jam 2 siang, Louis Charles, yang juga raja Louis XVII kembali ke penciptanya, mungkin bertemu dengan mendiang kedua orang tuanya, dan juga bibi Elisabeth. Pada 10 Juni 1795, jasad Louis Kecil terbaring di ranjang tidur. Seorang dokter autopsi mengambil hati Louis Charles dan menempatkan pada wadah kristal, dan memberi tanda "L.C"  Pada 12 Juni 1795 pukul 8.30 malam, jasad Louis Charles ditempatkan di peti mati dan dibawa dari penjara Temple. Jasad Louis Charles dimakamkan di pemakaman Sainte Marguerite.

Sepeninggal Louis Charles, muncul banyak pria mengaku sebagai Louis Charles. Berbagai macam cerita muncul dari pengakuan mereka. Salah satu mengatakan bahwa bocah yang meninggal di penjara Temple itu bukanlah Louis Charles, melainkan bocah pengganti yang menderita bisu tuli. Ini janggal, sebab meskipun Louis Charles menolak berbicara pada utusan pemerintah, namun ia berbicara pada dokter-dokter yang merawatnya di saat terakhir. Ia juga bisa mendengar dokter Pelletan protes keras terhadap sipir penjara.

Pada 1993, dilakukan pemeriksaan DNA terhadap Louis Charles. Hati Louis Charles dicocokkan dengan darah ayahnya yang diusap di sapu tangan sesaat setelah dipenggal, hasilnya adalah Louis Charles adalah anak dari Marie Antoinette dan Louis XVI. 

Tuesday, February 6, 2024

Pelarian Louis XVI dan Marie Antoinette Ke Montmeidy

Berdasarkan cerita dari Marie Therese, malam itu tanggal 20 Juni 1791, kedua orang tuanya tampak sibuk dan resah. Setelah makan malam, ibu Marie membawa ia dan adiknya ke ruangan lain dan menutup pintu. Di ruang makan hanya ada ibu, ayah dan bibi Marie. Setelahnya, Marie mengetahui bahwa mereka bertiga membahas tentang rencana meloloskan diri. Jam 7 malam, ibu Marie meminta Marie hanya ditemani seorang pengasuh, dan Marie memilih nyonya Brunier. Ibu Marie bertanya apakah ia ingin menemani jika ia terpaksa harus meninggalkan suami dan mengikuti keluarga Marie. Ny Brunier menjawab bahwa orang tua Marie sudah menahan penderitaan begitu lama, sehingga ia siap diajak kemanapun. Suami Ny Brunier merupakan dokter Marie dan adik2nya. 

Seperti biasa, paman Marie yaitu Adipati Provence dan istri selalu makan malam bersama ayah Marie. Paman Marie ini juga merencanakan melarikan diri, dibantu oleh bapak d'Avaray, mengambil rute lain. Berbeda dengan keluarga Marie, Adipati Provence dan istri keluar dari Perancis dan tiba di Brussel, Belgia dengan selamat.

Malam hari, ibu Marie membangunkan si adik. Ny Tourzel menggendong adik Marie turun ke kamar ibu Marie. Marie juga menyusul ke kamar ibunya. DI sana sudah berdiri bapak Malden, seorang bodyguard. Adik Marie diberikan busana seperti seorang anak perempuan. Marie sempat bertanya ke adiknya "kamu tahu gak kita ini akan apa?" Adiknya menjawab sekenanya "akan bermain-main karena kita didandani dengan aneh"

Bodyguard bernama Valori mendatangi kamar ayah Marie untuk jalan bersama ke kereta. Sang raja yang sudah menuruni tangga separuh tiba-tiba naik untuk kembali ke kamar. Valory sangat cemas dan mengingatkan bahwa waktu sangat berharga. Louis XVI menjelaskan bahwa dia tidak ingin asisten yang tidur di kamarnya dituduh dan dihukum mati karena dianggap membantu sang raja meloloskan diri. Louis duduk dan menulis surat singkat yang berfungsi untuk melindungi sang asisten. Louis XVI memang dikenal dengan kebaikan hatinya. 

Tiga bodyguard yang ditunjuk oleh Bp d'Agoult untuk membantu pelarian adalah Malden, Valori dan Moustier. Ketiga bodyguard ini masing-masing berdiri di belakang kereta, satu lagi mengendalikan kereta, dan yang satu menunggang kuda di depan untuk membebaskan jalan. Ketiganya pun harus menggunakan nama samaran yaitu St John, Melchior dan Francis. Ny Tourzel membawa Marie dan adiknya berjalan menuju kereta yang telah menunggu. Di dalam kereta, Marie dan adiknya masih harus menunggu ibu mereka datang selama satu jam. Adik Marie tidur di lantai kereta, ditutupi oleh jaket milik Ny Tourzel. Ia dan Ny Tourzel melihat rombongan La Fayette melintas. 

Dalam pelarian ini, Marie lalu mengetahui bahwa Ny Tourzel akan menyamar sebagai Ny de Korff yang akan menuju ke Russia untuk menghadiri pesta. Marie dan adiknya menyamar sebagai anak Ny de Korff sebagai Amalia dan Aglae. Sementara sang ibu menyamar sebagai pengasuh ia dan adik dengan nama Ny Rocher. Sementara bibi Elisabeth sebagai rekan dengan nama Rosalie. Dan ayah Marie menyamar sebagai penjaga kamar bernama Durand. Sesungguhnya nama samaran Ny Tourzel bukanlah nama fiktif. Wanita Russia ini benar-benar ada dan hendak meninggalkan Paris di saat yang sama. Kehebatan Axel yang bisa membuat duplikat paspor wanita ini. Axel Von Fersen, pria Swedia yang diduga selingkuhan ibu Marie, berkorban besar untuk membantu pelarian Marie dan keluarganya. 

Bibi Elisabeth mendatangi kereta, ditemani oleh seorang asisten wanita. Bibi tidak sengaja menginjak adik Marie yang tertidur di bawah, namun adik Marie tahu bahwa ia tidak boleh bersuara meski kesakitan. Tak lama kemudian, giliran ayah Marie datang. Sesaat kemudian disusul oleh ibu Marie yang ditemani oleh salah seorang bodyguard bernama Malden. Setelah semua hadir, kereta kecil pun melaju untuk menuju ke kereta besar. Karena Axel tidak dapat menemukan posisi berhenti kereta besar, lagi-lagi rombongan Marie harus menunggu. 

 Rombongan ini melaju sepanjang 500 mil tanpa berhenti dan sampai di kota Chalon. Di sini, mereka bertemu dengan pasukan pertama di bawah komando Francois Claude Amour, marquis de Bouille. Menjelang tengah malam menuju tanggal 21 Juni, rombongan Marie melintasi Clermont. Di sana, mereka melihat pasukan, namun sedang bersantai. Pasukan ini tidak akan bergerak tanpa adanya komando. Seorang pasukan mengenali ayah Marie dan berbisik bahwa ayah Marie dikhianati. 

Di kota kecil bernama St Menehould, seorang pengawas pos bernama Drouet sempat melihat wajah Louis XVI dan berusaha mengenali dari gambar. Drouet bukanlah simpatisan kerajaan. Otaknya konon telah didoktrin oleh partai Jacobin yang hendak menjadikan Perancis negara republik.  Ia segera melapor kepada pemerintah setempat dan berusaha mengejar rombongan Marie hingga ke Clermont, kota kecil di sebelah. Namun sesampai di Clermont, ia tidak menemukan rombongan karena rombongan berlalu sangat cepat.  Rombongan Louis XVI tiba di Varennes tengah malam sebelum Drouet datang. Di kota ini, rombongan tidak diberitahu sejak  awal, di titik di mana mereka bisa melanjutkan perjalanan. Namun mereka tidak sadar dalam situasi berbahaya, mengira bahwa mereka masih aman karena masih di area detasemen pasukan di bawah Bpk Bouille. Bouille bahkan menempatkan seorang putranya bersama dua pasukan. Namun ketiganya bertindak acuh tak acuh.,  Rombongan terpaksa berhenti sejenak menunggu pak Valori bertanya. Ayah dan ibu Marie turun, menggedor rumah penduduk untuk meminta tukar kuda. Saat menunggu inilah, Drouet tiba dan melarang rombongan untuk meneruskan perjalanan. 

Dibantu pria bernama Billaud, Drouet mendatangi beberapa penduduk Varennes untuk membantunya menghadang kereta. menyalakan alarm kota dan memblokir jalan. Ia meminta rombongan keluar dari kereta dan mengikutinya menuju ke rumah walikota Varennes yang juga seorang pedagang bernama Strausse. Saat berjalan menuju ke rumah walikota Strausse, terdapat 6 orang tentara yang melintas. Namun tak ada satupun yang meminta bantuan mereka, bahkan tidak Marie Antoinette. Bisa saja enam tentara ini melepaskan mereka dengan mudah sebab Drouet hanya ditemani oleh delapan penduduk pria tanpa senjata, namun mereka tanpa komandan. Sejatinya terdapat sekitar 60 tentara dipimpin oleh dua komandan yang telah menunggu di pinggir kota Varennes. 

Mendengar alarm, pasukan mulai sadar apa yang terjadi. Mereka panik dan tidak bisa mengambil putusan tanpa ada perintah kilat meskipun mereka berjumlah 60 orang. Komandan dan pasukannya bergegas menuju ke De Bouille dan melaporkan bahwa rombongan Raja Louis XVI ditahan. Kurang dari sejam kemudian, tiga detasemen pasukan yang berjumlah sekitar seratusan pasukan, mendatangi tengah kota. Beberapa komandan mendatangi raja Louis XVI dan meminta perintah. Raja Louis XVI hanya bisa mengatakan kini ia dan keluarganya menjadi tahanan. Tak ada komandan yang menangkap jawaban ini sebagai "tanda" untuk membebaskan dirinya dan rombongan. Tak lama kemudian, kurir rombongan tiba bersama seorang pria, bernama Major Prefontaine. Marie menduga pria ini adalah mata-mata La Fayette. Ia mengaku tidak mengenal Ny de Korff dan juga mengatakan punya "rahasia" tanpa menjelaskan lebih lanjut. Setelah pergi, rombongan Marie tidak pernah melihat atau mendengar pria ini lagi. 

Louis XVI kemudian menjelaskan bahwa tidak ada niat dirinya untuk keluar dari kerajaan Perancis. Ia keluar dari Paris dan hanya berniat ke Montmeidy. Ia mohon diperbolehkan melanjutkan perjalanan. Sementara Marie Antoinette berbicara dengan istri Strausse, mengatakan bahwa ia dan keluarganya bakal dalam kondisi berbahaya kalau diminta kembali ke Paris. Marie Antoinette memohon nyonya Strausse untuk menggunakan kekuasaan suaminya untuk membiarkan mereka pergi. Meskipun tidak ada niat buruk ke raja Louis XVI, namun Strausse tidak berani bertindak. Kedua anak Louis XVI tidur, Marie Antoinette menatap ke arah mereka tanpa daya. 

Tanpa sepengetahuan Louis XVI dan rombongan, saat mereka dalam perjalanan, masyarakat merangsek masuk ke istana Tuileries, merusak perabotan dan menurunkan foto Louis XVI. Tanggal 22 Juni 1793 pukul 7 pagi, seorang pasukan La Fayette bernama pak Romeuf tiba. Ia menyampaikan perintah La Fayette kepada Strausse. Louis XVI dan rombongan keluar dari rumah Strausse dan kembali ke Paris sebelum pukul 8 pagi. Dalam perjalanan kembali, mereka bertemu dengan penduduk yang mengancam Marie Antoinette dan Louis Charles. Namun di kota Chalons, pemerintah setempat memperlakukan Louis dan rombongan dengan hormat. Hotel de Ville dipersiapkan untuk menjamu Louis beserta rombongan untuk makan malam. Keesokan hari, Louis dan rombongan diantar untuk menghadiri misa di katedral sebelum melanjutkan perjalanan. 

Di kota kecil Epernay,  rombongan Louis XVI yang turun dari kereta dikerumuni banyak orang. Demi keamanan, seorang komandan menggendong Louis Charles berjalan ke pintu masuk hotel. Majelis di Paris mengirim tiga orang untuk mengawasi mereka,  Barnave, Petion dan Latour Maubourg. Tanggal 25 Juni 1793 siang, rombongan mulai tiba di Paris. Mereka tidak diperbolehkan mengambil rute terdekat sehingga menyaksikan dikepung oleh massa yang beringas. Beberapa mendekat ke kereta, bahkan ada yang naik ke atap kereta. Barnave dan Latour menghadang massa agar tidak menjebol pintu kereta. Marie Antoinette menurunkan jendela dan memohon orang-orang yang mendekat itu berhenti. Ia beralasan, anak--anaknya tercekik. Seseorang membalas "kita akan segera mencekikmu".

Di istana Tuileries, Marie Therese melanjutkan studinya di bawah pengawasan nyonyan Mackau. Tetapi proses belajar Marie Therese sering terganggu oleh teriakan-teriakan massa di bawah, bernada mengancam Louis XVI dan Marie Antoinette.

Drouet, pria pengawas yang menggagalkan pelarian ayah Marie, merupakan putra dari ketua pengawas yang lahir pada 1757. Pada 1793, Drouet ditahan di penjara Austria. Siapa sangka nasibnya akan dibebaskan dengan ditukar Marie Therese pada akhir 1795. Namun ia kembali dipenjara karena terlibat konspirasi Barbaroux. Sejengkal lagi hampir mati dipenggal, Drouet meloloskan diri dari penjara dan kabur ke Swiss. Ia sembunyi di bawah jerami, di kereta petani susu. Drouet berencana lari ke India, namun ia terhenti di Teneriffe. Pada 1797, ia kembali ke Paris di bawah pemerintahan Bonaparte. Namun pada 1814, paman Marie kembali menguasai Perancis sebagai raja Louis XVIII. Drouet dihentikan. Setelah itu, tidak ada lagi kabar Drouet. 

Bodyguard Valori, bernama lengkap Francis Florent, Comte de Valori merupakan pria kelahiran Toul pada 1763. Setelah pelarian ke Montmeidy gagal, ayah Marie tidak dapat menjamin keselamatan Valori dan menyarankan agar Valori melarikan diri keluar dari Perancis. Valori menetap di Prussia. Pada 1814, Valori kembali di bawah pimpinan paman Marie, raja Louis XVIII. Valori juga menulis artikel tentang pelarian keluarga Marie ke Montmeidy. Ia wafat pada tahun 1822. Bodyguard lain, Martois juga menulis perjalanan pelarian ini. 

Saturday, January 13, 2024

Kisah Seorang Rosalie Lamorliere, Pembantu Terakhir Marie Antoinette

 Nama aslinya adalah Marie Rosalie Delamorliere. Lahir pada 19 Maret 1768. Ia adalah satu dari 7 bersaudara. Ayahnya hidup hingga tahun 1812, sementara ibunya sudah meninggal dunia saat Rosalie berusia 12 tahun. Rosalie tidak diberikan kesempatan mengenyam pendidikan, sehingga ia tidak dapat membaca dan menulis. Hal ini disebabkan orang tua Rosalie tidak memiliki uang. Tahun 1792, Rosalie diperkerjakan sebagai pembantu di Conciergerie. Majikan Rosalie adalah Nyonya Richard, yang bekerja di sana bersama sang suami, bapak Richard. Tugas Rosalie terutama adalah tukang masak. 

Siang tanggal 1 Agustus 1793, nyonya Richard berpesan pada Rosalie untuk tidur di kursi saja sebab ada pesan bahwa bekas ratu Perancis, Marie Antoinette akan dipindahkan dari penjara Temple menuju ke Conciergerie. Ruangan milik tahanan bernama Jenderal Custine akan diberikan kepada Marie Antoinette. Penjaga penjara mendatangi tukang kayu penjara, meminta tempat tidur, dua matras, alas tidur, seprai, dan baskom.  Jam 3 menjelang subuh, Rosalie yang setengah tertidur dibangunkan oleh nyonya Richard. Keduanya bersama bapak Richard segera menuju ke ruangan Marie Antoinette. Di sana sudah banyak petugas. Marie Antoinette tampak mengusap keringat di dahinya menggunakan sapu tangan. Maklum pada saat itu adalah puncak musim panas di Paris. Para petugas pun pergi. Marie Antoinette yang dipanggil "ibu" oleh Rosalie, matanya menyisir ruangan yang akan menjadi "tempat tinggal" sebelum ia disidang. Ia menemukan sebuah paku yang menancap di dinding. Dengan bantuan alat, ia menapak dan menggantungkan jam lapis emasnya. Jam itu adalah pemberian ibunda Marie Antoinette sesaat sebelum ia meninggalkan Austria untuk selamanya dan pindah ke Perancis sebagai istri pangeran Louis. Rosalie berusaha membantu, namun Marie Antoinette dengan nada lembut mengatakan "terima kasih, anak baik. Sejak ditahan, saya sudah terbiasa melakukan segalanya seorang diri". Ruangan Marie Antoinette di Conciergerie adalah di bawah garis sungai Seine. Kalau air sungai meluap, lantai ruangan Marie Antoinette menjadi lembab dan bau. Suami istri Richard dan Rosalie berusaha memberi yang terbaik untuk Marie Antoinette. Meskipun matras yang dipakai sudah usang, namun setidaknya Marie Antoinette menggunakan sprei dan bantal milik mereka yang terbaik. Tak lupa, di ruangan diberikan sebuah meja sederhana, juga dua buah kursi. Marie Antoinette meminta tolong nyonya Richard untuk membawakan pakaian dan asesoris yang ia tak sempat bawa di penjara Temple. Namun nyonya Richard tak berani berbuat. Adalah bapak Jean Baptiste Michonis, yang pergi ke penjara Temple. Ia adalah petugas pemeriksa penjara dan kepala polisi. 

Saat matahari terbit, dua orang penjaga ditempatkan di ruangan Marie Antoinette. Seorang wanita tua berusia 80 tahunan juga ditugaskan untuk tidur di ruangan Marie Antoinette.  Putra  wanita itu adalah juru kunci penjara bernama Lariviere. Ia memerintahkan sang putra untuk ke pasar membeli kain. Ia hendak menambal pakaian Marie Antoinette yang penuh lubang. Nyonya Richard dan Rosalie membawa sebuah sekatan ruangan rendah agar sang bekas ratu tetap memiliki privasi meski diawasi setiap saat. Setelah kegiatan menambal selesai,  nenek Lariviere ini digantikan oleh wanita muda bernama Harrel. Suami Harrel merupakan seorang polisi. Berbeda dengan nenek Lariviere, Marie Antoinette enggan berkomunikasi dengan Harrel. 

Sepuluh hari kemudian, datang sebuah paket di kardus. Marie Antoinette membuka dan mengeluarkan pakaian dan asesorisnya di hadapan nyonya Richard dan Rosalie. Ia mengatakan "dari bentuknya, saya bisa mengetahui bahwa ini adalah hasil kerja adik saya yang malang, Elisabeth". Ia kemudian meminta nyonya Richard untuk membawa sebuah penutup kepala kepada tukang jahit, minta dibuatkan dua buah sehingga ia bisa berganti. Nyonya Richard tentu bisa membantu hal ini. Kemudian Marie Antoinette meminta sebuah kardus untuk menaruh pakaian dan asesorisnya agar tidak terkena debu. Adalah Rosalie yang meminjamkan kardus miliknya. Sang bekas ratu sangat gembira, seolah ia mendapatkan sebuah perabotan yang terbaik di dunia. Ia juga meminta sebuah cermin. Nyonya Richard mengijinkan Rosalie untuk meminjamkan cermin miliknya. Cermin dengan frame merah, bergambar wajah oriental di setiap sisi.

Soal makanan, suami istri Richard berupaya yang terbaik pula. Bersama Rosalie, suami istri ini setiap hari ke pasar, memilih bahan makanan terbaik untuk diberikan kepada sang bekas ratu yang ditahan. Beberapa pedagang mulai mengetahui bahwa mereka bertiga belanja untuk bekas ratu Perancis, mulai memberikan barang-barang mereka yang terbaik. "ini untuk ratu kita", ucap mereka sambil menangis. Mereka masih bersimpati namun tak berani berucap untuk menghindari masalah. Sejak dulu, Marie Antoinette hanya meminum air putih. Namun air yang ia minum harus diambil dari tempat yang bersih, sebab akan membuatnya sakit. Marie Antoinette berkata pada nyonya Richard bahwa berharap tidak disidang. Keluarganya akan berupaya membebaskan dia. Jika itu terjadi,  ia akan membawa Rosalie untuk dipekerjakan sebagai asisten.

Bapak Richard sering mengunjungi Marie Antoinette di ruangan, memastikan bahwa semua keinginan bisa dipenuhi dengan kemampuan terbaiknya. Dibanding di penjara Temple, apalagi kehidupan jaya saat di Versailles, kehidupan di Conciergerie tentu berbeda jauh. Namun dengan kebaikan dan perhatian yang diberikan suami istri Richard dan Rosalie, setidaknya lebih baik. Marie Antoinette menanyakan apakah bapak Richard pernah bekerja di hotel. Bapak Richard menjawab tidak, sebab ia sudah ada di penjara sedari lahir. Marie Antoinette mengatakan "semua yang diberikan ke saya merupakan terbaik". 

Rosalie mengatakan, selama 40 hari pertama, ia hanya melakukan rutinitas. Seperti mengantar sarapan jam 9 pagi dan makan malam jam 2 atau 2.30 siang. Saat mengantar, Rosalie ditemani oleh bapak atau nyonya Richard. Jika masih di ruangan dan tidak ada tugas, mereka hanya berdiri di dekat pintu masuk. Marie Antoinette memanggil Rosalie untuk lebih mendekat "ayo mendekat ke sini, Rosalie, jangan takut". 

Suatu hari, nyonya Richard membawa putranya yang bernama Fanfan. Melihat kedatangan Fanfan, Marie Antoinette segera memeluk sang bocah, memberinya ciuman dan menangis. Ia menyebut Louis Charles yang sedang diasuh oleh Simon, di penjara Temple. Marie Antoinette dipisahkan paksa dari Louis Charles sejak bulan Juni 1793. Selama di penjara Temple, ia hanya bisa melihat Louis Charles dari jendela kecil ruangannya. Itupun jika Louis Charles dibawa keluar oleh Simon. Setelah naik ke atas, nyonya Richard tak ingin membawa sang putra lagi, ia tak ingin Marie Antoinette sangat bersedih. 

Pada 1793, bapak Alexandre Gonsse de Rougeville bertemu dengan bapak Michonis. Rougeville adalah tentara angkatan darat pendukung kerajaan. Sementara Michonis adalah pendukung revolusi. Setelah pertemuan itu, diduga Michonis menyetujui Rougeville untuk membebaskan Marie Antoinette. Kedua pria ini mendatangi ruangan Marie Antoinette. Rougeville menggunakan kesempatan untuk menjatuhkan sebuah bunga di dekat rok Marie Antoinette. Di dalam bunga itu terdapat pesan singkat. Setelah menemukan dan membaca, Marie Antoinette segera membalas singkat menggunakan jarum. Isinya "saya selalu diawasi, saya tidak dapat menulis atau berbicara. Saya percaya anda. Saya akan ikut". Sampai sini, tidak ada yang mengetahui pasti apa yang terjadi.

Menurut Rosalie, Harrel  yang menemani Marie Antoinette di ruangan mengetahui, dan memberitahu atasannya, seorang pejabat politik bernama Fouqier. Fouqier sangat berambisi untuk memenjarakan Marie Antoinette di Conciergerie dan melakukan eksekusi segera. Jika ia dapat melakukan dua ini, ia merasa karir politiknya akan cemerlang setelah itu (pada akhirnya Fouqier dieksekusi pada tahun 1795).

Teori lain menyebut bahwa balasan Marie Antoinette itu dibawa oleh seorang penjaga di ruangannya, namun bukannya diberikan ke pak Rougeville, malah diberikan ke pak Richard. Namun teori ini sangat lemah. 

Teori lain adalah, saat mereka berhasil membawa Marie Antoinette keluar dari ruangan, mereka bertemu dengan penjaga penjara yang tidak bekerja sama dan mengancam akan berteriak memanggil seluruh penjaga di Conciergerie. Karena ketakutan, Rougeville dan Michonis segera melarikan diri. Upaya pembebasan ini disebut sebagai "Carnation Plot". Konon upaya terakhir yang gagal ini, berbarengan dengan pertemuan rahasia antara Fouqier, dengan Maximilien Robespiere dan berbagai petinggi pria lain untuk menentukan nasib Marie Antoinette selanjutnya. Mereka setuju bahwa sang bekas ratu akan dieksekusi. Sehingga persidangan nantinya, tentu akan mereka rekayasa. 

Setelah Carnation Plot, pak Michonis akan ditahan dan dieksekusi pada Juli 1794. Sementara Pak Rougeville akan pindah ke Reims dan tewas ditembak pada tahun 1814, pada masa kerajaan Napoleon. Suami istri Richard ditahan. Rosalie dibiarkan melayani bekas ratu kelahiran Austria tersebut. Rosalie dianggap tidak berkaitan dengan Carnation Plot. Namun ia tidak lagi diperbolehkan belanja di pasar. Marie Antoinette kemudian dipindah ke ruangan di bawah tanah. Ruangan ini cukup buruk, karena jika sungai Seine meluap, air dari sungai beserta lumpurnya akan masuk ke ruangan, lantai menjadi basah berlumpur dan dinding pun menjadi lembab. Dua penjaga awal di ruangan digantikan oleh bapak Lebeau/Bault. Menurut Rosalie, pak Lebeau ini sekilas tampak keras dan kaku, namun ternyata ia memiliki hati yang baik. Saat Rosalie diminta Marie Antoinette untuk mengikat rambutnya, pak Lebeau segera maju dan menawarkan diri "jangan,jangan dilakukan, ini tugasku". Marie Antoinette tertegun melihat penawaran pak Lebeau ini dan menolak. Ia berdiri kemudian mengikat rambutnya sendiri. Di penjara, rambut Marie Antoinette diatur sesederhana mungkin. Tak lupa, ia menaburkan bubuk pewangi di rambutnya.  Sisa pita diberikan kepada Rosalie. Namun setelah di atas, pak Lebeau segera menyita pita itu. Ia tak ingin Rosalie dan dirinya berurusan dengan masalah hanya karena masalah pita pemberian Marie Antoinette.( Sepertinya, saat itu, orang-orang yang berkuasa memenjarakan Marie Antoinette berusaha mencari setiap kesalahannya, tak peduli sekecil apapun. ) Beruntung pak Lebeau membiarkan penyekat ruangan itu berada di ruangan Marie Antoinette. Ia bisa melakukan panggilan alam di balik penyekat itu. Adalah tugas tahanan bernama Barassin yang membawa buangan dari ruangan Marie Antoinette.

Meskipun pita itu disita dari tangan Rosalie, namun Rosalie masih memiliki sepotong kain, yang diberikan saat suami istri Richard masih ditahan. Hebatnya, kain ini akan ia jahit di pakaiannya, dan dibawa hingga seumur hidup Rosalie. 

Hampir setiap hari Rosalie membersihkan sepatu Marie Antoinette yang terbungkus lumpur. Suatu hari, seorang petugas yang datang ikut membersihkan lumpur di sepatu menggunakan pedangnya. Hal ini membuat Rosalie terkesima mengingat semua petugas yang datang bertemu Marie Antoinette dilarang untuk berbuat baik meskipun itu hal yang remeh. Di lain hari, para tahanan dari luar jendela memanggil Rosalie untuk mendekat membawa sepatu Marie Antoinette. Mereka menciumi sepatu itu. Konon para tahanan ini adalah pendukung kerajaan. 

Saat melihat ke luar jendela, Marie Antoinette memanggil Rosalie dan menunjuk ke seorang biarawati yang tampak khusyuk berdoa. Rosalie mengatakan bahwa biarawati itu berdoa untuk sang bekas ratu. Giliran ayah Rosalie datang menjenguk sang anak. Namun pak Lebeau membatasi ayah Rosalie yang bernama Francois de Lamorliere hanya bertemu 5 menit saja. Pak Lebeau berkata "keluarga saya juga saya larang menjenguk karena saya memang dilarang menerima pengunjung. Setelah ini, jangan datang lagi".

Setiap malam, Marie Antoinette tidak diperbolehkan tidur dengan lilin menyala. Satu-satunya penerangan adalah dari jendela, dari lampu minyak yang berkedip-kedip yang berada agak jauh dari ruangan Marie Antoinette. Memasuki bulan Oktober, cuaca mulai dingin terutama pada malam hari. Rosalie sengaja pura-pura bekerja selama mungkin di ruangan Marie Antoinette agar lilin di meja tetap menyala. Tak lupa ia juga menghangatkan pakaian tidur dan penutup kepala bekas ratu malang ini, agar ia merasa lebih hangat. Perasaan kedinginan sang bekas ratu ini diperparah dengan kondisinya yang mengalami pendarahan. Biografernya mengatakan, ia menderita kanker rahim. Namun ia menolak dipanggilkan dokter. Ia merasa bahwa dokter tidak dapat mengobati penyebab penyakitnya itu. 

Tanggal 14 Oktober 1793, persidangan dimulai. Pagi jam 8, Marie Antoinette sudah dibawa pergi tanpa sempat sarapan dan  menjalani persidangan seharian hingga malam. Tanggal 15 Oktober pagi jam 8, Rosalie mendengar orang-orang berkata "Marie Antoinette menjawab seperti malaikat. Ia akan melewati persidangan ini dengan baik, ia hanya akan diusir keluar dari Perancis" Pada akhirnya jam 4 sore, Rosalie dipanggil petugas untuk membawa makanan ke atas, ke ruang sidang Marie Antoinette. Persidangan ditunda 45 menit, namun Marie Antoinette tidak akan turun ke ruangan. Seharian penuh, perut sang bekas ratu tidak terisi makanan sedikitpun. Saat di atas, seorang kepala polisi dengan hidung rusak bernama Labuzire mengambil sup dari tangan Rosalie dan diberikan kepada selirnya. Ia mengatakan si selir ingin melihat Marie Antoinette. Namun karena tidak terbiasa, sup itu tumpah separuh. Rosalie tak dapat membayangkan apa yang ada di benak Marie Antoinette menerima sup dari wanita yang tidak ia kenal sama sekali. 

Beberapa menit selepas jam 4 subuh tanggal 16 Oktober, Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati. Mendengar itu, Rosalie merasa hatinya ditusuk oleh pedang. Di ruangannya, diam-diam ia menangis, meratapi nasib sang bekas ratu. Menurut Rosalie, pak Lebeau juga terpukul mendengar vonis Marie Antoinette, namun ia harus berpura-pura tegar. Jam 7 pagi, Rosalie diminta turun ke ruangan oleh pak Lebeau, sekaligus untuk menanyakan jika Marie Antoinette ingin makan. Di ruangan, Rosalie melihat sang bekas ratu menatap ke arah jendela. Salah satu tangannya menopang dagu. Dengan gemetar, Rosalie berkata "ibu tidak makan apapun tadi malam, juga hampir tidak makan apapun seharian. Apakah ibu mau makan sesuatu pagi ini?" Marie Antoinette menjawab dengan sedih "saya tidak perlu makan apapun lagi, anakku. Segalanya sudah usai" Rosalie bersikeras "saya punya kaldu dan mie pasta di atas kompor. Anda butuh tenaga. Saya akan menyiapkan untuk ibu" Marie Antoinette pada akhirnya meminta kaldu. Namun ia hanya bisa memakan satu dua sendok makan. Setelah itu Rosalie pergi ke atas. Meski tidak dihabiskan, Rosalie meninggalkan sup itu di meja. Jam 8 pagi, Rosalie kembali untuk membantu Marie Antoinette berganti pakaian. Rupanya saat Rosalie absen, pak Lebeau atau petugas lain datang membawa sepotong pakaian putih dan penutup kepala putih. Marie Antoinette disarankan mengenakan pakaian putih untuk eksekusinya. Mengenakan pakaian berkabung akan membuat masyarakat yang menonton senang dan menghina dirinya. Semenjak Louis XVI wafat, sang janda mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam dan juga penutup kepala hitam. Marie Antoinette tidak keberatan dengan saran ini. Ia juga mengenakan pakaian dalam yang bersih.  Sambil memberi arahan, sesekali Marie Antoinette memakan kaldu yang ada di meja. Saat petugas jaga maju ke depan, Marie Antoinette segera menutupi bahunya dengan penutup kepala. Ia memohon agar dibiarkan berganti pakaian dengan hormat. Namun dengan kasar, petugas jaga menolak. Ia harus mengawasi penuh tak peduli apapun yang dilakukan sang bekas ratu. Gulungan bekas darah dimasukkan ke dalam lubang dinding. Marie Antoinette mengenakan pakaian putih dan penutup kepala putih. Setelah itu Rosalie pergi tanpa berpamitan atau memberi hormat. Ia tak ingin sang bekas ratu yang menjelang ajal ini semakin bersedih. Di ruangan, Rosalie kembali menangis dan berdoa. Marie Antoinette dipenggal pada jam 12 siang pada 16 Oktober 1793. Beberapa petugas sidang menghampiri pak Lebeau dan meminta dipertemukan dengan Rosalie. Mereka meminta agar barang-barang mendiang Marie Antoinette dikemas. Sementara dus dan cermin pinjaman boleh diambil kembali oleh Rosalie.  Kemudian suami istri Richard dibebaskan dan kembali bekerja di penjara bersama Rosalie, seperti biasa. Rosalie akan berhenti bekerja pada tahun 1799. Tepatnya setelah nyonya Richard tewas ditusuk oleh tahanan yang depresi dengan nasibnya. 

Dua tahun kemudian, Rosalie melahirkan seorang putri yang ia beri nama seperti dirinya : Rosalie de Lamorliere. Tidak jelas siapa ayah dari sang putri. Rosalie tidak menikah. Putri Rosalie ini akan hidup hingga usia 94 tahun. 

Mengetahui jasa Rosalie di akhir hidup ibunya, anak sulung Marie Antoinette dan Louis XVI menjalin hubungan dekat dengan Rosalie. Rosalie bertemu Marie Therese pertama kali pada 1814. Setelah itu, Marie Therese memberi Rosalie uang saku 200 Franc, namun hilang saat terjadi revolusi lagi. Dan pada tahun 1824, Marie Therese memberi uang pensiun kepada Rosalie. 

Pada tahun 1830an, biografer Marie Antoinette yang bernama Lafont d'Aussonne menulis dengan rinci hari-hari terakhir Marie Antoinette di Conciergerie. 

Di usia lanjut, Rosalie hidup di rumah sakit yang khusus merawat pasien dengan penyakit yang tidak lagi dapat diobati. Ia bukan bekerja di sana dan juga bukan pasien, namun sebagai salah satu warga di panti jompo. Konon, servis ini ia dapatkan berkat jasa Marie Therese. Saat kritis, Marie Therese pula yang membiayai Rosalie di rumah sakit. Ia wafat pada 2 Februari 1848, hanya sebulan sebelum ia berulang tahun yang ke-80.

Saturday, April 1, 2023

Kisah Hidup Adipati Agung Michael Alexandrovich

Michael lahir di St Patersburg, Russia pada 4 Desember 1878 sebagai anak kelima dari enam bersaudara. Kakak sulung Michael adalah Nicholas, yang akan menjadi kaisar Russia terakhir. Selain Nicholas, Michael memiliki kakak Alexander yang meninggal saat bayi, George yang meninggal di usia 28 tahun, Xenia yang meninggal di usia 85 tahun dan seorang adik bernama Olga yang meninggal di usia 78 tahun. Sehari-hari, Michael akrab disapa Misha. 

Pada usia 4 tahun, kakek Michael yaitu Alexander II tewas setelah terluka parah akibat lemparan bom. Maka itu, ayah Michael menjadi kaisar Alexander III. Tak ingin tinggal di istana yang susah dijaga, sang ayah memboyong keluarganya termasuk Michael pindah ke istana Gatchina. Istana Gatchina sama mewah dengan istana lain, namun ayah Michael memilih tempat tinggal di bangunan bekas pegawai yang memiliki atap rendah. Masa kecil Michael banyak dihabiskan di istana Gatchina, bersama Olga dan para penjaga istana. 

Sedari kecil, Michael dan saudaranya ditempa dalam kehidupan yang sederhana. Bangun pagi jam 6, wajib mandi dengan air dingin kecuali jika mereka sedang sakit. Sesekali mereka mandi dengan air hangat di kamar mandi milik sang ibunda. Sarapan berupa potongan roti hitam, bubur, potongan daging kambing atau sapi bakar bersama kacang polong. 

Michael dan saudaranya beruntung tumbuh besar di keluarga yang bahagia. Ayah ibunya memiliki pernikahan yang utuh. Hal yang jarang terjadi di keluarga kerajaan. Hubungan ayah dengan kelima anaknya sangat akrab. Mereka kerap bermain bersama. Michael dan saudaranya fasih berbahasa Ingris. 

Saat musim panas adalah masa menyenangkan bagi Michael dan keluarga. Mereka berlayar menuju ke Denmark untuk bertemu kakek dan nenek serta keluarga besar lain. Di atas kapal besar, ayah Michael memboyong sebuah sapi perah utuh agar Michael dan saudaranya bisa mendapatkan susu segar selama perjalanan. Tentu dengan seratusan pegawai yang melayani Michael sekeluarga.

Pada tahun 1888, Michael sekeluarga pergi dengan kereta api dan terjadi kecelakaan. Gerbong yang ditumpangi Michael sekeluarga terbalik. Sang adik, Olga, bahkan terlempar keluar. Ajaib, mereka semua selamat meski terperangkap. Ayah Michael yang terkenal sangat kuat, berusaha menopang gerbong dengan tubuhnya agar Michael, ibu dan saudaranya dapat keluar. Konon akibatnya, ginjal ayah Michael terdampak. 

Pada 1894, ayah Michael sakit keras akibat ginjal yang terdampak itu. Setelah wafat, kakak sulung Michael menjadi kaisar Nicholas II sekaligus menikah dengan Alexandra. Michael tumbuh menjadi pria yang tinggi, tampan dan gagah. Tinggi badan Michael melebihi Nicholas. 

Pada 1899, kakak Michael yaitu George meninggal di Negara Georgia. Ia terjatuh dari sepeda motor dalam kondisi mulut mengeluarkan darah dan nafas tersengal-sengal. George memang sudah lama menderita tuberkulosis, dan dokter menyarankan ia untuk tinggal di negara yang lebih hangat seperti Georgia. Seorang wanita menemukan George yang masih hidup namun sangat kritis.

Pada 1901, Michael mewakili Nicholas II menghadiri pemakaman ratu Victoria, serta pada 1909 menghadiri pemakaman raja Edward VII di Inggris.  

Pada 1902, Michael jatuh cinta pada Beatrice, putri Saks Coburg dan Gotha. Beatrice adalah sepupu Michael. Ibunda Beatrice merupakan adik kandung ayah Michael. Gereja Ortodoks Russia melarang pernikahan antar sepupu, bahkan melarang pernikahan antara orang tua dengan anak baptis meskipun tidak berhubungan darah. Percintaan Michael dengan Beatrice pun harus pupus. Perhatian Michael kemudian tertuju pada asisten wanita sang adik yang bernama Alexandra Kossikovskaya yang akrab disapa Dina. Wajah Dina memang cantik, tubuhnya langsing dan ia lebih tua 3 tahun daripada Michael. Namun Dina bukan orang kerajaan. Ibunda Michael memintanya untuk mencari pendamping yang sederajad. Maka Dina pun diPHK dan Michael dibawa ke Denmark. Michael dan Dina masih menjalani hubungan jarak jauh. Namun pada 1907, Michael tampaknya mulai kehilangan gairah pada Dina. Dina hidup di luar negeri dan tidak pernah menikah hingga ia meninggal di usia relatif muda, yaitu 47 tahun. 

Pada Desember 1907, Michael bertemu dengan Natalia Wulfert, istri dari seorang serdadu. Sebelum menikah dengan serdadu, Natalia pernah menikah dan memiliki seorang putri. Pada Agustus 1909, Michael dan Natalia sudah menjalani hubungan terlarang. Natalia sudah mulai menggugat cerai sang suami. Saat perceraian masih dalam proses, Natalia melahirkan anak Michael pada Juli 1910 yang diberi nama George, untuk mengenang mendiang kakak Michael. Agar si anak divalidasi sebagai anak kandungnya, tanggal perceraian Natalia dimundurkan sebelum si anak lahir. Nicholas memberi nama Brasov, sesuai nama rumah Michael. 

Pada Mei 1911, Nicholas mengijinkan Natalia untuk pindah ke Moskow dan diberi nama Brasova. Setahun kemudian, Michael menghadiri pemakaman sang paman yaitu Raja Denmark, Frederick VIII. Saat itu Michael menderita penyakit maag kronis yang kemudian menjadi parah di sisa hidupnya. 

Pada 1912, Michael mendengar kabar bahwa sang keponakan laki-lakinya yaitu Alexei dalam kondisi sangat kritis. Itu artinya Michael setiap saat bisa menjadi pewaris tahta selanjutnya setelah Nicholas II. Namun Michael tak ingin menjadi kaisar tanpa Natalia dalam hidupnya. Maka itu, saat Alexei kritis, ia dan Natalia menikah di gereja Ortodoks Serbia yang berlokasi di Vienna, Austria pada 16 Oktober 1912. Hal ini menimbulkan kemarahan Nicholas dan ibunda mereka, permaisuri Marie yang memegang janji Michael bahwa ia takkan menikahi Natalia. Nicholas segera mengusir Michael dan keluarganya dari Russia, membekukan aset milik Michael. Masyarakat kaget betapa kerasnya hukuman Nicholas kepada adik sendiri, namun mereka tetap tak bersimpati pada Natalia yang akrab disapa Natasya. 

Selama enam bulan, Michael, Natalia dan George hidup di hotel antara dua negara yaitu Perancis dan Swiss. Mereka dijenguk oleh kakak kandung Michael yaitu Xenia dan saudara sepupu yaitu Adipati Agung Andrew. Natalia dan Michael sempat bertemu ibunda Michael di London, Inggris.  Setelah itu, Michael dan keluarga kecilnya pindah ke Inggris.

Saat perang dunia I pecah pada 1914, Michael mengirim surat pada Nicholas untuk bisa mengabdi pada negaranya. Itu artinya ia juga akan membawa serta Natalia dan sang anak. Nicholas setuju. Namun Natalia tidak diperbolehkan tinggal di semua istana kerajaan di Russia. Michael juga meminta Nicholas melegitimasi anak semata wayang mereka, apabila terjadi sesuatu pada Michael semasa memimpin pasukan perang. Nicholas juga setuju dan memberi gelar Count kepada George, serta gelar Countes kepada Natalia. 

Pada Maret 1917, Nicholas II mengabdikan diri. Ia langsung menunjuk Michael untuk menjadi penerus, dan bukan Alexei. Semua memahami bahwa kondisi kesehatan Alexei tidak memungkinkan untuk menjalani tugas seorang kaisar. Terlebih dokter memperkirakan bahwa Alexei tidak akan hidup melewati usia 16 tahun. Namun Michael juga mengabdikan diri. 

Alexander Kerensky membawa Michael bertemu Nicholas dan keluarganya sesaat sebelum mereka dipindahkan ke Tobolsk. Itu adalah pertemuan antar saudara kandung yang terakhir kali. Pada 1 September 1917, Kerensky memproklamirkan Russia sebagai republik. 

Pada Maret 1918, Michael bersama sekretaris Nicholas Johnson dan dua pegawai laki-lakinya dibawa ke Perm menggunakan kereta api tanpa jendela dan pemanas. Setelah dua hari menginap di hotel di Perm, Michael dipenjara. Natalia berusaha keras melobi Komisar di Petrogard agar Michael dibebaskan. Setelah bebas, Michael menginap di kamar terbaik di hotel terbaik di Perm. Natalia mengirim si kecil George keluar dari Russia bersama pengasuhnya. Setelah mendapatkan ijin perjalanan, Natalia menemui Michael dan melewatkan hari paskah bersama selama seminggu, tak ada yang tahu bahwa itu untuk terakhir kali.

Kondisi semakin tidak menentu, terpaksa Natalia pergi demi keselamatannya. Pada malam hari, Michael dibawa paksa dari hotel oleh empat orang serdadu. Protes Michael tidak diindahkan, terlebih dia sakit maag parah. Johnson memaksa untuk menemani Michael. Keduanya dibawa ke kota Perm. Pada 13 Juni 1918 pagi, Johnson ditembak hingga terluka parah. Michael langsung mendekati Johnson dan ditembak dari jarak dekat hingga tewas. Semua yang melekat pada Michael dan Johnson dilucuti. Jenazah keduanya hingga kini belum pernah ditemukan. Pada 2013 dan 2014 sudah dilakukan upaya pencarian. Bahkan ada kisah seorang anak kecil yang dulu menemukan kerangka dua manusia dan sebuah tengkorak di dalam gua. Namun kerangka tengkorak itu tidak ditemukan. 

Monday, March 21, 2022

Hidup Tragis Seorang Marie Antoinette

Masa Kecil Marie Antoinette Hingga Berusia 14 Tahun
Marie Antoinette dilahirkan pada 2 November 1755 sebagai anak perempuan terakhir tetapi bukan anak terakhir. Ia memiliki seorang adik laki-laki. Nama aslinya adalah Maria Antonia Josephe Jeanne. Ayahnya adalah Francis I, Kaisar Suci Romawi dan ibunya adalah permaisuri Maria Theresa. Oleh karena ia lahir di hari berkabung dalam agama Katolik, maka ulang tahun Marie Antoinette selalu dirayakan sehari sebelumnya yaitu pada hari para Santa. Hari kelahiran Marie Antoinette bertepatan dengan gempa besar di Lisbon, Portugal. Bencana berkekuatan 7,7 hingga 9 magnitude ini memakan korban hingga puluhan ribu jiwa. Secara kebetulan, banyak penduduk dan gereja yang menyalakan lilin sebagai perayaan hari Santa. Goncangan akibat gempa mengakibatkan lilin berjatuhan dan menyebabkan bencana selanjutnya, yaitu kebakaran massal. Sungguh sebuah pertanda yang tidak diinginkan oleh semua orang yang lahir di dunia ini.
Ia memiliki 14 kakak kandung dan seorang adik kandung laki-laki. Enam kakak kandung Marie Antoinette meninggal saat masih kecil atau remaja. Ironisnya, dari seluruh anggota keluarga termasuk ayah ibunya, tidak ada yang berusia melampui 70 tahun. Marie Antoinette memiliki hubungan dekat dengan Maria Carolina, kakak yang berusia 3 tahun di atasnya. Seorang musikus terkenal bernama Wolfang Amadeus Mozart datang memenuhi panggilan untuk menghibur di istana. Namun di depan penonton, Mozart tampak kikuk dan terjatuh. Marie Antoinette yang mendekat untuk menolong dan mengusap air mata Mozart. Mozart kebetulan memiliki usia sebaya dengan Marie Antoinette. Namun kelak Mozart akan wafat di usia 35 tahun akibat sakit.
Dari kecil, Marie Antoinette (saya gunakan inisial MA) sudah dijodohkan dengan Louis XVI. Perwakilan dari keluarga Louis XVI datang sejak gadis itu masih berusia remaja. Ia melaporkan kepada raja Louis XV bahwa secara akademis, Marie Antoinette memang kurang namun ia memiliki perilaku yang baik. Di usia 10 tahun, ayahnya wafat. Kakak sulung laki-laki naik tahta menjadi kaisar Joseph II, bertahta bersama sang ibu.
Sebelum MA siap dikirim ke Perancis untuk menikah, ia menjalani proses perataan gigi yang menyakitkan. Beberapa saat sebelum meninggalkan Austria untuk selamanya, Marie Antoinette menangis di pelukan ibunya. Ia mendapatkan mas kawin berupa beberapa jam tangan. Salah satu jam tangan ini kelak akan menjadi jam tangan terakhir yang ia kenakan namun disita oleh petugas penjara. Ia pergi ditemani oleh anjing kesayangannya bernama Mops, serta para asisten yang diangkut oleh 57 kereta. Konon perjalanan dari Vienna menuju Versailles memakan waktu hingga 3 minggu lamanya.

Pernikahan Marie Antoinette Dengan Calon Raja Louis 
Di tengah perjalanan, mereka berhenti di Rhine. Di situ Marie Antoinette disambut oleh wanita yang ia sebut Nyonya Etiket. Marie Antoinette diharuskan meninggalkan anjing dan para asistennya. MA menangis saat dipisahkan dari Mops. Ibu Etiket mengatakan bahwa ia bisa memiliki anjing Perancis sebanyak yang ia mau.  MA dirias menjadi seorang putri Perancis, dengan gaun dan penutup kepala biru turqouise. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk bertemu raja Louis XV dan suami. Mereka kemudian beriringan menuju ke istana Versailles. MA pun terpana dengan kamar tidurnya yang sangat mewah, di mana ada pintu menuju ke ruangan pribadi lain. Dua hari kemudian, MA dan Louis menikah di gereja. Mereka kemudian menjalani ritual ranjang agar mereka memiliki keturunan. Pada kenyataannya, MA tak kunjung hamil.'

Kehidupan Setelah Menikah
Etiket untuk MA sangat rumit. Setiap bangun tidur, ia sudah disambut oleh ibu Etiket dan para wanita lain. Pada wanita itu adalah para anggota kerajaan dan bangsawan. Wanita yang memiliki status tertinggi, akan bertugas melayani MA dengan menyediakan air untuk membasuh tangan, handuk untuk mengusap tangan dan memakaikan pakaian. Kegiatan ini selalu dilakukan setiap pagi namun MA merasa konyol namun tak dapat berbuat apapun. Setelah berpakaian, ia sarapan bersama sang suami dengan ditonton oleh banyak orang. Minuman MA hanyalah air putih yang didatangkan dari sumber mata air. 
Hubungan MA terhadap anggota kerajaan lain umumnya baik, terutama pada adik ipar bungsu yang bernama Charles. Namun MA menolak berkomunikasi dengan Nyonya Jeanne Du Barry, selir raja Louis XV. Du Barry tidak dapat memulai komunikasi dengan MA sebab statusnya di bawah MA. Ibu MA dan wakil dari Austria meminta MA membuka komunikasi dengan Nyonya (Jeanne) Du Barry. MA pun memulai percakapan singkat "Hari ini banyak orang di Versailles". Meskipun singkat, namun Du Barry disebut sangat puas. 
Ibunda MA kerap mengirim surat dari Austria, berharap agar MA lekas hamil dan memiliki keturunan. Ibunda MA berpikir ada yang salah dengan Louis sebab ia tak terangsang oleh anaknya. Hingga suatu hari pada tahun 1777, kakak laki-laki MA yaitu kaisar Joseph II datang untuk berbicara dengan Louis. Mendengar pengakuan Louis soal kehidupan seks, ia tidak melihat ada masalah medis pada diri Louis. Hanya saja cara berhubungan yang mungkin keliru. Hal ini disampaikan melalui surat ditujukan kepada Leopold, kakak laki-laki MA yang lain. 

Kelahiran Marie Therese dan Adik-Adiknya
Kedatangan Joseph ini berbuah manis, pada 18 Desember 1778, MA pun melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Marie Therese Charlotte Bourbon. Marie Therese adalah nama ibunda Marie Antoinette. Keluarga kerajaan Perancis dan masyarakat masih menghendaki MA melahirkan pewaris kerajaan, yaitu bayi laki-laki. Sehingga kelahiran Marie Therese tidak disambut antusias. MA berkata "kasihan gadis kecil, kamu tidak dikehendaki, tetapi kamu tetap aku sayangi. Anak laki-laki akan menjadi milik negara, kamu akan menjadi milikku"
 Setelah kelahiran Marie Therese kecil, suami MA menghadiahkan sebuah rumah bernama Petit Trianon sebab ia mengetahui bahwa MA tidak menyukai ritual istana Versailles yang kaku. Louis membebaskan MA merenovasi rumah tersebut sesuai selera MA. MA membuat taman, sungai, perkebunan dan peternakan di sekitar rumah tersebut. Rumah tersebut dahulu dibangun oleh raja Louis XV untuk ditinggali selir bernama Nyonya Pompador.  Untuk mendatangi Petit Trianon, raja Louis XVI harus terlebih dulu mendapat undangan atau ijin dari MA. Tak lama kemudian, MA terserang cacar dan menghabiskan waktu sebulan hanya di Petit Trianon ditemani oleh empat orang pria yang diklaim bertindak sebagai "perawat". 
Pada 1781, MA kembali melahirkan, namun kali ini sangat dinantikan oleh banyak orang sebab sang bayi adalah anak laki-laki yang diberi nama Louis Joseph. 

Hubungan Dengan Axel Von Fersen Semakin Dekat
Rekan lama MA bernama Axel Von Fersen, pria kelahiran Swedia yang dikenal tampan, kembali datang. Axel ini diduga memiliki hubungan terlarang dengan MA, berdasarkan bukti surat-surat di antara mereka. Pada tahun 1785, tepat sembilan bulan setelah kepulangan Axel, MA melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Louis Charles. Banyak spekulasi menyebut bahwa anak itu adalah hasil hubungan dengan Axel. Namun para asisten menyebut bahwa pada saat sebelum mengandung, Louis XVI sering menghabiskan malam bersama MA.
Pada tahun 1786, MA melahirkan untuk terakhir kalinya. Bayi perempuan yang diberi nama Sophie itu hanya bertahan hidup selama 11 bulan. 
Pada Juni 1789, putra sulung MA yaitu Louis Joseph wafat akibat tuberkulosis. Hanya empat bulan berselang, tepatnya pada 5 Oktober 1789, ratusan wanita merangsek ke istana Versailles. MA tampil di balkon sambil memberikan gestur permintaan maaf. Mereka menuntut agar keluarga kerajaan pindah ke Paris. Di Paris, mereka ditempatkan sebagai tahanan rumah di Tuileries.

Upaya Pelarian Ke Montmedy
Pada 20 Juni 1791, Axel Von Fersen merancang rencana bagi MA sekeluarga untuk melarikan diri ke Montmedy. Di Montmedy, Louis XVI berencana mengadakan kontra revolusi dengan cara bergabung dengan pasukan pendukung kerajaan. Di dalam kereta, terdapat raja Louis XVI, Marie Antoinette, Marie Therese, Louis Charles, adik bungsu Louis XVI yaitu Elisabeth serta pengasuh Louis Charles yaitu nyonya Tourzel. Mereka menyamar sebagai keluarga turis Russia.  Pada saat yang hampir bersamaan, adik Louis XVI yaitu Count of Provence dan istrinya juga melarikan diri, menuju ke Austria-Belanda, sehingga mereka menggunakan jalur berbeda.
Axel mengikuti MA dan keluarga hingga ke tujuan berikutnya dan kemudian diperintahkan oleh Louis XVI untuk meninggalkan mereka. Namun pelarian MA ini hanya berlangsung selama 23 jam. Saat mencapai Sainte-Menehould, identitas asli mereka mulai dikenali. Dan saat mencapai Varennes, mereka diberhentikan oleh seorang pria bertubuh pendek bernama Drouet. Ia dibantu oleh beberapa serdadu untuk memblokir jalan. Setelah beradu argumen, Louis dipertemukan dengan seorang pedagang lokal bernama Saucy yang juga seorang pengacara. Kepada Saucy, Louis meminta diijinkan meneruskan perjalanan agar mereka bisa sampai di Rusia untuk memenuhi undangan Bapak Baron yang mengadakan pesta kostum akbar untuk sang istri. Awalnya Bapak Saucy percaya, apalagi setelah melihat paspor. Namun Drouet mengancam bahwa membiarkan mereka pergi berarti Saucy siap kehilangan kepala. Louis dan rombongan kemudian dibawa ke rumah Saucy, bertemu dengan istri Saucy. Mereka terpaksa menginap semalam. Salah satu alasan pelarian ini gagal akibat suami MA yang beberapa kali menunda kepergian. Raja Louis XVI semula enggan meninggalkan Paris, ia menganggap bahwa hanya segelintir orang yang mendukung revolusi.  Pelarian ini menjadi salah satu alasan kuat raja Louis XVI kelak dipenggal.

Menjadi Tahanan Di Penjara Temple
               Pada 13 Agustus 1792, Louis XVI, Marie Antoinette, Elisabeth, Marie Therese, Louis Charles ditahan di penjara Temple. Mereka diikuti oleh beberapa pegawai setia mereka yaitu Nyonya Lamballe, dua asisten Louis XVI, tiga tukang masak dan yang lain.  Asisten Louis XVI adalah bapak Clery. Meskipun hanya tukang masak, namun Turgy punya andil besar untuk Marie Antoinette. Pada warga menggeruduk istana Versailles, Marie Antoinette dibawa melarikan diri. Namun ada salah satu pintu yang terkunci. Para asisten Marie Antoinette menggedor-gedor sambil memohon dibukakan. Adalah Turgy yang berjasa. Pada 20 Agustus 1792 pukul 1 pagi, penjaga memerintahkan semua yang bukan anggota kerajaan harus pergi meninggalkan tempat. Hal ini memicu protes dari MA dan Louis. MA bersikeras bahwa Nyonya Lamballe merupakan anggota kerajaan. Mendiang suami Nyonya Lamballe merupakan paman Louis XVI. Pernikahan mereka hanya berlangsung sebentar sebab suami Nyonya Lamballe wafat akibat sakit. Protes tidak ada gunanya lagi. Banyak penjaga yang kurang respek pada anggota kerajaan. Di penjara ini, Louis XVI sedikit gembira sebab ia menemukan perpustakaan. Ia bisa menghabiskan waktu untuk membaca selain kegiatan lain.  Sementara Marie Antoinette menghabiskan waktu untuk menyulam dan menjahit pakaian yang mulai robek sana sini. Di luar kegiatan itu, Marie Antoinette, Louis XVI dan Elisabeth mengajarkan berbagai pelajaran kepada Marie Therese dan Charles. Di ruang tengah, terdapat sebuah piano yang biasa dimainkan oleh Marie Antoinette. Perlahan, alat makan mereka berupa pisau mulai disita. Pisau itu hanya bisa dipakai oleh asisten Louis, memotongkan makanan di depan pengawasan para penjaga. Gunting milik Elisabeth untuk menjahit juga disita, sehingga ia menggunakan giginya untuk memotong benang. Pada Januari 1793, suami Marie Antoinette menjalani persidangan. Ia dituduh berbagai macam, termasuk pertumpahan darah masyarakat Perancis. Setelah melakukan vote, sebagian lebih menginginkan raja Louis XVI dijatuhi hukuman mati. Pada malam sebelum eksekusi, Marie Antoinette, Putri Elisabeth dan anak-anak dibawa turun ke ruangan Louis XVI. Suami Marie Antoinette berjanji akan menemui mereka lagi pada pagi hari jam 8, namun Marie Antoinette meminta jam 7 pagi dan disetujui. Namun esok harinya, Louis XVI tidak menemui mereka karena Louis tidak ingin menambah beban perasaan. Sepeninggal Louis XVI, Marie Antoinette enggan membawa kedua anaknya untuk turun ke taman. Hal ini disebabkan ia harus melewati pintu kamar mendiang sang suami, dan ia tak dapat menahan perasaannya. Seorang petugas menyarankan Marie Antoinette membawa anak-anak ke taman di atas penjara. Setidaknya anak-anak membutuhkan udara segar demi kesehatan. Saat yang bersamaan, kaki Marie Therese mengalami infeksi. Marie Antoinette minta dipertemukan Clery, asisten pribadi Louis yang menemani hingga sebelum Louis dibawa pergi dari penjara Temple namun petugas mengatakan kondisi Clery buruk. Para petugas di penjara Temple dilarang mempertemukan Marie Antoinette dengan Clery. Clery tetap berada di ruangan mendiang majikannya. Secara psikis, ia sangat terpukul. Saat dikunjungi dan diajak duduk di meja makan, Clery nampak enggan makan. Kemudian datanglah dua petugas yang menyaksikan eksekusi Louis, dengan santai bercerita bagaimana ia mempercepat eksekusi. Clery semakin terlihat depresi. Ia kemudian diajak kembali ke ruangan, dan beberapa kali hampir pingsan. Di sela-sela itu, Clery berkisah kalau saja sang majikan mau kabur, dengan mudah bisa dilakukan. Sebab jendela ruangan Louis hanya sejengkal dari dasar. Namun Louis tak ingin lolos meninggalkan keluarganya tertahan di penjara Temple. 

Pagi Terakhir Bersama Sang Anak Sulung dan Adik Ipar
Sekitar jam 2 pagi, beberapa petugas masuk. Mereka membacakan perintah pemindahan Marie Antoinette. MA tidak mengucapkan sepatah kata atau emosi sedikitpun. Putri Elisabeth dan Marie Therese memohon untuk diikutsertakan, namun tentu keinginan ini ditolak mentah-mentah. Mereka memeriksa barang-barang yang akan dibawa, dan menemukan paket kecil berisi rambut Louis XVI dan anak-anak, juga secarik kertas matematika yang ia ajarkan ke Louis Charles, sebuah buku yang mencatat alamat dokter anak-anak, miniatur sahabat dekatnya nyonya Lamballe, dua teman masa remaja yaitu putri Hesse dan Mecklenburg serta dua buku doa. Namun petugas membiarkan MA membawa saputangan dan botol parfum. Elisabeth membisikkan sesuatu di telinga MA, namun tidak terdengar. Setelah mengucap perpisahan pada Marie Therese dan memohon memperlakukan Elisabeth seperti ibu kedua, MA pun beranjak pergi tanpa menoleh lagi. Di pintu depan, kepala MA membentur pintu, karena tak menyadari bahwa pintu itu rendah. Seorang petugas bertanya apakah ia merasa sakit, "tidak, tidak ada yang bisa menyakiti diriku lagi" Dalam perjalanan dari penjara Temple menuju ke Conciergerie, MA ditemani oleh kepala penjara Michonis dan beberapa pengawal. 



40 Hari Pertama Di Penjara Conciergerie
Adalah seorang pengacara yang juga pendukung revolusi bernama Antoine Fouquier Tinville yang "mengambil alih" nasib Marie Antoinette. Pada 2 Agustus 1793 jam 3 pagi, Marie Antoinette sampai di penjara Conciergerie. Umumnya tahanan didaftarkan di kantor depan, yang dipisahkan oleh kaca. Namun berbeda dengan Marie Antoinette, ia langsung diantar ke ruangan. Petugas melucuti cincin sang bekas ratu. Namun ada dua benda penting yang masih ia dapat selamatkan. Pertama adalah pendant metal berbentuk oval, berisikan potongan rambut Louis Charles yang dibungkus sarung tangan kuning kecil si putra. Benda lain adalah jam kantung berlapis emas pemberian ibunda Marie Antoinette.  Ia tampak beberapa kali mengusap keringat yang mengucur di dahi. Wajar saja, karena saat itu adalah puncak musim panas. Semua petugas keluar dari ruangan, menyisakan Marie Antoinette ditemani Rosalie dan Nyonya Richard. Rosalie sejatinya adalah tukang masak dari suami istri Richard.  Mereka menyiapkan seprei dan bantal yang terbaik untuk sang bekas ratu. Selain itu, mereka juga menyiapkan sebuah meja sederhana dan dua buah kursi. Di hadapan Rosalie dan Nyonya Richard, pandangan Marie Antoinette menyisir ruangan mencari paku di dinding, kemudian ia menapak ke pijakan kaki yg ditutupi kain, dan menggantungkan jam loketnya di paku itu. Rosalie maju untuk menawarkan bantuan, namun ditolak dengan manis oleh sang bekas ratu "tak usah, anak yg baik. Sejak tidak ada orang yang membantu, saya sudah terbiasa melakukan semua seorang diri

Pagi harinya, dua penjaga ditempatkan di ruangan Marie Antoinette. Seorang wanita tua berusia 80 tahunan ditugaskan untuk menemani Marie Antoinette, namanya Lariviere. Sebuah tempat tidur ditempatkan di sebelah tempat tidur Marie Antoinette untuk Lariviere. Lariviere meminta anaknya, Louis Lariviere untuk membelikan kain, benang dan jarum di pasar dan sesegera mungkin kembali.  Ia berupaya menambal pakaian Marie Antoinette yang berlubang di kedua bawah lengan, dan juga bagian bawah rok yang sudah rantas. Si anak bernama Louis merupakan juru kunci penjara. Tak lama, nyonya Richard dan Rosalie datang membawa sebuah penyekat yang tidak begitu begitu tinggi, agar Marie Antoinette tetap memiliki privasi. Berikutnya, dipasang korden yang memilah ruangan antara MA dengan dua petugas jaga. Hal ini berguna saat MA melakukan panggilan alam. Adalah seorang tahanan laki-laki bernama Barassin yang akan membawa buangan keluar ruangan.  Marie Antoinette meminta beberapa pakaian dan asesoris yang ia tak sempat bawa dari penjara Temple. Namun keinginan ini tidak berani dikabulkan oleh Nyonya Richard. Adalah bapak Michonis yang pergi ke penjara Temple untuk menyampaikan. Sepuluh hari kemudian, datang sebuah paket. Saat dibuka, Marie Antoinette mengatakan bahwa yang menyiapkan semua tentu sang adik ipar, putri Elisabeth. Ia meminta sebuah dus untuk menyimpan pakaian dan asesoris tersebut. Nyonya Richard membiarkan Rosalie meminjamkan dus. Bekas ratu ini tampak sangat senang seolah-olah ia telah mendapat sebuah perabotan yang terbaik di dunia. Rosalie juga diijinkan untuk meminjamkan cermin miliknya. Marie Antoinette meminta tolong nyonya Richard untuk membuat penutup kepala miliknya menjadi dua bagian, agar ia memiliki ganti. Setelah kegiatan menambal selesai, nenek Lariviere ini digantikan oleh wanita muda bernama Harel. Suami Harel bekerja di kantor polisi. Marie Antoinette tampak enggan banyak komunikasi dengan Harel. Tak lama datanglah tukang kaca ke ruangan Marie Antoinette. Ia diminta oleh juru kunci Conciergerie untuk datang membawa dua panel kaca ukuran sedang. Saat ia memasang panel kaca yang pertama, terdengar musik instrumen harpa dari lantai atas. Seketika Marie Antoinette berhenti menyulam, dan tampak senang mendengarkan. Ia pun bertanya pada tukang kaca "pak, apakah harpa yang kita dengar ini dimainkan oleh wanita di penjara ini?". Tukang kaca menjawab bukan "Dia adalah anak perempuan petugas daftar...." Ia hendak melanjutkan, namun Harel segera menatap tukang kaca dengan ekspresi yang terganggu. 
Suatu hari, petugas mendatangi ruangan dan menyita jam pemberian sang ibunda. Marie Antoinette hanya bisa menangis getir. Nyonya Richard menceritakan hal ini kepada Rosalie. Tak pelak, ia hanya memiliki satu benda yang berharga yaitu pendant yang ia pakai sehari-hari. Pendant ini tentu tak mudah dilihat dari luar. Setiap malam, ia mengeluarkan benda itu, menciumi sambil menangis. Meskipun sang ibu "dibebastugaskan" dari ruangan Marie Antoinette, namun Louis Lariviere masih bekerja di bawah suami istri Richard. Kadang ia membantu Rosalie di dapur karena pekerjaan itu terlampau banyak buat Rosalie.
Kegiatan Rosalie selama 40 hari pertama adalah mengantarkan makanan, ditemani oleh nyonya Richard atau kadang bapak Richard. Makan pagi adalah jam 9, dan makan malam jam 2 atau 2.30. Sesampai di ruangan, nyonya Richard segera menyiapkan meja. Sementara Rosalie tetap menunggu di pintu masuk. Melihat hal ini, Marie Antoinette mengajak Rosalie masuk "ayo mendekat sini Rosalie, jangan takut". Di lain waktu, selagi nyonya Richard menyiapkan meja, Marie Antoinette akan mengamati dua penjaga yang sedang bermain kartu. Sementara Fouqier Tinville disebutkan datang setiap hari ke Conciergerie, sebelum jam 12 malam. Tak jelas apakah ia langsung mengunjungi ruangan Marie Antoinette atau tidak.

Apabila Rosalie berhalangan mengantar makanan untuk Marie Antoinette, nyonya Richard akan meminta tolong juru kunci Lariviere untuk mengantar makanan. Juru kunci Lariviere mengklaim bahwa nyonya Richard lebih nyaman meminta dirinya daripada Rosalie. 
 Suatu hari Nyonya Richard membawa anak laki-lakinya yang dipanggil Fanfan, ke dalam penjara Marie Antoinette. Seketika Marie Antoinette memeluk dan menciumi Fanfan sambil menangis. Ia mengatakan tentang Louis Charles yang sebaya dengan Fanfan, dan selalu memikirkan anak itu siang dan malam. Melihat ini, Nyonya Richard bertekad tidak akan membawa Fanfan lagi ke penjara agar tidak membuat Marie Antoinette bersedih.
Selama nyonya Richard bertugas di penjara, makanan Marie Antoinette sangat terjamin. Ia dan Rosalie setiap hari berbelanja. Saat pedagang mengetahui mereka berbelanja untuk ratu, mereka memberikan daging ayam dan buah-buahan yang terbaik mereka miliki. "Untuk ratu kita" ucap mereka sambil menangis. Nyonya Richard berkata "setelah ia meninggalkan tempat ini, dia akan membawamu, dan memperkerjakanmu, Rosalie"
Bapak Richard kerap mengunjungi Marie Antoinette dan memastikan bahwa kebutuhannya sudah terpenuhi. Hingga Marie Antoinette bertanya kepada pak Richard kalau ia pernah bekerja di sebuah hotel. Pak Richard menjawab bahwa ia sudah tinggal dan bekerja di penjara sedari lahir. Marie Antoinette memberi alasan mengapa ia bertanya demikian "karena semua yang anda berikan ke saya, sangat baik".


Kunjungan Wanita Yang Memiliki Peri Kemanusiaan
 Suatu hari, seorang wanita bernama Mademoiselle Fouche mengunjungi beberapa tahanan di Conciergerie. Ia bersama romo Magnin sudah dikenal oleh beberapa kepala penjara, baik itu di Conciergerie maupun di La Force. Keduanya memberi dukungan moral, bantuan dan pemberkatan misa kepada para tahanan. Di masa orang-orang sudah tidak peduli dengan "membantu". Mademoiselle Fouche sudah mendengar bahwa sang bekas ratu Perancis itu ditahan di penjara Conciergerie. Ia mendekati pak Richard agar bisa diijinkan mengunjungi Marie Antoinette. Pak Richard sangat yakin bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Namun berikutnya ia berubah pikiran "dengarkan, ada 4 penjaga yang ditugaskan di ruangan. Dua penjaga berhati jahat, dua lagi baik. Mereka berganti tugas di tengah malam. Kamu datang ke sini lagi jam 12.30 tengah malam. Kita lihat nanti". Wanita ini datang lagi seorang diri. Ternyata Marie Antoinette masih terbangun. Ia menggambarkan situasi sel sang bekas ratu : satu ruangan yang dipisahkan oleh sebuah penyekat ruangan rendah dan juga korden. Di satu sisi, adalah untuk Marie Antoinette, di satu sisi adalah untuk dua penjaga. Kehadiran Mademoiselle Fouche disambut dingin oleh Marie Antoinette. Tentu wanita ini harus memperkenalkan diri dan tujuan ia datang. Ia menawarkan makanan, baju dan stocking yang dibawa, namun tak direspon oleh Marie Antoinette. Kemudian Mademoiselle Fouche menggunakan upaya persuasif, mengingatkan bahwa suara publik tidak memungkinkan lagi sang bekas ratu memiliki harapan ke depan. Hanya agama yang bisa memberi penghiburan. "untuk itulah mengapa saya memberanikan diri mengunjungi anda. Kalau anda setuju, saya bisa membawa romo Katolik yang tidak disumpah oleh Majelis Konstitusi Nasional". Rupanya upaya ini memberikan efek langsung kepada Marie Antoinette, ia segera memeluk Mademoiselle Fouche. Ia berharap janji membawa sang romo segera dilaksanakan.
Di luar Conciergerie, Mademoiselle segera mencari stocking tebal agar bisa dipakai sang bekas ratu. Para biarawati dari La Charite Saint Roch antusias menyediakannya. Ia juga menghubungi tukang roti untuk membuatkan roti jenis "rye", roti dengan warna gelap dan lebih berserat kesukaan Marie Antoinette. Ia juga tak segan mencarikan gaun dalam dengan kualitas lebih baik untuk sang bekas ratu. Namun ia tak berani membawa gaun luar baru, mengingat Marie Antoinette diawasi setiap saat. Pakaian luar baru akan memancing mata para musuh untuk curiga dan bisa membuyarkan kedatangan rutin rahasia Mademoiselle dan Romo Magnin. Mademoiselle Fouche datang lagi kedua kali, kali ini ia diikuti oleh Romo Magnin. Saat bertemu sang romo, Marie Antoinette menangis. Ia meluapkan perasaanya pada sang  romo satu setengah jam. Berikutnya ia memeluk Mademoiselle Fouche, dan berharap agar di kunjungan berikutnya, Romo Magnin bisa datang lagi.  Ia kemudian membungkus cangkir keramik beralaskan perak, dan meminta si wanita itu memberikan kepada sang putri yang masih ditahan di penjara Temple bersama putri Elisabeth. Marie Antoinette menyebut sang putri sebagai Madame Royal, alias Putri Kerajaan. Lebih lanjut, Marie Antoinette berpesan "seandainya anda tidak bisa memberikan cangkir ini kepada dia, anda simpan saja untuk diri anda sebagai kenangan-kenangan dari saya". 

Upaya Pembebasan Marie Antoinette Terakhir 
Pada pertengahan September 1783, seorang petugas di angkatan darat bernama bapak Rougeville diantar ke ruangan Marie Antoinette oleh bapak Michonis. Bapak Rougeville dan Marie Antoinette sudah saling mengenal satu sama lain. Pak Michonis sejatinya adalah pendukung revolusi. Diduga setelah bertemu pak Rougeville, pak Michonis setuju dengan ide membebaskan Marie Antoinette. Pak Rougeville menjatuhkan bunga carnation di rok Marie Antoinette. Tentu bunga itu mengandung pesan singkat. Setelah membaca, Marie Antoinette segera menjawab singkat dengan menggunakan "embos". Isinya : "saya diawasi terus menerus, tidak bisa menulis atau berbicara, saya percaya kamu, saya akan ikut" . Diduga, Marie Antoinette meminta tolong salah seorang penjaga di ruangan untuk menyampaikan ke pak Rougeville yang sedang berjalan keluar bersama pak Michonis. Setelah itu, tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi berikutnya sehingga gagal.
Ada beberapa dugaan. Satu, diduga ada petugas penjara yang tidak sepaham dan mengancam akan berteriak memanggil para penjaga di Conciergerie. Kedua, wanita yang ditugaskan untuk menemani Marie Antoinette bernama Harel, melaporkan kepada Fouquier. 
Setelah kejadian ini, penjagaan Marie Antoinette semakin diperketat. Harrel tidak nampak lagi di ruangan Marie Antoinette. Nyonya Richard dan suami dipenjara di Madelonnettes. Bapak Michonis dan Rougeville juga akan dipenjara. Pada Juli 1794, bapak Michonis dipenggal. Sementara Rougeville akan pindah ke kota Reims dan tewas ditembak pada tahun 1814, pada masa kerajaan Napoleon. Dua penjaga di ruangan Marie Antoinette digantikan oleh bapak Lebeau. Pada 11 September 1793, MA dipindah ke ruangan bawah tanah yang lembab. Apabila air sungai Seine meluap, air bercampur lumpur masuk ke ruangan. 

Marie Antoinette Di Bawah Pengawasan Pak Lebeau
Pak Bault/Lebeau akan selalu ditemani oleh dua penjaga, yang tidak bersimpati pada Marie Antoinette. Sebelumnya, pak Lebeau adalah penjaga di penjara La Force. Mademoiselle Fouche sudah mendengar upaya pembebasan Marie Antoinette yang berakhir gagal dan segala perubahan. Dan ia juga mengenal Lebeau sudah lama. Tak sulit baginya untuk berkomunikasi dengan pak Lebeau, termasuk tetap mengunjungi MA. Mademosoille Fouche ingat di kunjungan sebelumnya, ia bisa merasakan penutup kepala dan bagian lengan sang bekas ratu terasa basah. Ia kemudian memberitahu betapa lembabnya ruangan Marie Antoinette dengan pak Beau/Lebeau. Pak Beau kemudian memasang sepotong karpet tua di dinding sebelah ranjang Marie Antoinette. Pemasangan ini menimbulkan protes dari dua penjaga yang mengikutinya. Pak Lebeau segera berkilah "kamu tahu bahwa karpet ini berfungsi untuk meredam suara, agar pembicaraan di ruangan sebelah tidak terdengar". Dua petugas itu terdiam dan menyetujui ide pak Lebeau. 

Menurut Rosalie, sekilas pak Lebeau ini tampak keras dan kaku, namun ternyata ia memiliki hati yang baik. Kepala penjara membiarkan Rosalie tetap bekerja melayani Marie Antoinette di bawah pengawasan bapak Lebeau. Selain itu, Rosalie juga harus memasak makanan dalam jumlah yang besar, yang mana harus mencukupi kebutuhan makan sekitar 18 orang termasuk sang bekas ratu.  Saat Marie Antoinette meminta tolong Rosalie untuk mengikat rambut, Lebeau segera maju dan mengatakan bahwa ia akan melakukannya. Marie Antoinette tertegun dan menolak. Ia berdiri untuk melakukannya sendiri, dan kemudian memberikan sisa pita kepada Rosalie untuk kenang-kenangan. Namun saat berada di atas ruangan, pak Lebeau menyita pita tersebut dengan alasan tak ingin mendapat masalah karena tanggung jawabnya yang sulit. Banyak yang berubah setelah kejadian yang disebut "carnation plot" ini. Rosalie tidak diperbolehkan belanja lagi ke pasar. Ketika ayah Rosalie datang menjenguk, pak Lebeau kurang nyaman "bertemu Rosalie 5 menit saja, keluarga saya sendiri juga tidak datang menjenguk. jangan datang lagi". Saat makan, Rosalie menunggu di ruangan. Ia mengamati bahwa sang bekas ratu membelah ayam di piringnya menjadi dua bagian, dengan harapan, separuh untuk besok. Sementara sayuran yang diberikan, ia habiskan. Setelah selesai, Rosalie membereskan meja. Marie Antoinette mengucap syukur dan berjalan sejenak di ruangan. Rosalie tidak diperbolehkan meninggalkan peralatan makan apapun termasuk gelas yang di ruangan selepas makan. 
Suatu ketika, Marie Antoinette hanya meminum separuh air di gelas. Seperti biasa, Rosalie harus membawa keluar. Saat berjalan, ia bertemu dengan Pak de Saint Leger, seorang tahanan yang baru datang dari kantor registrasi Conciergerie. Ia bertanya "apakah ratu meminum air dari gelas ini?". Setelah dijawab, si bapak segera melepas topi, dan meminum sisa air dengan hormat dan gembira.
Setelah kasus "Carnation Plot" ini, tahanan lain juga terpengaruh. Nyonya Lamarliere yang biasa menjenguk suami di tahanan, tidak diperbolehkan lagi datang. Ia meminta Rosalie potongan rambut sang bekas ratu. Tentu ini mudah dilakukan sebab Marie Antoinette rutin memotong rambutnya.
Sebelum Carnation Plot, nyonya Richard mencucikan pakaian sang bekas ratu kepada nyonya Saulieu, tukang cuci yang ia kenal. 
Para petugas, di bawah perintah Fouquier Tinville bisa datang sidak setiap saat, pagi siang atau malam bahkan tengah malam. Saat datang, mereka tak segan memeriksa tempat tidur Marie Antoinette dan mengobrak abrik barang-barangnya. Marie Antoinette yang lemah akibat penyakitnya, diperparah lagi dengan susah beristirahat dengan tenang. Mereka ingin memastikan bahwa Marie Antoinette tidak dapat kabur.
Di waktu senggang, Rosalie rutin membersihkan sepatu Marie Antoinette yang terbungkus lumpur. Dari balik jeruji jendela, tahanan lain meminta Rosalie untuk mendekat. Mereka kemudian bergantian memegang dan menciumi sepatu sang bekas ratu. 
 Marie Antoinette hanya memiliki dua pakaian, yaitu putih dan hitam. Rok hitam miliknya mulai hancur menjadi potongan-potongan kecil. Putri sulung pak Lebeau berusaha memasang kerah di pinggiran rok tersebut. Sementara istri pak Lebeau membagikan potongan rok sang bekas ratu kepada orang-orang yang sangat menginginkan memilikinya. Menurut istri Lebeau, Marie Antoinette diberikan semacam daster, satu buah setiap 10 hari. Bahkan saputangan pun juga dikirimkan satu persatu. MA rutin menulis daftar bajunya di tembok menggunakan jarum pentul. MA juga menulis hal yang lain namun setelah wafat, tembok di ruangan lembap ini dicat lagi.  Marie Antoinette meminta sprei katun Inggris. Permintaan ini disampaikan pak Lebeau kepada Fouguier-Tinville, hanya untuk mendapat jawaban kemarahan "beraninya kamu meminta itu??!! Kamu pantas dihukum guillotine(penggal)".
Setelah kenal lebih jauh, sang bekas ratu ini mulai mempercayakan pengikatan rambutnya kepada pak Lebeau setiap pagi++. "mulai sekarang, saya akan memanggil anda pak Bon, karena lebih berharga daripada beau/Bault". Sikap manis, baik, perhatian namun penuh ketegaran Marie Antoinette tak ayal mengundang simpati yang dalam kepada suami istri Lebeau. Di rumah, mereka menangisi nasib sang bekas ratu ini. Mereka tidak berani menunjukkan di luar karena mereka sadar selalu diawasi oleh orang-orang yang tidak bersimpati, pendukung revolusi dan musuh. Pak Lebeau juga berusaha menyampaikan informasi tentang putri Elisabeth dan kedua anaknya yang ia peroleh dari bapak Hue. Suatu hari, Marie Antoinette menyisipkan sesuatu ke tangan pak Lebeau. Namun sayang hal ini disaksikan oleh dua penjaga yang selalu mengawasi gerak gerik Pak Lebeau. Dengan terpaksa, pak Lebeau membuka tangannya untuk memperlihatkan apa yang disisipkan. Itu adalah pendant yang berisikan rambut dibungkus sarung tangan sang putra, Louis Charles. Pak Lebeau mengerti bahwa Marie Antoinette menginginkan barang itu diberikan ke anaknya di penjara Temple. Barang itu kemudian diserahkan ke kantor Fouquier. 
Di lain hari, dengan menggunakan dua tusuk gigi dan benang wool yang keluar dari karpet, Marie Antoinette menyulam sesuatu. Setelah selesai, ia pura-pura menjatuhkan di dekat kaki, tepat saat pak Lebeau masuk. Dengan sigap, pak Lebeau segera berpura-pura menjatuhkan sapu tangannya untuk menutupi sekaligus mengambil barang anyaman itu. 

Dua Misa Terakhir Yang Diikuti Oleh Marie Antoinette.
Mademoiselle Fouche meminta ijin pak Lebeau untuk mengadakan Misa Komuni di ruangan Marie Antoinette. Semula pak Lebeau keberatan, namun Mademoiselle Fouche menenangkan "jangan kuatirsaya hanya minta anda menyediakan dua buah lilin". Pada permulaan Oktober 1793 malam hari, di tempat yang sudah disepakati, pak Lebeau menemui Mademoiselle Fouche dan romo Magnin. Bertiga, mereka menuju ke ruangan (di penjara Marie Antoinette di Conciergerie, tentunya). Mademoiselle Fouche bergegas menyiapkan meja yang ditutupi dengan taplak, untuk dijadikan altar.  Di atas meja dilengkapi dengan gelas piala perak yang dilepas menjadi beberapa bagian, roti ekaristi , buku liturgi, kendi dan alat misa lain. Mademoiselle Fouche datang bersama romo Magnin. Romo Magnin berbincang dengan Charles Antoine Lamarche dan Jean Baptiste Prud'homme, dua petugas jaga malam hari di ruangan. Keduanya setuju untuk mengikuti upacara komuni bersama sang tahanan dan nyonya Mademosoille Fouche. Meskipun di hadapan agama, posisi kesemuanya adalah sejajar, namun romo Magnin menginginkan Marie Antoinette mendapat pemberkatan yang pertama. Di kaki romo, Marie Antoinette menangis. Ia menyerahkan anak-anaknya di dalam lindungan Tuhan, juga meminta kekuatan menghadapi penderitaan yang sedang menimpa. Setelah misa ini, Romo Magnin jatuh sakit. Itu adalah pertemuan terakhir Romo Magnin dengan Marie Antoinette. Mademoiselle Fouche membawa Romo lain, yaitu Romo Cholet. Romo Cholet memimpin misa pada 12 Oktober 1793 malam, hanya dua hari sebelum Marie Antoinette dibawa ke persidangan. Setelah misa ini, Romo Cholet pergi ke Inggris untuk mencari perlindungan. Tak lama ia meninggal dunia di negara yang dipimpin raja George III itu. Mademoiselle kembali lagi ke Paris, dengan harapan dia bisa bertemu sang bekas ratu sekali lagi. Namun di kota Etompes, ia diberitahukan oleh orang-orang yang baru meninggalkan Paris, bahwa Marie Antoinette sudah menemui ajal di panggung guillotine. Pada 1814, Romo Magnin bertemu dengan Marie Therese, untuk menceritakan pertemuan dan misa rahasia dengan ibundanya. Pada 1817, nyonya Bault menawarkan sebuah catatan tentang hari-hari terakhir Marie Antoinette. Nyonya Bault yang saat itu sudah menjadi janda, mengagumi keberanian romo Magnin menerjang bahaya yang tiada akhir demi menemui Marie Antoinette dan memberi urapan Katolik.
Pada 1825, dari semua yang menyaksikan Marie Antoinette menerima pemberkatan misa, hanya tersisa Mademoiselle Fouche dan Romo Magnin. 
Pak Lebeau sudah meninggal akibat sakit. Dua penjaga yang mengikuti misa rahasia sebanyak dua kali tewas dipenggal. Tentu bukan karena mengikuti misa rahasia ini, karena sejatinya tidak ada yang mengetahui kecuali dari pengakuan Mademosoille Fouche pada 1824 dan romo Magnin pada tahun 1825. Romo Magnin menyebut ada dua biarawati dari La Charite Saint Roch yang masih hidup yaitu biarawati Julie dan Jeanne. Mereka adalah beberapa yang menyediakan stocking tebal dan garter untuk sang bekas ratu. Stocking dan garter ini ditemukan di jasad Marie Antoinette saat diangkat dari pekuburan Madeline.

Hari Hari Terakhir di Penjara Conciergerie
Setiap hari, Rosalie membenahi tempat tidur dan menyiapkan pakaian di kursi. Perasaan Marie Antoinette tentu menderita, sama dengan penderitaan fisiknya. Ia mengalami pendarahan seperti menstruasi tanpa henti, diduga karena kanker rahim. Setiap malam, Rosalie berusaha menghangatkan selimut dan pakaian Marie Antoinette di ruangannya, kemudian turun untuk dipakai Marie Antoinette menghangatkan tubuhnya. Rosalie juga meminjamkan pakaian tidurnya ke Marie Antoinette. Di bulan Oktober 1793, cuaca berganti lebih dingin. Terlebih di ruangan Marie Antoinette yang di bawah, susah mendapatkan matahari dan selalu terendam lumpur. Jika air sungai Seine meluap, air sungai itu masuk ke ruangan. Sementara malam hari, ia tidak diperbolehkan tidur dengan lilin menyala. Rosalie berusaha memperlambat pekerjaannya sebisa mungkin setiap malam, karena selama dia masih di sana, lilin harus dibiarkan menyala. Wajahnya tampak jauh lebih tua dari usianya, yang kala itu masih berusia 37 tahun. Ia sedikit kesulitan berjalan. Pak Lebeau meminjamkan sebuah buku bacaan "Perjalanan Kapten Cook" agar Marie Antoinette lebih terhibur. Di waktu lain, Marie Antoinette melihat seorang suster dari jendela, sedang menangkupkan tangan dan pandangan menatap ke atas. Ia berkata ke Rosalie "lihat, betapa khusyuknya ia berdoa"
Rosalie yakin bahwa suster itu berdoa untuk Marie Antoinette, dan sudah dilakukan beberapa waktu lamanya.  

Persidangan
Dua orang pria datang ke ruangan Marie Antoinette, mengaku sebagai pengacara. Mereka adalah Chauveau Lagarde dan Troncon Doucodrey. Keduanya meminta agar Marie mengirim permohonan untuk penundaan sidang agar kedua pengacara ini memiliki waktu untuk menyiapkan nota pembelaan. Nota permohonan ini memang sampai ke Fouquier Tinville, namun ia tidak mengabulkan. Jam 8 pagi tanggal 14 Oktober 1793, Marie Antoinette digiring ke ruang sidang tanpa sempat sarapan. Sejak 14 Oktober pagi hingga 15 Oktober sore, Marie Antoinette tidak memakan apapun. Di persidangan, banyak saksi yang dihadirkan. Beberapa di antaranya mengenal sang bekas ratu karena pernah bekerja pada kerajaan. Para penonton ribut meminta Marie Antoinette untuk berdiri beberapa kali agar mereka bisa melihat sang  bekas ratu lebih jelas. Marie Antoinette dituduh melakukan inces dengan putranya, Louis Charles. Marie Antoinette berdiri "Saya tidak menjawab sebab hati naruni sendiri menolak tudingan demikian kepada seorang ibu" Ibu-ibu yang hadir pun berpihak kepada Marie Antoinette. Seorang wanita bekas asisten di Versailles bernama Reine Millot, menuding Marie Antoinette mengirim sejumlah uang ke Austria. Hakim pengadilan juga mempertanyakan asal usul uang yang digunakan untuk merenovasi Petite Trianon (baca di atas, rumah MA yang diberikan oleh sang suami). Hingga tanggal 15 Oktober jam 4 sore, petugas memberitahu Rosalie bahwa Marie Antoinette tidak akan turun untuk makan. Sementara persidangan diskors selama 45 menit. Rosalie segera membawa sup ke atas. Di atas, seorang kepala polisi mengambil sup itu dari tangan Rosalie untuk diberikan ke selirnya. Ia berkata bahwa selirnya ingin sekali melihat "janda capet". Sebagian tumpah. Rosalie tidak dapat membayangkan apa pikiran Marie Antoinette menerima makanan dari orang yang tidak ia kenal. Upaya pembelaan kedua pengacara sia-sia. Sedari awal, orang-orang yang terlibat di persidangan sudah merencanakan untuk menjatuhi hukuman mati. Hakim persidangan pun seorang pendukung revolusi. 

Pengawal Yang Berhati Baik Ikut Ditahan
Petugas penjara terakhir yang mengantar Marie Antoinette ke ruang sidang untuk mendengar dakwaan, dan kemudian mengantar lagi ke ruangan sembari menunggu dijemput menuju eksekusi adalah Louis Francois de Busne. Busne didakwa melakukan beberapa tindakan kejahatan saat mengawal Marie Antoinette, yaitu melepas topinya, mengambilkan air minum untuk Marie Antoinette saat persidangan diskors dan memberikan lengannya untuk Marie Antoinette berpegangan saat mereka kembali ke ruangan bawah tanah. Ia memberikan beberapa bantahan bahwa melepas topi karena ia kepanasan, bukan sebagai bentuk respek kepada Marie Antoinette. Sementara ia memberikan lengan karena sang bekas ratu mengeluh tak dapat melihat apapun di lorong yang gelap dan juga saat lantai penjara terasa sangat licin. Ia tak mau Marie Antoinette terjatuh, sehingga akan timbul perkara lain yang melibatkan dirinya. 


Putusan 
Beberapa menit menjelang jam 5 pagi tanggal 16 Oktober 1793, Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati. Sekembalinya ke ruangan, ia bertemu dengan Lariviere yang sudah menunggu. Marie mengucap terima kasih buat ibunda Lariviere yang sudah memperlakukan ia dengan sangat baik dan memohon doa. Ia juga melihat pak Lebeau, dan meminta sebuah pena dan kertas untuk menulis sesuatu. Tak seperti biasanya, di meja sudah terdapat dua buah lilin yang menyala. Marie Antoinette segera menulis surat ditujukan untuk putri Elisabeth.
"adalah untukmu, adikku, aku menulis untuk terakhir kali. Aku sudah didakwa, bukan dakwa mati yang memalukan, yang hanya ditujukan kepada para kriminal, tetapi untuk bertemu kembali dengan kakak lakimu (mendiang suami). Tidak bersalah seperti dirinya. I berharap bisa tegar sepertinya di saat terakhir. Aku tenang. Aku sangat menyesal harus meninggalkan kedua anakku. Kau tahu bahwa aku hidup hanya untuk mereka. Dan untukmu, adikku yang baik dan lembut, kesetiaanmu harus mengorbankan segalanya demi bertahan bersama kami. Saat persidangan, aku diberitahu bahwa anak perempuanku (Marie Therese) dipisahkan darimu. Sayang sekali, kasihan anak itu. Aku tidak berani menulis surat untuknya, dia takkan menerima surat dariku. Aku bahkan tidak tahu apakah surat ini akan sampai padamu. Aku harap suatu hari, saat mereka sudah beranjak dewasa, mereka berdua akan berkumpul lagi denganmu. Untuk merasakan kasih sayangmu....Saat seseorang itu bahagia, kebahagiaan itu bisa digandakan dengan berbagi ke teman. Dan di mana seseorang bisa menemukan kebahagiaan lebih lembut, lebih sejati selain di keluarga sendiri? Semoga anak lakiku tidak melupakan pesan terakhir ayahnya bahwa dia tidak boleh membalas dendam akan kematian kita. Aku memaafkan semua musuh yang sudah menyakitiku. Aku ucapkan selamat tinggal kepada semua bibiku, semua saudara laki-laki dan perempuanku. Selamat tinggal adikku yang baik dan lembut. Semoga surat ini bisa sampai padamu. Ingat aku selalu, ciumku dengan segenap hatiku juga kedua anakku yang malang. Oh Tuhan, sungguh tersiksa meninggalkan mereka untuk selamanya. Selamat tinggal, selamat tinggal. Mereka tampaknya akan membawa seorang pendeta, namun aku tidak akan berkata sedikitpun dengannya dan memperlakukan dia seperti seorang asing"
 Setelah menulis, ia memberikan ke pak Lebeau, namun tak berani menyampaikan ke Elisabeth. Terpaksa ia serahkan ke Fouquier. Pak Lebeau kemudian "curhat" kepada istri "ratumu menulis surat. Aku gak bisa memberikan kepada yang dituju, terpaksa kuberikan ke Fouquier"
Surat ini tentu tidak akan pernah sampai ke tangan Elisabeth. Surat yang dijuluki "Testimoni Terakhir Marie Antoinette" ini akan ditemukan oleh Edme-Bonaventure Courtois beberapa tahun kemudian setelah Maximilien Robespiere dipenggal. Konon Robespiere meminta surat ini dari Fouquier Tinville dan menyimpannya bersama barang-barang milik keluarga kerajaan. Dalam surat itu bisa ditemukan tanda tangan Fouquier, dan tiga komisioner lain. Juga jejak air mata Marie Antoinette. Oleh Courtois, surat ini diberikan kepada orang yang tidak diketahui namanya, untuk kemudian diserahkan kepada raja Louis XVIII, adik ipar Marie Antoinette. Pada 1816, surat ini diumumkan secara publik. Selain surat, Courtois juga memberikan sebuah sarung tangan milik Louis Charles dan seikat rambut milik Marie Antoinette. 

Waktu Terakhir di Conciergerie
Sekitar jam 7 pagi, Rosalie diperintah pak Lebeau ke ruangan untuk menawarkan makanan. Marie Antoinette mengatakan "aku tidak perlu makan apapun, segalanya sudah berakhir" Rosalie bersikeras, sebab Marie Antoinette tetap membutuhkan energi. Ia membawakan sup berisikan mie pasta. Marie Antoinette hanya memakan 1-2 sendok makan. Ia tidak lagi memiliki selera makan meskipun lapar dan sakit. Rosalie membiarkan makanan itu ada di meja dan ia pergi. Sejam kemudian, Rosalie kembali ke ruangan untuk membantu Marie Antoinette berpakaian. Tampaknya saat Rosalie absen, pak Lebeau atau petugas lain datang ke ruangan membawakan sepotong gaun putih dan penutup kepala putih. Marie Antoinette disarankan untuk tidak dieksekusi mengenakan gaun berkabung karena itu akan memicu kesenangan dan hinaan bagi warga yang menonton nanti. Sejak wafatnya sang suami, ia selalu mengenakan gaun berkabung. Marie Antoinette tidak keberatan soal saran ini. Ia juga akan mengenakan gaun dalam yang bersih. Sambil memberi arahan, sesekali Marie Antoinette menyantap sup yang masih di meja. Mata penjaga tidak pernah lepas mengawasi Marie Antoinette. Permintaan Marie Antoinette untuk sekedar privasi tidak dituruti. Rosalie menggunakan tubuhnya untuk menghalangi pandangan penjaga saat Marie Antoinette berganti pakaian. Setelahnya Rosalie pergi tanpa berpamitan atau sekedar memberi gestur, ia takut kalau Marie Antoinette akan lebih sedih.
Pukul 10 pagi, Marie Antoinette dibawa ke kantor registrasi, di sana beberapa petugas melepas topi mereka. Salah satu petugas hendak membacakan tuntutan. Marie Antoinette mengatakan "sudah tidak perlu dibacakan lagi. Aku sudah tahu dakwaanku dengan sangat baik". Seorang petugas menjawab "tidak peduli, aku tetap akan membacakan lagi". Setelah dibacakan, seorang pria bernama Henri Sanson hendak mengikat tangan Marie Antoinette. Marie kaget, ia mengatakan bahwa sang suami tidak diikat seperti dirinya. Seorang petugas memerintahkan Henri Sanson tetap menjalankan tugasnya. "duh Tuhan" tangis Marie Antoinette. Henri Sanson adalah putra dari Henri Sanson senior yang lahir pada 1739. Adalah sang ayah yang mengeksekusi suami Marie Antoinette 10 bulan sebelumnya. Sang ayah akan hadir untuk mengawasi eksekusi Marie Antoinette, namun sang anak yang menjadi eksekutor. Setelah mengikat kedua tangan di belakang, Henri Sanson mengambil tutup kepala putih Marie Antoinette. Ia memotong rambut Marie dan mengembalikan tutup kepala lagi. Potongan rambut tersebut disimpan di kantong dan akan dibakar setelah eksekusi selesai. Tentang mengikat tangan, selama perjalanan dari penjara Temple ke De La Concorde, tangan Louis XVI memang tidak diikat. Namun sesampai di depan panggung guillotine, tangan Louis XVI diikat. 

Pukul 11 siang, Marie Antoinette digiring ke guillotine menggunakan kereta kayu sederhana dalam kondisi duduk. Ia ditemani oleh seorang pendeta Katolik yang ia abaikan sepanjang perjalanan. Seorang pria bernama David, membuat sketsa Marie Antoinette saat lewat di hadapannya. Sketsa sederhana ini tak disangka akan menjadi terkenal di seluruh dunia, beberapa abad setelahnya.  Saat menapaki tangga, kaki Marie Antoinette tidak sengaja menginjak kaki Henri Sanson dan meminta maaf. Itu adalah kalimat terakhir Marie Antoinette. Henri Sanson tidak membalas ucapan Marie Antoinette. Ia adalah putra dari pemenggal yang menghabisi Louis XVI bernama Samson. Samson juga hadir di kala terakhir Marie Antoinette. Marie Antoinette kemudian mengibaskan kepalanya untuk melepas tutup kepala. Tepat pukul 12.15, penonton berteriak "Panjang Umur Republik".
Rosalie diperintah untuk mengambil barang-barang yang ia pinjamkan ke Marie Antoinette. Kemudian barang-barang milik Marie Antoinette dibungkus seprai, dan diambil petugas. Sepeninggal sang bekas ratu, suami istri Richard dibebaskan dari penjara dan tetap bekerja melayani para tahanan bersama Rosalie. Namun sayang, pada tahun 1799, nyonya Richard tewas ditusuk oleh tahanan yang depresi. Sepeninggal nyonya Richard, Rosalie berhenti bekerja dari Conciergerie. 

Jenazah Marie Antoinette
Madame Tussaud dipekerjakan untuk mencetak wajah Marie Antoinette. Setelah itu jasad dan kepalanya dibawa ke pemakaman Madeline dekat guillotine. Konon jasadnya dibiarkan di atas rumput selama 14 hari. Pada 1 November 1793, seorang penggali kubur bernama Joly menguburkan jasad MA seorang diri dan meminta bayaran untuk jasa itu. Saat hidup, Marie Antoinette memiliki sebuah anjing jenis PUG yang setia mengikutinya hingga ke Conciergerie. Namun petugas berhasil menghalau anjing itu hingga tidak dapat mengikuti Marie Antoinette di ruangan. Anjing pug ini setia menunggu di depan pintu masuk Conciergerie. Saat lapar, ia akan berkeliling ke rumah penduduk di sekitar meminta makanan. Setelah suami istri Richard dibebaskan, anjing itu dirawat oleh Tuan dan Nyonya Richard. Pada 18-20 Januari 1815 di masa Restorasi Bourbon dan kekuasaan Louis XVIII, jasad Marie Antoinette dan Louis XVI diangkat dari kuburan dan dipindahkan ke gereja Basilica-St Denis di Paris, Perancis.  Pemakaman ulang dilangsungkan tiga hari setelahnya. Marie Therese tidak mengikuti upacara pemakaman ini, namun sang suami Adipati Angouleme dan adik kandungnya, Adipati Berry. 

Bagaimana nasib anak-anak Marie Antoinette sepeninggal dirinya? Silahkan baca di bagian Marie Therese, putri Bourbon. Di sana saya juga membagikan kisah sang adik, Louis Charles.