Monday, March 21, 2022

Hidup Tragis Seorang Marie Antoinette

Masa Kecil Marie Antoinette Hingga Berusia 14 Tahun
Marie Antoinette dilahirkan pada 2 November 1755 sebagai anak perempuan terakhir tetapi bukan anak terakhir. Ia memiliki seorang adik laki-laki. Nama aslinya adalah Maria Antonia Josephe Jeanne. Ayahnya adalah Francis I, Kaisar Suci Romawi dan ibunya adalah permaisuri Maria Theresa. Oleh karena ia lahir di hari berkabung dalam agama Katolik, maka ulang tahun Marie Antoinette selalu dirayakan sehari sebelumnya yaitu pada hari para Santa. Hari kelahiran Marie Antoinette bertepatan dengan gempa besar di Lisbon, Portugal. Bencana berkekuatan 7,7 hingga 9 magnitude ini memakan korban hingga puluhan ribu jiwa. Secara kebetulan, banyak penduduk dan gereja yang menyalakan lilin sebagai perayaan hari Santa. Goncangan akibat gempa mengakibatkan lilin berjatuhan dan menyebabkan bencana selanjutnya, yaitu kebakaran massal. Sungguh sebuah pertanda yang tidak diinginkan oleh semua orang yang lahir di dunia ini.
Ia memiliki 14 kakak kandung dan seorang adik kandung laki-laki. Enam kakak kandung Marie Antoinette meninggal saat masih kecil atau remaja. Ironisnya, dari seluruh anggota keluarga termasuk ayah ibunya, tidak ada yang berusia melampui 70 tahun. Marie Antoinette memiliki hubungan dekat dengan Maria Carolina, kakak yang berusia 3 tahun di atasnya. Seorang musikus terkenal bernama Wolfang Amadeus Mozart datang memenuhi panggilan untuk menghibur di istana. Namun di depan penonton, Mozart tampak kikuk dan terjatuh. Marie Antoinette yang mendekat untuk menolong dan mengusap air mata Mozart. Mozart kebetulan memiliki usia sebaya dengan Marie Antoinette. Namun kelak Mozart akan wafat di usia 35 tahun akibat sakit.
Dari kecil, Marie Antoinette (saya gunakan inisial MA) sudah dijodohkan dengan Louis XVI. Perwakilan dari keluarga Louis XVI datang sejak gadis itu masih berusia remaja. Ia melaporkan kepada raja Louis XV bahwa secara akademis, Marie Antoinette memang kurang namun ia memiliki perilaku yang baik. Di usia 10 tahun, ayahnya wafat. Kakak sulung laki-laki naik tahta menjadi kaisar Joseph II, bertahta bersama sang ibu.
Sebelum MA siap dikirim ke Perancis untuk menikah, ia menjalani proses perataan gigi yang menyakitkan. Beberapa saat sebelum meninggalkan Austria untuk selamanya, Marie Antoinette menangis di pelukan ibunya. Ia mendapatkan mas kawin berupa beberapa jam tangan. Salah satu jam tangan ini kelak akan menjadi jam tangan terakhir yang ia kenakan namun disita oleh petugas penjara. Ia pergi ditemani oleh anjing kesayangannya bernama Mops, serta para asisten yang diangkut oleh 57 kereta. Konon perjalanan dari Vienna menuju Versailles memakan waktu hingga 3 minggu lamanya.

Pernikahan Marie Antoinette Dengan Calon Raja Louis 
Di tengah perjalanan, mereka berhenti di Rhine. Di situ Marie Antoinette disambut oleh wanita yang ia sebut Nyonya Etiket. Marie Antoinette diharuskan meninggalkan anjing dan para asistennya. MA menangis saat dipisahkan dari Mops. Ibu Etiket mengatakan bahwa ia bisa memiliki anjing Perancis sebanyak yang ia mau.  MA dirias menjadi seorang putri Perancis, dengan gaun dan penutup kepala biru turqouise. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk bertemu raja Louis XV dan suami. Mereka kemudian beriringan menuju ke istana Versailles. MA pun terpana dengan kamar tidurnya yang sangat mewah, di mana ada pintu menuju ke ruangan pribadi lain. Dua hari kemudian, MA dan Louis menikah di gereja. Mereka kemudian menjalani ritual ranjang agar mereka memiliki keturunan. Pada kenyataannya, MA tak kunjung hamil.'

Kehidupan Setelah Menikah
Etiket untuk MA sangat rumit. Setiap bangun tidur, ia sudah disambut oleh ibu Etiket dan para wanita lain. Pada wanita itu adalah para anggota kerajaan dan bangsawan. Wanita yang memiliki status tertinggi, akan bertugas melayani MA dengan menyediakan air untuk membasuh tangan, handuk untuk mengusap tangan dan memakaikan pakaian. Kegiatan ini selalu dilakukan setiap pagi namun MA merasa konyol namun tak dapat berbuat apapun. Setelah berpakaian, ia sarapan bersama sang suami dengan ditonton oleh banyak orang. Minuman MA hanyalah air putih yang didatangkan dari sumber mata air. 
Hubungan MA terhadap anggota kerajaan lain umumnya baik, terutama pada adik ipar bungsu yang bernama Charles. Namun MA menolak berkomunikasi dengan Nyonya Jeanne Du Barry, selir raja Louis XV. Du Barry tidak dapat memulai komunikasi dengan MA sebab statusnya di bawah MA. Ibu MA dan wakil dari Austria meminta MA membuka komunikasi dengan Nyonya (Jeanne) Du Barry. MA pun memulai percakapan singkat "Hari ini banyak orang di Versailles". Meskipun singkat, namun Du Barry disebut sangat puas. 
Ibunda MA kerap mengirim surat dari Austria, berharap agar MA lekas hamil dan memiliki keturunan. Ibunda MA berpikir ada yang salah dengan Louis sebab ia tak terangsang oleh anaknya. Hingga suatu hari pada tahun 1777, kakak laki-laki MA yaitu kaisar Joseph II datang untuk berbicara dengan Louis. Mendengar pengakuan Louis soal kehidupan seks, ia tidak melihat ada masalah medis pada diri Louis. Hanya saja cara berhubungan yang mungkin keliru. Hal ini disampaikan melalui surat ditujukan kepada Leopold, kakak laki-laki MA yang lain. 

Kelahiran Marie Therese dan Adik-Adiknya
Kedatangan Joseph ini berbuah manis, pada 18 Desember 1778, MA pun melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Marie Therese Charlotte Bourbon. Marie Therese adalah nama ibunda Marie Antoinette. Keluarga kerajaan Perancis dan masyarakat masih menghendaki MA melahirkan pewaris kerajaan, yaitu bayi laki-laki. Sehingga kelahiran Marie Therese tidak disambut antusias. MA berkata "kasihan gadis kecil, kamu tidak dikehendaki, tetapi kamu tetap aku sayangi. Anak laki-laki akan menjadi milik negara, kamu akan menjadi milikku"
 Setelah kelahiran Marie Therese kecil, suami MA menghadiahkan sebuah rumah bernama Petit Trianon sebab ia mengetahui bahwa MA tidak menyukai ritual istana Versailles yang kaku. Louis membebaskan MA merenovasi rumah tersebut sesuai selera MA. MA membuat taman, sungai, perkebunan dan peternakan di sekitar rumah tersebut. Rumah tersebut dahulu dibangun oleh raja Louis XV untuk ditinggali selir bernama Nyonya Pompador.  Untuk mendatangi Petit Trianon, raja Louis XVI harus terlebih dulu mendapat undangan atau ijin dari MA. Tak lama kemudian, MA terserang cacar dan menghabiskan waktu sebulan hanya di Petit Trianon ditemani oleh empat orang pria yang diklaim bertindak sebagai "perawat". 
Pada 1781, MA kembali melahirkan, namun kali ini sangat dinantikan oleh banyak orang sebab sang bayi adalah anak laki-laki yang diberi nama Louis Joseph. 

Hubungan Dengan Axel Von Fersen Semakin Dekat
Rekan lama MA bernama Axel Von Fersen, pria kelahiran Swedia yang dikenal tampan, kembali datang. Axel ini diduga memiliki hubungan terlarang dengan MA, berdasarkan bukti surat-surat di antara mereka. Pada tahun 1785, tepat sembilan bulan setelah kepulangan Axel, MA melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Louis Charles. Banyak spekulasi menyebut bahwa anak itu adalah hasil hubungan dengan Axel. Namun para asisten menyebut bahwa pada saat sebelum mengandung, Louis XVI sering menghabiskan malam bersama MA.
Pada tahun 1786, MA melahirkan untuk terakhir kalinya. Bayi perempuan yang diberi nama Sophie itu hanya bertahan hidup selama 11 bulan. 
Pada Juni 1789, putra sulung MA yaitu Louis Joseph wafat akibat tuberkulosis. Hanya empat bulan berselang, tepatnya pada 5 Oktober 1789, ratusan wanita merangsek ke istana Versailles. MA tampil di balkon sambil memberikan gestur permintaan maaf. Mereka menuntut agar keluarga kerajaan pindah ke Paris. Di Paris, mereka ditempatkan sebagai tahanan rumah di Tuileries.

Upaya Pelarian Ke Montmedy
Pada 20 Juni 1791, Axel Von Fersen merancang rencana bagi MA sekeluarga untuk melarikan diri ke Montmedy. Di Montmedy, Louis XVI berencana mengadakan kontra revolusi dengan cara bergabung dengan pasukan pendukung kerajaan. Di dalam kereta, terdapat raja Louis XVI, Marie Antoinette, Marie Therese, Louis Charles, adik bungsu Louis XVI yaitu Elisabeth serta pengasuh Louis Charles yaitu nyonya Tourzel. Mereka menyamar sebagai keluarga turis Russia.  Pada saat yang hampir bersamaan, adik Louis XVI yaitu Count of Provence dan istrinya juga melarikan diri, menuju ke Austria-Belanda, sehingga mereka menggunakan jalur berbeda.
Axel mengikuti MA dan keluarga hingga ke tujuan berikutnya dan kemudian diperintahkan oleh Louis XVI untuk meninggalkan mereka. Namun pelarian MA ini hanya berlangsung selama 23 jam. Saat mencapai Sainte-Menehould, identitas asli mereka mulai dikenali. Dan saat mencapai Varennes, mereka diberhentikan oleh seorang pria bertubuh pendek bernama Drouet. Ia dibantu oleh beberapa serdadu untuk memblokir jalan. Setelah beradu argumen, Louis dipertemukan dengan seorang pedagang lokal bernama Saucy yang juga seorang pengacara. Kepada Saucy, Louis meminta diijinkan meneruskan perjalanan agar mereka bisa sampai di Rusia untuk memenuhi undangan Bapak Baron yang mengadakan pesta kostum akbar untuk sang istri. Awalnya Bapak Saucy percaya, apalagi setelah melihat paspor. Namun Drouet mengancam bahwa membiarkan mereka pergi berarti Saucy siap kehilangan kepala. Louis dan rombongan kemudian dibawa ke rumah Saucy, bertemu dengan istri Saucy. Mereka terpaksa menginap semalam. Salah satu alasan pelarian ini gagal akibat suami MA yang beberapa kali menunda kepergian. Raja Louis XVI semula enggan meninggalkan Paris, ia menganggap bahwa hanya segelintir orang yang mendukung revolusi.  Pelarian ini menjadi salah satu alasan kuat raja Louis XVI kelak dipenggal.

Menjadi Tahanan Di Penjara Temple
               Pada 13 Agustus 1792, Louis XVI, Marie Antoinette, Elisabeth, Marie Therese, Louis Charles ditahan di penjara Temple. Mereka diikuti oleh beberapa pegawai setia mereka yaitu Nyonya Lamballe, dua asisten Louis XVI, tiga tukang masak dan yang lain.  Asisten Louis XVI adalah bapak Clery. Meskipun hanya tukang masak, namun Turgy punya andil besar untuk Marie Antoinette. Pada warga menggeruduk istana Versailles, Marie Antoinette dibawa melarikan diri. Namun ada salah satu pintu yang terkunci. Para asisten Marie Antoinette menggedor-gedor sambil memohon dibukakan. Adalah Turgy yang berjasa. Pada 20 Agustus 1792 pukul 1 pagi, penjaga memerintahkan semua yang bukan anggota kerajaan harus pergi meninggalkan tempat. Hal ini memicu protes dari MA dan Louis. MA bersikeras bahwa Nyonya Lamballe merupakan anggota kerajaan. Mendiang suami Nyonya Lamballe merupakan paman Louis XVI. Pernikahan mereka hanya berlangsung sebentar sebab suami Nyonya Lamballe wafat akibat sakit. Protes tidak ada gunanya lagi. Banyak penjaga yang kurang respek pada anggota kerajaan. Di penjara ini, Louis XVI sedikit gembira sebab ia menemukan perpustakaan. Ia bisa menghabiskan waktu untuk membaca selain kegiatan lain.  Sementara Marie Antoinette menghabiskan waktu untuk menyulam dan menjahit pakaian yang mulai robek sana sini. Di luar kegiatan itu, Marie Antoinette, Louis XVI dan Elisabeth mengajarkan berbagai pelajaran kepada Marie Therese dan Charles. Di ruang tengah, terdapat sebuah piano yang biasa dimainkan oleh Marie Antoinette. Perlahan, alat makan mereka berupa pisau mulai disita. Pisau itu hanya bisa dipakai oleh asisten Louis, memotongkan makanan di depan pengawasan para penjaga. Gunting milik Elisabeth untuk menjahit juga disita, sehingga ia menggunakan giginya untuk memotong benang. Pada Januari 1793, suami Marie Antoinette menjalani persidangan. Ia dituduh berbagai macam, termasuk pertumpahan darah masyarakat Perancis. Setelah melakukan vote, sebagian lebih menginginkan raja Louis XVI dijatuhi hukuman mati. Pada malam sebelum eksekusi, Marie Antoinette, Putri Elisabeth dan anak-anak dibawa turun ke ruangan Louis XVI. Suami Marie Antoinette berjanji akan menemui mereka lagi pada pagi hari jam 8, namun Marie Antoinette meminta jam 7 pagi dan disetujui. Namun esok harinya, Louis XVI tidak menemui mereka karena Louis tidak ingin menambah beban perasaan. Sepeninggal Louis XVI, Marie Antoinette enggan membawa kedua anaknya untuk turun ke taman. Hal ini disebabkan ia harus melewati pintu kamar mendiang sang suami, dan ia tak dapat menahan perasaannya. Seorang petugas menyarankan Marie Antoinette membawa anak-anak ke taman di atas penjara. Setidaknya anak-anak membutuhkan udara segar demi kesehatan. Saat yang bersamaan, kaki Marie Therese mengalami infeksi. Marie Antoinette minta dipertemukan Clery, asisten pribadi Louis yang menemani hingga sebelum Louis dibawa pergi dari penjara Temple namun petugas mengatakan kondisi Clery buruk. Para petugas di penjara Temple dilarang mempertemukan Marie Antoinette dengan Clery. Clery tetap berada di ruangan mendiang majikannya. Secara psikis, ia sangat terpukul. Saat dikunjungi dan diajak duduk di meja makan, Clery nampak enggan makan. Kemudian datanglah dua petugas yang menyaksikan eksekusi Louis, dengan santai bercerita bagaimana ia mempercepat eksekusi. Clery semakin terlihat depresi. Ia kemudian diajak kembali ke ruangan, dan beberapa kali hampir pingsan. Di sela-sela itu, Clery berkisah kalau saja sang majikan mau kabur, dengan mudah bisa dilakukan. Sebab jendela ruangan Louis hanya sejengkal dari dasar. Namun Louis tak ingin lolos meninggalkan keluarganya tertahan di penjara Temple. 

Pagi Terakhir Bersama Sang Anak Sulung dan Adik Ipar
Sekitar jam 2 pagi, beberapa petugas masuk. Mereka membacakan perintah pemindahan Marie Antoinette. MA tidak mengucapkan sepatah kata atau emosi sedikitpun. Putri Elisabeth dan Marie Therese memohon untuk diikutsertakan, namun tentu keinginan ini ditolak mentah-mentah. Mereka memeriksa barang-barang yang akan dibawa, dan menemukan paket kecil berisi rambut Louis XVI dan anak-anak, juga secarik kertas matematika yang ia ajarkan ke Louis Charles, sebuah buku yang mencatat alamat dokter anak-anak, miniatur sahabat dekatnya nyonya Lamballe, dua teman masa remaja yaitu putri Hesse dan Mecklenburg serta dua buku doa. Namun petugas membiarkan MA membawa saputangan dan botol parfum. Elisabeth membisikkan sesuatu di telinga MA, namun tidak terdengar. Setelah mengucap perpisahan pada Marie Therese dan memohon memperlakukan Elisabeth seperti ibu kedua, MA pun beranjak pergi tanpa menoleh lagi. Di pintu depan, kepala MA membentur pintu, karena tak menyadari bahwa pintu itu rendah. Seorang petugas bertanya apakah ia merasa sakit, "tidak, tidak ada yang bisa menyakiti diriku lagi" Dalam perjalanan dari penjara Temple menuju ke Conciergerie, MA ditemani oleh kepala penjara Michonis dan beberapa pengawal. 



40 Hari Pertama Di Penjara Conciergerie
Adalah seorang pengacara yang juga pendukung revolusi bernama Antoine Fouquier Tinville yang "mengambil alih" nasib Marie Antoinette. Pada 2 Agustus 1793 jam 3 pagi, Marie Antoinette sampai di penjara Conciergerie. Umumnya tahanan didaftarkan di kantor depan, yang dipisahkan oleh kaca. Namun berbeda dengan Marie Antoinette, ia langsung diantar ke ruangan. Petugas melucuti cincin sang bekas ratu. Namun ada dua benda penting yang masih ia dapat selamatkan. Pertama adalah pendant metal berbentuk oval, berisikan potongan rambut Louis Charles yang dibungkus sarung tangan kuning kecil si putra. Benda lain adalah jam kantung berlapis emas pemberian ibunda Marie Antoinette.  Ia tampak beberapa kali mengusap keringat yang mengucur di dahi. Wajar saja, karena saat itu adalah puncak musim panas. Semua petugas keluar dari ruangan, menyisakan Marie Antoinette ditemani Rosalie dan Nyonya Richard. Rosalie sejatinya adalah tukang masak dari suami istri Richard.  Mereka menyiapkan seprei dan bantal yang terbaik untuk sang bekas ratu. Selain itu, mereka juga menyiapkan sebuah meja sederhana dan dua buah kursi. Di hadapan Rosalie dan Nyonya Richard, pandangan Marie Antoinette menyisir ruangan mencari paku di dinding, kemudian ia menapak ke pijakan kaki yg ditutupi kain, dan menggantungkan jam loketnya di paku itu. Rosalie maju untuk menawarkan bantuan, namun ditolak dengan manis oleh sang bekas ratu "tak usah, anak yg baik. Sejak tidak ada orang yang membantu, saya sudah terbiasa melakukan semua seorang diri

Pagi harinya, dua penjaga ditempatkan di ruangan Marie Antoinette. Seorang wanita tua berusia 80 tahunan ditugaskan untuk menemani Marie Antoinette, namanya Lariviere. Sebuah tempat tidur ditempatkan di sebelah tempat tidur Marie Antoinette untuk Lariviere. Lariviere meminta anaknya, Louis Lariviere untuk membelikan kain, benang dan jarum di pasar dan sesegera mungkin kembali.  Ia berupaya menambal pakaian Marie Antoinette yang berlubang di kedua bawah lengan, dan juga bagian bawah rok yang sudah rantas. Si anak bernama Louis merupakan juru kunci penjara. Tak lama, nyonya Richard dan Rosalie datang membawa sebuah penyekat yang tidak begitu begitu tinggi, agar Marie Antoinette tetap memiliki privasi. Berikutnya, dipasang korden yang memilah ruangan antara MA dengan dua petugas jaga. Hal ini berguna saat MA melakukan panggilan alam. Adalah seorang tahanan laki-laki bernama Barassin yang akan membawa buangan keluar ruangan.  Marie Antoinette meminta beberapa pakaian dan asesoris yang ia tak sempat bawa dari penjara Temple. Namun keinginan ini tidak berani dikabulkan oleh Nyonya Richard. Adalah bapak Michonis yang pergi ke penjara Temple untuk menyampaikan. Sepuluh hari kemudian, datang sebuah paket. Saat dibuka, Marie Antoinette mengatakan bahwa yang menyiapkan semua tentu sang adik ipar, putri Elisabeth. Ia meminta sebuah dus untuk menyimpan pakaian dan asesoris tersebut. Nyonya Richard membiarkan Rosalie meminjamkan dus. Bekas ratu ini tampak sangat senang seolah-olah ia telah mendapat sebuah perabotan yang terbaik di dunia. Rosalie juga diijinkan untuk meminjamkan cermin miliknya. Marie Antoinette meminta tolong nyonya Richard untuk membuat penutup kepala miliknya menjadi dua bagian, agar ia memiliki ganti. Setelah kegiatan menambal selesai, nenek Lariviere ini digantikan oleh wanita muda bernama Harel. Suami Harel bekerja di kantor polisi. Marie Antoinette tampak enggan banyak komunikasi dengan Harel. Tak lama datanglah tukang kaca ke ruangan Marie Antoinette. Ia diminta oleh juru kunci Conciergerie untuk datang membawa dua panel kaca ukuran sedang. Saat ia memasang panel kaca yang pertama, terdengar musik instrumen harpa dari lantai atas. Seketika Marie Antoinette berhenti menyulam, dan tampak senang mendengarkan. Ia pun bertanya pada tukang kaca "pak, apakah harpa yang kita dengar ini dimainkan oleh wanita di penjara ini?". Tukang kaca menjawab bukan "Dia adalah anak perempuan petugas daftar...." Ia hendak melanjutkan, namun Harel segera menatap tukang kaca dengan ekspresi yang terganggu. 
Suatu hari, petugas mendatangi ruangan dan menyita jam pemberian sang ibunda. Marie Antoinette hanya bisa menangis getir. Nyonya Richard menceritakan hal ini kepada Rosalie. Tak pelak, ia hanya memiliki satu benda yang berharga yaitu pendant yang ia pakai sehari-hari. Pendant ini tentu tak mudah dilihat dari luar. Setiap malam, ia mengeluarkan benda itu, menciumi sambil menangis. Meskipun sang ibu "dibebastugaskan" dari ruangan Marie Antoinette, namun Louis Lariviere masih bekerja di bawah suami istri Richard. Kadang ia membantu Rosalie di dapur karena pekerjaan itu terlampau banyak buat Rosalie.
Kegiatan Rosalie selama 40 hari pertama adalah mengantarkan makanan, ditemani oleh nyonya Richard atau kadang bapak Richard. Makan pagi adalah jam 9, dan makan malam jam 2 atau 2.30. Sesampai di ruangan, nyonya Richard segera menyiapkan meja. Sementara Rosalie tetap menunggu di pintu masuk. Melihat hal ini, Marie Antoinette mengajak Rosalie masuk "ayo mendekat sini Rosalie, jangan takut". Di lain waktu, selagi nyonya Richard menyiapkan meja, Marie Antoinette akan mengamati dua penjaga yang sedang bermain kartu. Sementara Fouqier Tinville disebutkan datang setiap hari ke Conciergerie, sebelum jam 12 malam. Tak jelas apakah ia langsung mengunjungi ruangan Marie Antoinette atau tidak.

Apabila Rosalie berhalangan mengantar makanan untuk Marie Antoinette, nyonya Richard akan meminta tolong juru kunci Lariviere untuk mengantar makanan. Juru kunci Lariviere mengklaim bahwa nyonya Richard lebih nyaman meminta dirinya daripada Rosalie. 
 Suatu hari Nyonya Richard membawa anak laki-lakinya yang dipanggil Fanfan, ke dalam penjara Marie Antoinette. Seketika Marie Antoinette memeluk dan menciumi Fanfan sambil menangis. Ia mengatakan tentang Louis Charles yang sebaya dengan Fanfan, dan selalu memikirkan anak itu siang dan malam. Melihat ini, Nyonya Richard bertekad tidak akan membawa Fanfan lagi ke penjara agar tidak membuat Marie Antoinette bersedih.
Selama nyonya Richard bertugas di penjara, makanan Marie Antoinette sangat terjamin. Ia dan Rosalie setiap hari berbelanja. Saat pedagang mengetahui mereka berbelanja untuk ratu, mereka memberikan daging ayam dan buah-buahan yang terbaik mereka miliki. "Untuk ratu kita" ucap mereka sambil menangis. Nyonya Richard berkata "setelah ia meninggalkan tempat ini, dia akan membawamu, dan memperkerjakanmu, Rosalie"
Bapak Richard kerap mengunjungi Marie Antoinette dan memastikan bahwa kebutuhannya sudah terpenuhi. Hingga Marie Antoinette bertanya kepada pak Richard kalau ia pernah bekerja di sebuah hotel. Pak Richard menjawab bahwa ia sudah tinggal dan bekerja di penjara sedari lahir. Marie Antoinette memberi alasan mengapa ia bertanya demikian "karena semua yang anda berikan ke saya, sangat baik".


Kunjungan Wanita Yang Memiliki Peri Kemanusiaan
 Suatu hari, seorang wanita bernama Mademoiselle Fouche mengunjungi beberapa tahanan di Conciergerie. Ia bersama romo Magnin sudah dikenal oleh beberapa kepala penjara, baik itu di Conciergerie maupun di La Force. Keduanya memberi dukungan moral, bantuan dan pemberkatan misa kepada para tahanan. Di masa orang-orang sudah tidak peduli dengan "membantu". Mademoiselle Fouche sudah mendengar bahwa sang bekas ratu Perancis itu ditahan di penjara Conciergerie. Ia mendekati pak Richard agar bisa diijinkan mengunjungi Marie Antoinette. Pak Richard sangat yakin bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Namun berikutnya ia berubah pikiran "dengarkan, ada 4 penjaga yang ditugaskan di ruangan. Dua penjaga berhati jahat, dua lagi baik. Mereka berganti tugas di tengah malam. Kamu datang ke sini lagi jam 12.30 tengah malam. Kita lihat nanti". Wanita ini datang lagi seorang diri. Ternyata Marie Antoinette masih terbangun. Ia menggambarkan situasi sel sang bekas ratu : satu ruangan yang dipisahkan oleh sebuah penyekat ruangan rendah dan juga korden. Di satu sisi, adalah untuk Marie Antoinette, di satu sisi adalah untuk dua penjaga. Kehadiran Mademoiselle Fouche disambut dingin oleh Marie Antoinette. Tentu wanita ini harus memperkenalkan diri dan tujuan ia datang. Ia menawarkan makanan, baju dan stocking yang dibawa, namun tak direspon oleh Marie Antoinette. Kemudian Mademoiselle Fouche menggunakan upaya persuasif, mengingatkan bahwa suara publik tidak memungkinkan lagi sang bekas ratu memiliki harapan ke depan. Hanya agama yang bisa memberi penghiburan. "untuk itulah mengapa saya memberanikan diri mengunjungi anda. Kalau anda setuju, saya bisa membawa romo Katolik yang tidak disumpah oleh Majelis Konstitusi Nasional". Rupanya upaya ini memberikan efek langsung kepada Marie Antoinette, ia segera memeluk Mademoiselle Fouche. Ia berharap janji membawa sang romo segera dilaksanakan.
Di luar Conciergerie, Mademoiselle segera mencari stocking tebal agar bisa dipakai sang bekas ratu. Para biarawati dari La Charite Saint Roch antusias menyediakannya. Ia juga menghubungi tukang roti untuk membuatkan roti jenis "rye", roti dengan warna gelap dan lebih berserat kesukaan Marie Antoinette. Ia juga tak segan mencarikan gaun dalam dengan kualitas lebih baik untuk sang bekas ratu. Namun ia tak berani membawa gaun luar baru, mengingat Marie Antoinette diawasi setiap saat. Pakaian luar baru akan memancing mata para musuh untuk curiga dan bisa membuyarkan kedatangan rutin rahasia Mademoiselle dan Romo Magnin. Mademoiselle Fouche datang lagi kedua kali, kali ini ia diikuti oleh Romo Magnin. Saat bertemu sang romo, Marie Antoinette menangis. Ia meluapkan perasaanya pada sang  romo satu setengah jam. Berikutnya ia memeluk Mademoiselle Fouche, dan berharap agar di kunjungan berikutnya, Romo Magnin bisa datang lagi.  Ia kemudian membungkus cangkir keramik beralaskan perak, dan meminta si wanita itu memberikan kepada sang putri yang masih ditahan di penjara Temple bersama putri Elisabeth. Marie Antoinette menyebut sang putri sebagai Madame Royal, alias Putri Kerajaan. Lebih lanjut, Marie Antoinette berpesan "seandainya anda tidak bisa memberikan cangkir ini kepada dia, anda simpan saja untuk diri anda sebagai kenangan-kenangan dari saya". 

Upaya Pembebasan Marie Antoinette Terakhir 
Pada pertengahan September 1783, seorang petugas di angkatan darat bernama bapak Rougeville diantar ke ruangan Marie Antoinette oleh bapak Michonis. Bapak Rougeville dan Marie Antoinette sudah saling mengenal satu sama lain. Pak Michonis sejatinya adalah pendukung revolusi. Diduga setelah bertemu pak Rougeville, pak Michonis setuju dengan ide membebaskan Marie Antoinette. Pak Rougeville menjatuhkan bunga carnation di rok Marie Antoinette. Tentu bunga itu mengandung pesan singkat. Setelah membaca, Marie Antoinette segera menjawab singkat dengan menggunakan "embos". Isinya : "saya diawasi terus menerus, tidak bisa menulis atau berbicara, saya percaya kamu, saya akan ikut" . Diduga, Marie Antoinette meminta tolong salah seorang penjaga di ruangan untuk menyampaikan ke pak Rougeville yang sedang berjalan keluar bersama pak Michonis. Setelah itu, tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi berikutnya sehingga gagal.
Ada beberapa dugaan. Satu, diduga ada petugas penjara yang tidak sepaham dan mengancam akan berteriak memanggil para penjaga di Conciergerie. Kedua, wanita yang ditugaskan untuk menemani Marie Antoinette bernama Harel, melaporkan kepada Fouquier. 
Setelah kejadian ini, penjagaan Marie Antoinette semakin diperketat. Harrel tidak nampak lagi di ruangan Marie Antoinette. Nyonya Richard dan suami dipenjara di Madelonnettes. Bapak Michonis dan Rougeville juga akan dipenjara. Pada Juli 1794, bapak Michonis dipenggal. Sementara Rougeville akan pindah ke kota Reims dan tewas ditembak pada tahun 1814, pada masa kerajaan Napoleon. Dua penjaga di ruangan Marie Antoinette digantikan oleh bapak Lebeau. Pada 11 September 1793, MA dipindah ke ruangan bawah tanah yang lembab. Apabila air sungai Seine meluap, air bercampur lumpur masuk ke ruangan. 

Marie Antoinette Di Bawah Pengawasan Pak Lebeau
Pak Bault/Lebeau akan selalu ditemani oleh dua penjaga, yang tidak bersimpati pada Marie Antoinette. Sebelumnya, pak Lebeau adalah penjaga di penjara La Force. Mademoiselle Fouche sudah mendengar upaya pembebasan Marie Antoinette yang berakhir gagal dan segala perubahan. Dan ia juga mengenal Lebeau sudah lama. Tak sulit baginya untuk berkomunikasi dengan pak Lebeau, termasuk tetap mengunjungi MA. Mademosoille Fouche ingat di kunjungan sebelumnya, ia bisa merasakan penutup kepala dan bagian lengan sang bekas ratu terasa basah. Ia kemudian memberitahu betapa lembabnya ruangan Marie Antoinette dengan pak Beau/Lebeau. Pak Beau kemudian memasang sepotong karpet tua di dinding sebelah ranjang Marie Antoinette. Pemasangan ini menimbulkan protes dari dua penjaga yang mengikutinya. Pak Lebeau segera berkilah "kamu tahu bahwa karpet ini berfungsi untuk meredam suara, agar pembicaraan di ruangan sebelah tidak terdengar". Dua petugas itu terdiam dan menyetujui ide pak Lebeau. 

Menurut Rosalie, sekilas pak Lebeau ini tampak keras dan kaku, namun ternyata ia memiliki hati yang baik. Kepala penjara membiarkan Rosalie tetap bekerja melayani Marie Antoinette di bawah pengawasan bapak Lebeau. Selain itu, Rosalie juga harus memasak makanan dalam jumlah yang besar, yang mana harus mencukupi kebutuhan makan sekitar 18 orang termasuk sang bekas ratu.  Saat Marie Antoinette meminta tolong Rosalie untuk mengikat rambut, Lebeau segera maju dan mengatakan bahwa ia akan melakukannya. Marie Antoinette tertegun dan menolak. Ia berdiri untuk melakukannya sendiri, dan kemudian memberikan sisa pita kepada Rosalie untuk kenang-kenangan. Namun saat berada di atas ruangan, pak Lebeau menyita pita tersebut dengan alasan tak ingin mendapat masalah karena tanggung jawabnya yang sulit. Banyak yang berubah setelah kejadian yang disebut "carnation plot" ini. Rosalie tidak diperbolehkan belanja lagi ke pasar. Ketika ayah Rosalie datang menjenguk, pak Lebeau kurang nyaman "bertemu Rosalie 5 menit saja, keluarga saya sendiri juga tidak datang menjenguk. jangan datang lagi". Saat makan, Rosalie menunggu di ruangan. Ia mengamati bahwa sang bekas ratu membelah ayam di piringnya menjadi dua bagian, dengan harapan, separuh untuk besok. Sementara sayuran yang diberikan, ia habiskan. Setelah selesai, Rosalie membereskan meja. Marie Antoinette mengucap syukur dan berjalan sejenak di ruangan. Rosalie tidak diperbolehkan meninggalkan peralatan makan apapun termasuk gelas yang di ruangan selepas makan. 
Suatu ketika, Marie Antoinette hanya meminum separuh air di gelas. Seperti biasa, Rosalie harus membawa keluar. Saat berjalan, ia bertemu dengan Pak de Saint Leger, seorang tahanan yang baru datang dari kantor registrasi Conciergerie. Ia bertanya "apakah ratu meminum air dari gelas ini?". Setelah dijawab, si bapak segera melepas topi, dan meminum sisa air dengan hormat dan gembira.
Setelah kasus "Carnation Plot" ini, tahanan lain juga terpengaruh. Nyonya Lamarliere yang biasa menjenguk suami di tahanan, tidak diperbolehkan lagi datang. Ia meminta Rosalie potongan rambut sang bekas ratu. Tentu ini mudah dilakukan sebab Marie Antoinette rutin memotong rambutnya.
Sebelum Carnation Plot, nyonya Richard mencucikan pakaian sang bekas ratu kepada nyonya Saulieu, tukang cuci yang ia kenal. 
Para petugas, di bawah perintah Fouquier Tinville bisa datang sidak setiap saat, pagi siang atau malam bahkan tengah malam. Saat datang, mereka tak segan memeriksa tempat tidur Marie Antoinette dan mengobrak abrik barang-barangnya. Marie Antoinette yang lemah akibat penyakitnya, diperparah lagi dengan susah beristirahat dengan tenang. Mereka ingin memastikan bahwa Marie Antoinette tidak dapat kabur.
Di waktu senggang, Rosalie rutin membersihkan sepatu Marie Antoinette yang terbungkus lumpur. Dari balik jeruji jendela, tahanan lain meminta Rosalie untuk mendekat. Mereka kemudian bergantian memegang dan menciumi sepatu sang bekas ratu. 
 Marie Antoinette hanya memiliki dua pakaian, yaitu putih dan hitam. Rok hitam miliknya mulai hancur menjadi potongan-potongan kecil. Putri sulung pak Lebeau berusaha memasang kerah di pinggiran rok tersebut. Sementara istri pak Lebeau membagikan potongan rok sang bekas ratu kepada orang-orang yang sangat menginginkan memilikinya. Menurut istri Lebeau, Marie Antoinette diberikan semacam daster, satu buah setiap 10 hari. Bahkan saputangan pun juga dikirimkan satu persatu. MA rutin menulis daftar bajunya di tembok menggunakan jarum pentul. MA juga menulis hal yang lain namun setelah wafat, tembok di ruangan lembap ini dicat lagi.  Marie Antoinette meminta sprei katun Inggris. Permintaan ini disampaikan pak Lebeau kepada Fouguier-Tinville, hanya untuk mendapat jawaban kemarahan "beraninya kamu meminta itu??!! Kamu pantas dihukum guillotine(penggal)".
Setelah kenal lebih jauh, sang bekas ratu ini mulai mempercayakan pengikatan rambutnya kepada pak Lebeau setiap pagi++. "mulai sekarang, saya akan memanggil anda pak Bon, karena lebih berharga daripada beau/Bault". Sikap manis, baik, perhatian namun penuh ketegaran Marie Antoinette tak ayal mengundang simpati yang dalam kepada suami istri Lebeau. Di rumah, mereka menangisi nasib sang bekas ratu ini. Mereka tidak berani menunjukkan di luar karena mereka sadar selalu diawasi oleh orang-orang yang tidak bersimpati, pendukung revolusi dan musuh. Pak Lebeau juga berusaha menyampaikan informasi tentang putri Elisabeth dan kedua anaknya yang ia peroleh dari bapak Hue. Suatu hari, Marie Antoinette menyisipkan sesuatu ke tangan pak Lebeau. Namun sayang hal ini disaksikan oleh dua penjaga yang selalu mengawasi gerak gerik Pak Lebeau. Dengan terpaksa, pak Lebeau membuka tangannya untuk memperlihatkan apa yang disisipkan. Itu adalah pendant yang berisikan rambut dibungkus sarung tangan sang putra, Louis Charles. Pak Lebeau mengerti bahwa Marie Antoinette menginginkan barang itu diberikan ke anaknya di penjara Temple. Barang itu kemudian diserahkan ke kantor Fouquier. 
Di lain hari, dengan menggunakan dua tusuk gigi dan benang wool yang keluar dari karpet, Marie Antoinette menyulam sesuatu. Setelah selesai, ia pura-pura menjatuhkan di dekat kaki, tepat saat pak Lebeau masuk. Dengan sigap, pak Lebeau segera berpura-pura menjatuhkan sapu tangannya untuk menutupi sekaligus mengambil barang anyaman itu. 

Dua Misa Terakhir Yang Diikuti Oleh Marie Antoinette.
Mademoiselle Fouche meminta ijin pak Lebeau untuk mengadakan Misa Komuni di ruangan Marie Antoinette. Semula pak Lebeau keberatan, namun Mademoiselle Fouche menenangkan "jangan kuatirsaya hanya minta anda menyediakan dua buah lilin". Pada permulaan Oktober 1793 malam hari, di tempat yang sudah disepakati, pak Lebeau menemui Mademoiselle Fouche dan romo Magnin. Bertiga, mereka menuju ke ruangan (di penjara Marie Antoinette di Conciergerie, tentunya). Mademoiselle Fouche bergegas menyiapkan meja yang ditutupi dengan taplak, untuk dijadikan altar.  Di atas meja dilengkapi dengan gelas piala perak yang dilepas menjadi beberapa bagian, roti ekaristi , buku liturgi, kendi dan alat misa lain. Mademoiselle Fouche datang bersama romo Magnin. Romo Magnin berbincang dengan Charles Antoine Lamarche dan Jean Baptiste Prud'homme, dua petugas jaga malam hari di ruangan. Keduanya setuju untuk mengikuti upacara komuni bersama sang tahanan dan nyonya Mademosoille Fouche. Meskipun di hadapan agama, posisi kesemuanya adalah sejajar, namun romo Magnin menginginkan Marie Antoinette mendapat pemberkatan yang pertama. Di kaki romo, Marie Antoinette menangis. Ia menyerahkan anak-anaknya di dalam lindungan Tuhan, juga meminta kekuatan menghadapi penderitaan yang sedang menimpa. Setelah misa ini, Romo Magnin jatuh sakit. Itu adalah pertemuan terakhir Romo Magnin dengan Marie Antoinette. Mademoiselle Fouche membawa Romo lain, yaitu Romo Cholet. Romo Cholet memimpin misa pada 12 Oktober 1793 malam, hanya dua hari sebelum Marie Antoinette dibawa ke persidangan. Setelah misa ini, Romo Cholet pergi ke Inggris untuk mencari perlindungan. Tak lama ia meninggal dunia di negara yang dipimpin raja George III itu. Mademoiselle kembali lagi ke Paris, dengan harapan dia bisa bertemu sang bekas ratu sekali lagi. Namun di kota Etompes, ia diberitahukan oleh orang-orang yang baru meninggalkan Paris, bahwa Marie Antoinette sudah menemui ajal di panggung guillotine. Pada 1814, Romo Magnin bertemu dengan Marie Therese, untuk menceritakan pertemuan dan misa rahasia dengan ibundanya. Pada 1817, nyonya Bault menawarkan sebuah catatan tentang hari-hari terakhir Marie Antoinette. Nyonya Bault yang saat itu sudah menjadi janda, mengagumi keberanian romo Magnin menerjang bahaya yang tiada akhir demi menemui Marie Antoinette dan memberi urapan Katolik.
Pada 1825, dari semua yang menyaksikan Marie Antoinette menerima pemberkatan misa, hanya tersisa Mademoiselle Fouche dan Romo Magnin. 
Pak Lebeau sudah meninggal akibat sakit. Dua penjaga yang mengikuti misa rahasia sebanyak dua kali tewas dipenggal. Tentu bukan karena mengikuti misa rahasia ini, karena sejatinya tidak ada yang mengetahui kecuali dari pengakuan Mademosoille Fouche pada 1824 dan romo Magnin pada tahun 1825. Romo Magnin menyebut ada dua biarawati dari La Charite Saint Roch yang masih hidup yaitu biarawati Julie dan Jeanne. Mereka adalah beberapa yang menyediakan stocking tebal dan garter untuk sang bekas ratu. Stocking dan garter ini ditemukan di jasad Marie Antoinette saat diangkat dari pekuburan Madeline.

Hari Hari Terakhir di Penjara Conciergerie
Setiap hari, Rosalie membenahi tempat tidur dan menyiapkan pakaian di kursi. Perasaan Marie Antoinette tentu menderita, sama dengan penderitaan fisiknya. Ia mengalami pendarahan seperti menstruasi tanpa henti, diduga karena kanker rahim. Setiap malam, Rosalie berusaha menghangatkan selimut dan pakaian Marie Antoinette di ruangannya, kemudian turun untuk dipakai Marie Antoinette menghangatkan tubuhnya. Rosalie juga meminjamkan pakaian tidurnya ke Marie Antoinette. Di bulan Oktober 1793, cuaca berganti lebih dingin. Terlebih di ruangan Marie Antoinette yang di bawah, susah mendapatkan matahari dan selalu terendam lumpur. Jika air sungai Seine meluap, air sungai itu masuk ke ruangan. Sementara malam hari, ia tidak diperbolehkan tidur dengan lilin menyala. Rosalie berusaha memperlambat pekerjaannya sebisa mungkin setiap malam, karena selama dia masih di sana, lilin harus dibiarkan menyala. Wajahnya tampak jauh lebih tua dari usianya, yang kala itu masih berusia 37 tahun. Ia sedikit kesulitan berjalan. Pak Lebeau meminjamkan sebuah buku bacaan "Perjalanan Kapten Cook" agar Marie Antoinette lebih terhibur. Di waktu lain, Marie Antoinette melihat seorang suster dari jendela, sedang menangkupkan tangan dan pandangan menatap ke atas. Ia berkata ke Rosalie "lihat, betapa khusyuknya ia berdoa"
Rosalie yakin bahwa suster itu berdoa untuk Marie Antoinette, dan sudah dilakukan beberapa waktu lamanya.  

Persidangan
Dua orang pria datang ke ruangan Marie Antoinette, mengaku sebagai pengacara. Mereka adalah Chauveau Lagarde dan Troncon Doucodrey. Keduanya meminta agar Marie mengirim permohonan untuk penundaan sidang agar kedua pengacara ini memiliki waktu untuk menyiapkan nota pembelaan. Nota permohonan ini memang sampai ke Fouquier Tinville, namun ia tidak mengabulkan. Jam 8 pagi tanggal 14 Oktober 1793, Marie Antoinette digiring ke ruang sidang tanpa sempat sarapan. Sejak 14 Oktober pagi hingga 15 Oktober sore, Marie Antoinette tidak memakan apapun. Di persidangan, banyak saksi yang dihadirkan. Beberapa di antaranya mengenal sang bekas ratu karena pernah bekerja pada kerajaan. Para penonton ribut meminta Marie Antoinette untuk berdiri beberapa kali agar mereka bisa melihat sang  bekas ratu lebih jelas. Marie Antoinette dituduh melakukan inces dengan putranya, Louis Charles. Marie Antoinette berdiri "Saya tidak menjawab sebab hati naruni sendiri menolak tudingan demikian kepada seorang ibu" Ibu-ibu yang hadir pun berpihak kepada Marie Antoinette. Seorang wanita bekas asisten di Versailles bernama Reine Millot, menuding Marie Antoinette mengirim sejumlah uang ke Austria. Hakim pengadilan juga mempertanyakan asal usul uang yang digunakan untuk merenovasi Petite Trianon (baca di atas, rumah MA yang diberikan oleh sang suami). Hingga tanggal 15 Oktober jam 4 sore, petugas memberitahu Rosalie bahwa Marie Antoinette tidak akan turun untuk makan. Sementara persidangan diskors selama 45 menit. Rosalie segera membawa sup ke atas. Di atas, seorang kepala polisi mengambil sup itu dari tangan Rosalie untuk diberikan ke selirnya. Ia berkata bahwa selirnya ingin sekali melihat "janda capet". Sebagian tumpah. Rosalie tidak dapat membayangkan apa pikiran Marie Antoinette menerima makanan dari orang yang tidak ia kenal. Upaya pembelaan kedua pengacara sia-sia. Sedari awal, orang-orang yang terlibat di persidangan sudah merencanakan untuk menjatuhi hukuman mati. Hakim persidangan pun seorang pendukung revolusi. 

Pengawal Yang Berhati Baik Ikut Ditahan
Petugas penjara terakhir yang mengantar Marie Antoinette ke ruang sidang untuk mendengar dakwaan, dan kemudian mengantar lagi ke ruangan sembari menunggu dijemput menuju eksekusi adalah Louis Francois de Busne. Busne didakwa melakukan beberapa tindakan kejahatan saat mengawal Marie Antoinette, yaitu melepas topinya, mengambilkan air minum untuk Marie Antoinette saat persidangan diskors dan memberikan lengannya untuk Marie Antoinette berpegangan saat mereka kembali ke ruangan bawah tanah. Ia memberikan beberapa bantahan bahwa melepas topi karena ia kepanasan, bukan sebagai bentuk respek kepada Marie Antoinette. Sementara ia memberikan lengan karena sang bekas ratu mengeluh tak dapat melihat apapun di lorong yang gelap dan juga saat lantai penjara terasa sangat licin. Ia tak mau Marie Antoinette terjatuh, sehingga akan timbul perkara lain yang melibatkan dirinya. 


Putusan 
Beberapa menit menjelang jam 5 pagi tanggal 16 Oktober 1793, Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati. Sekembalinya ke ruangan, ia bertemu dengan Lariviere yang sudah menunggu. Marie mengucap terima kasih buat ibunda Lariviere yang sudah memperlakukan ia dengan sangat baik dan memohon doa. Ia juga melihat pak Lebeau, dan meminta sebuah pena dan kertas untuk menulis sesuatu. Tak seperti biasanya, di meja sudah terdapat dua buah lilin yang menyala. Marie Antoinette segera menulis surat ditujukan untuk putri Elisabeth.
"adalah untukmu, adikku, aku menulis untuk terakhir kali. Aku sudah didakwa, bukan dakwa mati yang memalukan, yang hanya ditujukan kepada para kriminal, tetapi untuk bertemu kembali dengan kakak lakimu (mendiang suami). Tidak bersalah seperti dirinya. I berharap bisa tegar sepertinya di saat terakhir. Aku tenang. Aku sangat menyesal harus meninggalkan kedua anakku. Kau tahu bahwa aku hidup hanya untuk mereka. Dan untukmu, adikku yang baik dan lembut, kesetiaanmu harus mengorbankan segalanya demi bertahan bersama kami. Saat persidangan, aku diberitahu bahwa anak perempuanku (Marie Therese) dipisahkan darimu. Sayang sekali, kasihan anak itu. Aku tidak berani menulis surat untuknya, dia takkan menerima surat dariku. Aku bahkan tidak tahu apakah surat ini akan sampai padamu. Aku harap suatu hari, saat mereka sudah beranjak dewasa, mereka berdua akan berkumpul lagi denganmu. Untuk merasakan kasih sayangmu....Saat seseorang itu bahagia, kebahagiaan itu bisa digandakan dengan berbagi ke teman. Dan di mana seseorang bisa menemukan kebahagiaan lebih lembut, lebih sejati selain di keluarga sendiri? Semoga anak lakiku tidak melupakan pesan terakhir ayahnya bahwa dia tidak boleh membalas dendam akan kematian kita. Aku memaafkan semua musuh yang sudah menyakitiku. Aku ucapkan selamat tinggal kepada semua bibiku, semua saudara laki-laki dan perempuanku. Selamat tinggal adikku yang baik dan lembut. Semoga surat ini bisa sampai padamu. Ingat aku selalu, ciumku dengan segenap hatiku juga kedua anakku yang malang. Oh Tuhan, sungguh tersiksa meninggalkan mereka untuk selamanya. Selamat tinggal, selamat tinggal. Mereka tampaknya akan membawa seorang pendeta, namun aku tidak akan berkata sedikitpun dengannya dan memperlakukan dia seperti seorang asing"
 Setelah menulis, ia memberikan ke pak Lebeau, namun tak berani menyampaikan ke Elisabeth. Terpaksa ia serahkan ke Fouquier. Pak Lebeau kemudian "curhat" kepada istri "ratumu menulis surat. Aku gak bisa memberikan kepada yang dituju, terpaksa kuberikan ke Fouquier"
Surat ini tentu tidak akan pernah sampai ke tangan Elisabeth. Surat yang dijuluki "Testimoni Terakhir Marie Antoinette" ini akan ditemukan oleh Edme-Bonaventure Courtois beberapa tahun kemudian setelah Maximilien Robespiere dipenggal. Konon Robespiere meminta surat ini dari Fouquier Tinville dan menyimpannya bersama barang-barang milik keluarga kerajaan. Dalam surat itu bisa ditemukan tanda tangan Fouquier, dan tiga komisioner lain. Juga jejak air mata Marie Antoinette. Oleh Courtois, surat ini diberikan kepada orang yang tidak diketahui namanya, untuk kemudian diserahkan kepada raja Louis XVIII, adik ipar Marie Antoinette. Pada 1816, surat ini diumumkan secara publik. Selain surat, Courtois juga memberikan sebuah sarung tangan milik Louis Charles dan seikat rambut milik Marie Antoinette. 

Waktu Terakhir di Conciergerie
Sekitar jam 7 pagi, Rosalie diperintah pak Lebeau ke ruangan untuk menawarkan makanan. Marie Antoinette mengatakan "aku tidak perlu makan apapun, segalanya sudah berakhir" Rosalie bersikeras, sebab Marie Antoinette tetap membutuhkan energi. Ia membawakan sup berisikan mie pasta. Marie Antoinette hanya memakan 1-2 sendok makan. Ia tidak lagi memiliki selera makan meskipun lapar dan sakit. Rosalie membiarkan makanan itu ada di meja dan ia pergi. Sejam kemudian, Rosalie kembali ke ruangan untuk membantu Marie Antoinette berpakaian. Tampaknya saat Rosalie absen, pak Lebeau atau petugas lain datang ke ruangan membawakan sepotong gaun putih dan penutup kepala putih. Marie Antoinette disarankan untuk tidak dieksekusi mengenakan gaun berkabung karena itu akan memicu kesenangan dan hinaan bagi warga yang menonton nanti. Sejak wafatnya sang suami, ia selalu mengenakan gaun berkabung. Marie Antoinette tidak keberatan soal saran ini. Ia juga akan mengenakan gaun dalam yang bersih. Sambil memberi arahan, sesekali Marie Antoinette menyantap sup yang masih di meja. Mata penjaga tidak pernah lepas mengawasi Marie Antoinette. Permintaan Marie Antoinette untuk sekedar privasi tidak dituruti. Rosalie menggunakan tubuhnya untuk menghalangi pandangan penjaga saat Marie Antoinette berganti pakaian. Setelahnya Rosalie pergi tanpa berpamitan atau sekedar memberi gestur, ia takut kalau Marie Antoinette akan lebih sedih.
Pukul 10 pagi, Marie Antoinette dibawa ke kantor registrasi, di sana beberapa petugas melepas topi mereka. Salah satu petugas hendak membacakan tuntutan. Marie Antoinette mengatakan "sudah tidak perlu dibacakan lagi. Aku sudah tahu dakwaanku dengan sangat baik". Seorang petugas menjawab "tidak peduli, aku tetap akan membacakan lagi". Setelah dibacakan, seorang pria bernama Henri Sanson hendak mengikat tangan Marie Antoinette. Marie kaget, ia mengatakan bahwa sang suami tidak diikat seperti dirinya. Seorang petugas memerintahkan Henri Sanson tetap menjalankan tugasnya. "duh Tuhan" tangis Marie Antoinette. Henri Sanson adalah putra dari Henri Sanson senior yang lahir pada 1739. Adalah sang ayah yang mengeksekusi suami Marie Antoinette 10 bulan sebelumnya. Sang ayah akan hadir untuk mengawasi eksekusi Marie Antoinette, namun sang anak yang menjadi eksekutor. Setelah mengikat kedua tangan di belakang, Henri Sanson mengambil tutup kepala putih Marie Antoinette. Ia memotong rambut Marie dan mengembalikan tutup kepala lagi. Potongan rambut tersebut disimpan di kantong dan akan dibakar setelah eksekusi selesai. Tentang mengikat tangan, selama perjalanan dari penjara Temple ke De La Concorde, tangan Louis XVI memang tidak diikat. Namun sesampai di depan panggung guillotine, tangan Louis XVI diikat. 

Pukul 11 siang, Marie Antoinette digiring ke guillotine menggunakan kereta kayu sederhana dalam kondisi duduk. Ia ditemani oleh seorang pendeta Katolik yang ia abaikan sepanjang perjalanan. Seorang pria bernama David, membuat sketsa Marie Antoinette saat lewat di hadapannya. Sketsa sederhana ini tak disangka akan menjadi terkenal di seluruh dunia, beberapa abad setelahnya.  Saat menapaki tangga, kaki Marie Antoinette tidak sengaja menginjak kaki Henri Sanson dan meminta maaf. Itu adalah kalimat terakhir Marie Antoinette. Henri Sanson tidak membalas ucapan Marie Antoinette. Ia adalah putra dari pemenggal yang menghabisi Louis XVI bernama Samson. Samson juga hadir di kala terakhir Marie Antoinette. Marie Antoinette kemudian mengibaskan kepalanya untuk melepas tutup kepala. Tepat pukul 12.15, penonton berteriak "Panjang Umur Republik".
Rosalie diperintah untuk mengambil barang-barang yang ia pinjamkan ke Marie Antoinette. Kemudian barang-barang milik Marie Antoinette dibungkus seprai, dan diambil petugas. Sepeninggal sang bekas ratu, suami istri Richard dibebaskan dari penjara dan tetap bekerja melayani para tahanan bersama Rosalie. Namun sayang, pada tahun 1799, nyonya Richard tewas ditusuk oleh tahanan yang depresi. Sepeninggal nyonya Richard, Rosalie berhenti bekerja dari Conciergerie. 

Jenazah Marie Antoinette
Madame Tussaud dipekerjakan untuk mencetak wajah Marie Antoinette. Setelah itu jasad dan kepalanya dibawa ke pemakaman Madeline dekat guillotine. Konon jasadnya dibiarkan di atas rumput selama 14 hari. Pada 1 November 1793, seorang penggali kubur bernama Joly menguburkan jasad MA seorang diri dan meminta bayaran untuk jasa itu. Saat hidup, Marie Antoinette memiliki sebuah anjing jenis PUG yang setia mengikutinya hingga ke Conciergerie. Namun petugas berhasil menghalau anjing itu hingga tidak dapat mengikuti Marie Antoinette di ruangan. Anjing pug ini setia menunggu di depan pintu masuk Conciergerie. Saat lapar, ia akan berkeliling ke rumah penduduk di sekitar meminta makanan. Setelah suami istri Richard dibebaskan, anjing itu dirawat oleh Tuan dan Nyonya Richard. Pada 18-20 Januari 1815 di masa Restorasi Bourbon dan kekuasaan Louis XVIII, jasad Marie Antoinette dan Louis XVI diangkat dari kuburan dan dipindahkan ke gereja Basilica-St Denis di Paris, Perancis.  Pemakaman ulang dilangsungkan tiga hari setelahnya. Marie Therese tidak mengikuti upacara pemakaman ini, namun sang suami Adipati Angouleme dan adik kandungnya, Adipati Berry. 

Bagaimana nasib anak-anak Marie Antoinette sepeninggal dirinya? Silahkan baca di bagian Marie Therese, putri Bourbon. Di sana saya juga membagikan kisah sang adik, Louis Charles. 


Wednesday, February 9, 2022

Kisah Hidup Marie Therese Charlotte Bourbon, Putri Kerajaan Perancis Yang Menjadi Sebatang Kara.

 Selama delapan tahun, Kelahiran dia sejatinya dinantikan oleh masyarakat Perancis pada umumnya dan keluarga kerajaan pada khususnya. Kedua orang tuanya adalah sosok terkenal, yaitu raja Louis XVI dan Marie Antoinette. Ibunya yaitu Marie Antoinette berasal dari kerajaan Austria. Kedua orang tua Marie menikah di usia yang masih sangat belia, yang mana ayahnya saat itu masih berstatus Dauphin/pangeran dan berusia 15 tahun. Sementara ibunya masih berusia 14 tahun. Pada tahun 1774, ayah ibunya meneruskan tahta menjadi raja dan ratu. Ayahnya mengatakan "kita masih sangat muda, ini berat Tuhan"

Saat ia lahir pada 19 Desember 1778, kelahiran dia yang dinanti agak mengecewakan sebab ia seorang perempuan. Masyarakat meminta seorang laki-laki untuk menjadi penerus tahta. Ibunya mengatakan "tak apa mereka tak menginginkan kamu, kamu menjadi milikku". Tak lama setelah kelahiran Marie Therese, ayahnya menghadiahkan sebuah rumah "petit trianon" kepada sang ibu. Ayahnya memahami kondisi sang ibu yang tidak menyukai rutinitas kerajaan yang sangat kaku melelahkan. Rumah itu adalah bekas rumah yang dibangun sang kakek buyut, yaitu raja Louis XV untuk salah satu selirnya yang bernama Nyonya Pompador. Bahkan ayahnya membebaskan ibunya mendesain ulang rumah tersebut sesuai selera. Sang ibu melakukan renovasi yang konon menghabiskan dana sangat banyak, hal yang ironis di saat harga roti sedang tinggi. Ia membuat sungai tiruan, taman dan peternakan di sekitar rumah itu. 

Empat tahun kemudian tepatnya pada 1781, Marie mendapatkan adik laki-laki yang sangat dinanti, yaitu Louis Joseph. Pada 1785, Marie kembali mendapatkan adik laki-laki, Louis Charles. Posisi kedua orang tua Marie terasa aman sebab mereka memiliki dua anak laki-laki. Pada 1789, Marie dikaruniai seorang adik perempuan bernama Sophie. Namun Sophie hanya bertahan hidup selama setahun. 

Ibunda Marie dikenal sebagai sosok yang ramah namun suka berhura-hura. Meskipun saat itu kondisi ekonomi Perancis tidak baik, namun ibunda Marie tetap gemar berjudi, membeli pakaian yang mewah, berpesta dan memesan makanan-makanan mahal. Konon dalam setahun, ibunya belanja 150 pakaian mewah. Sang ibu juga memiliki seorang asisten busana bernama Leonard. Rambut sang ibu kerap didesain setinggi 90 cm. Masyarakat mulai memberi julukan sang ibu "Madame Deficit". Ia dianggap sebagai sosok yang membuat masyarakat Perancis kekurangan pangan dan ekonomi yang buruk. Roti sebagai makanan pokok masyarakat hampir tidak layak dikonsumsi karena bertekstur sangat keras seperti batu. 

Pada 4 Juni 1789, adik sulung laki-laki Marie wafat akibat tuberkulosis tulang. Pada 5 Oktober 1789, ratusan wanita merangsek ke istana Versailles. Di depan mereka, ibunda Marie memberi hormat tanda minta maaf. Mereka menuntut agar keluarga Marie Bourbon segera ke Paris. Pemerintah menempatkan Marie dan keluarga sebagai tahanan rumah di Tuileries.

Pada Juni 1791, ayah, ibu, bibinya yang bernama Elisabeth, Louis Charles dan pengasuhnya yaitu Nyonya Tourzel melarikan diri. Sejatinya mereka hendak menuju ke Montmeidy. Di kota itu banyak royalis, pendukung kerajaan. Jika telah sampai, ayah Marie berencana mengadakan kontra revolusi. Pelarian itu dibantu oleh rekan baik sang ibu yang bernama Axel Von Fersen. Pria kelahiran Swedia yang tampan itu merupakan pria idaman lain sang ibunda. Di tengah perjalanan, ayah Marie Therese meminta Axel untuk pergi meninggalkan mereka. Setelah menempuh perjalanan selama hampir 24 jam, perjalanan mereka gagal sebab salah satu mengenali wajah ayahnya sebagai seorang raja dari sebuah uang koin. Di Varennes, mereka dipaksa kembali. Pelarian ini konon mencoreng reputasi keluarga Marie di mata orang-orang yang masih mendukung kerajaan. 

Pada 10 Agustus 1792, masyarakat Perancis menggeruduk istana Tuileries dan memaksa keluarga Marie ditahan di penjara Temple. Pada 14 Agustus 1792, Marie sekeluarga tiba di penjara Temple pukul 7 malam. Mereka ditemani oleh beberapa rekan dan pegawai setia. Mereka adalah nyonya Lamballe, bapak Hue dan Chamilly, nyonya Tourzel dan putrinya Pauline, nyonya Navarre yang menjaga putri Elisabeth, nyonya Cimbris yang menjaga Louis Charles, nyonya Thibaut yang menjaga sang ibu, tiga tukang masak yaitu Turgy, Chretien dan Marchand. Selama ditahan, ayah Marie mengajarkan pelajaran geografi kepada adik Marie. Ibunda Marie mengajarkan sejarah. Sementara bibi Elisabeth mengajarkan matematika. Beruntung ayah Marie menemukan sebuah perpustakaan yang membuatnya tak merasa bosan berada di tahanan. Ibunda Marie menyibukkan diri dengan menyulam dan juga bermain piano. 

Pada 20 Agustus 1792 jam 1 pagi, diperintah bahwa semua orang yang bukan anggota kerajaan harus segera meninggalkan Temple. Hal ini memicu protes dari ibunda Marie. Ibunda Marie bersikeras bahwa Nyonya Lamballe merupakan anggota kerajaan. Nyonya Lamballe sejatinya memiliki hubungan keluarga dengan kerajaan. Ia pernah menikah dengan salah satu pangeran/dauphin (cucu raja Louis XIV) namun sang pangeran wafat di usia muda. Namun tetap saja Nyonya Lamballe harus pergi. Mereka semua saling berangkulan, berharap akan berjumpa lagi beberapa hari kemudian. Kedua asisten sang ayah juga dibawa pergi. Setelah mereka pergi, Marie, ibu, bibi dan adiknya tidak dapat kembali tidur. Ia yakin ayahnya juga terbangun namun sang ayah tidak beranjak dari ruangan. 

Keesokan hari jam 7 pagi, mereka mengetahui bahwa mereka tidak akan kembali lagi ke Temple dan mereka telah dibawa ke La Force. Nyonya Tourzel dan putrinya, Pauline kemudian dipindah ke penjara Port Royal. Jam 9 pagi, mereka sangat terkejut namun senang bahwa pegawai sang ayah yaitu bapak Clery kembali lagi ke Temple sebab mereka mengatakan bapak Clery tidak bersalah.

Ibunda Marie tidur bersama adik Marie. Sementara Marie tidur bersama bibi Elisabeth. Sang ayah tetap berada satu lantai di atas ruangan Marie Therese. Setiap pagi, Marie dan adiknya naik ke ruangan ayah mereka untuk sarapan. Setelah itu ketiganya turun ke ruangan sang ibu untuk menghabiskan waktu bersama. Setiap pagi, Marie juga berjalan-jalan di kebun bersama sang adik dan ayahnya demi kesehatan sang adik. Tentu mereka tidak mengetahui bahwa penjara La Force menjadi target serangan warga yang tidak menginginkan penjara di isi oleh para bangsawan. Pengasuh Marie Therese yaitu nyonya Tourzel dan anaknya diselamatkan oleh seorang pria misterius. Pria misterius yang mengaku sebagai Bapak Hardi ini meminta Tourzel dan Pauline melarikan diri dari Paris sebab sewaktu-waktu mereka bisa ditahan lagi. Tourzel dan Pauline kemudian pergi ke Aboundant, tinggal di rumah anak lelakinya, yang juga saudara laki Pauline. Sementara nyonya Lamballe tidak beruntung. Ia diseret keluar, dipaksa untuk mengucapkan kalimat yang menentang keluarga kerajaan, namun ia menolak. Ada pria suruhan ayah mertua Lamballe, membujuk Lamballe untuk mengatakan saja agar ia dapat selamat. Namun Lamballe tetap menolak. Dahi Lamballe ditombak, lalu dadanya dibelah untuk diambil jantungnya. Kepalanya dipenggal. 

Pada 3 September 1792 jam 3 sore, Marie sekeluarga mendengar suara rentetan tembakan di luar. Petugas penjara menutup pintu dan jendela berikut korden. Ayah Marie diberitahu bahwa mereka yang di luar ingin mempertontonkan potongan kepala Nyonya Lamballe kepada keluarga kerajaan. Meski tidak melihat sendiri, ibunda Marie sangat shock. 

Pada 21 September 1792, kerajaan diruntuhkan. Semenjak ayah Marie bukan seorang raja, ia tidak lagi dihormati. Ayah Marie hanya dipanggil nama Louis atau Bapak. Pemerintah bernama Pethion mengirim dua petugas untuk berjaga di ruangan ayah Marie. Mereka menyita pedang milik ayah Marie dan juga memeriksa isi kantong pakaian sang ayah. Pethion juga mengirim juru kunci penjara bernama Rocher. Rocher ini seorang perokok namun ayah Marie tak menyukai baunya. Mengetahui hal itu, Rocher justru sengaja meniupkan asap rokok ke wajah ayah Marie. 

Berikutnya mereka hendak memisahkan ibunda Marie dengan cara memindahkan ke ruangan di atas ruangan ayah Marie. Namun mereka tidak berhasil sebab Marie Therese dan bibi Elisabeth mengikuti. Ruangan baru itu kurang menyenangkan sebab jendela ditutup oleh tiang besi dan tirai. Asap dari cerobong juga sangat mengganggu. Adik Marie dipindah ke ruangan sang ayah yang berada di bawah ruangan baru mereka. 

Ayah Marie selalu bangun tidur pukul 7 pagi dan kemudian berdoa hingga pukul 8 pagi. Kemudian ayah Marie berganti pakaian dan kemudian mengganti pakaian adik Marie. Pukul 9 pagi, ayah dan adik Marie naik ke ruangan di atas untuk sarapan bersama. Setelah itu ayah Marie mengajak adik Marie turun lagi untuk belajar hingga pukul 11 siang. Setelah itu adik Marie bermain-main. Pukul 9 malam, ibunda Marie turun ke ruangan ayah Marie untuk mengganti pakaian adik Marie persiapan tidur. Setelah tidur, semuanya naik ke atas, ayah Marie duduk hingga pukul 11 malam.

Bibi Elisabeth menghabiskan waktu berdoa, membaca buku agama dan meditasi. Sang bibi dan ayah Marie juga menjalani puasa yang diwajibkan oleh gereja Katolik. 

Ayah Marie diharuskan menjalani persidangan yang sebenarnya tak berguna sebab akhirnya juga harus dihukum mati. Dari total 690 voting, 380 memvoting eksekusi segera. Sisanya meminta pengampunan untuk Louis XVI. Pada 20 Januari 1793 malam, ayah Marie melakukan pertemuan keluarga. Ia menasihati adik Marie untuk memaafkan mereka yang telah menjatuhi hukuman mati kepadanya. Ia kemudian memberkati Marie dan sang adik. Ibunda Marie mengatakan bahwa sebaiknya mereka menghabiskan waktu terakhir bersama. Namun ayah Marie menolak, ia ingin menghabiskan waktu dengan tenang. Ibunda Marie kemudian meminta agar esok hari bertemu lagi dan disetujui. Namun pada faktanya, esok hari ayah Marie meminta petugas penjara untuk melarang mereka turun ke ruangan. Ayah Marie tak ingin larut dalam perasaan sedih.'

Kemudian datang seorang pria sepuh bernama Malesherbes, yang datang menangis sambil memeluk kaki Louis XVI. Ia diajak berbincang berdua oleh ayah Marie Therese dan kemudian tidur di kamar Clery. Malam hari terakhir, ayah Marie masih bersantap malam seperti biasa. Hal ini mengagetkan petugas sebab mereka mengira ayah Marie bakal bunuh diri. Ayah Marie mengatakan "saya tidak selemah itu" Setelah santap malam, ia pun pergi tidur. Lagi-lagi mengesankan, sebab ayah Marie Therese tidur sangat pulas hingga mengorok keras dan terbangun jam 4 pagi oleh suara tabuhan drum.

Malesherbes, pria sepuh berusia 71 tahun ini adalah salah satu dari tiga pria yang membela Louis XVI di hadapan Majelis Rakyat Perancis. Ketika voting untuk mengeksekusi Louis XVI lebih banyak daripada yang menolak, adalah Malesherbes sangat kecewa. Kelak pada April 1794, Malesherbes bersama putrinya, menantu laki-laki, cucu dan cucu menantu ditangkap dengan tuduhan membantu para pelarian politik. Setelah ditahan, mereka akan dihukum penggal. Sebulan kemudian, tepatnya pada 10 Mei 1794, giliran adik perempuan Malesherbes, Nyonya Senozan, bersama adik perempuan Louis XVI, putri Elisabeth, yang menjalani hukuman mati. 

Clery, sang asisten setia menjadi saksi di jam-jam terakhir hidup Louis XVI. Sementara Turgy menjadi saksi bagaimana sang istri, Marie Antoinette, putri Elisabeth, Marie Therese dan Louis Charles menghadapi situasi ini. Marie Antoinette meminta kedua anaknya untuk sarapan, namun mereka menolak. 

 Ayah Marie dibawa ke tempat eksekusi menggunakan kereta kuda dan diiringi oleh pasukan penabuh drum. Ayah Marie tampak tenang dan tegar. Di atas panggung eksekusi, ayah Marie sempat berpidato singkat namun kurang terdengar. Hanya orang-orang yang didekatnya mendengar. Ayah Marie mengatakan "saya memaafkan mereka yang menjatuhi hukuman mati. Saya bersih dari kejahatan-kejahatan yang dituduhkan kepada saya. Saya berdoa agar darah saya tidak jatuh ke Perancis lagi". Konon ayah Marie hendak mengatakan sesuatu lagi, namun drum segera diperintahkan untuk ditabuh. Raja Louis XVI dieksekusi pada pukul 10.10 pagi. Beberapa penonton mengusap saputangan mereka ke darah ayah Marie. Pada 2012, tes DNA membuktikan bahwa itu benar darah ayah Marie. Adik Marie menjadi raja Louis XVII. Jasad ayah Marie segera dibawa ke pekuburan Madeleine. Sebelum dimakamkan, jasad ayah Marie didoakan secara singkat di gereja dekat pekuburan. Kepala ayah Marie diletakkan di antara kaki dan dimakamkan tanpa nisan.

Di penjara, putri Elisabeth mendengar suara meriam pertanda bahwa Louis XVI sudah wafat, ia segera menengadah ke atas sambil menangis "monster monster, mereka kini senang". Ibunda Marie terdiam dalam kesedihan. Louis Charles menangis. Sementara Marie Therese berteriak sedih. Sebulan sepeninggal ayah Marie, Clery masih berada di temple, namun ia tak dapat berkomunikasi dengan keluarga. Setelah ia dibebaskan, ia bertemu Turgy dan memberikan sebuah catatan yang ditulis oleh raja Louis XVI berisikan "aku memberi wewenang kamu (Clery) untuk memberitahu Turgy betapa senangnya diriku dengan kesetiaannya dan dedikasinya. Aku memberinya restu dan memohon dia untuk melanjutkan perhatiannya untuk keluargaku"

 Saat paman Marie bertahta sebagai raja Louis XVIII pada tahun 1815, ia memerintahkan agar jasad sang kakak dan kakak ipar digali untuk dipindah ke gereja Basilica St Denis. Jasad putri Elisabeth juga dicari, namun hasilnya nihil. Tahun 1816 hingga 1826, dibangun monumen untuk keduanya. Monumen ini masih ada hingga kini.

Sehari setelah wafatnya ayah Marie, ibu Marie meminta bertemu dengan Clery. Ia adalah orang yang terakhir menemani ayah Marie, berharap mungkin ada pesan yang disampaikan sebelum eksekusi. Namun petugas mengatakan kondisi Clery sangat buruk sehingga tidak memungkinkan bertemu. Konsel Umum melarang ibu Marie bertemu Clery namun mengijinkan ibu Marie mengenakan pakaian berkabung. Clery konon menyimpan cincin pernikahan untuk disimpan ibu Marie. Ayah Marie juga memberikan sebuah paket berisi seikat rambut ibu Marie dan berpesan ia sangat menyayangi rambut itu.

Bagaimana perasaan Clery sepeninggal sang majikan? Saat dikunjungi, ia tampak depresi dan enggan makan. Bahkan beberapa kali hampir pingsan. Dalam wasiatnya, ayah Marie memberikan pakaian, jam tangan, buku-buku, dompet dan barang-barang kecil lain yang masih disimpan di Dewan Pimpinan Rakyat kepada Clery.

Sepeninggal ayah Marie, ibunda Marie tak lagi mau turun ke taman. Hal itu disebabkan ia harus melewati ruangan bekas ayah Marie dan ia tak bisa menahan perasaannya. Namun ibu Marie mengkhawatirkan kondisi adik Marie yang membutuhkan udara segar. Sehingga pada akhir Februari 1793, ibu Marie meminta ijin untuk naik ke atas untuk menghirup udara segar. Pada 25 Maret 1793 malam, cerobong asap mengalami kebakaran. Saat dijenguk oleh petugas bernama Chaumet, ibu Marie ditanya memiliki keinginan apa. Ibu Marie ingin dibuatkan pintu tambahan antara ruangannya dengan bibi Elisabeth (adik ipar) sehingga ada tambahan udara. Keinginan ini ditanggapi dengan omelan oleh petugas lain. Chaumet mengatakan kesehatan memang penting, ia akan menyampaikan ke petinggi lain. Namun keinginan ini ditolak. 

Meskipun banyak petugas bersikap kasar, namun Marie mengatakan ada beberapa yang sangat baik terhadap mereka. Namun Marie tidak menyebutkan siapa saja demi keselamatan mereka. Suatu hari saat pemeriksaan, mereka menemukan sebuah topi yang disimpan bibi Elisabeth. Bibi Elisabeth mengatakan bahwa topi itu diberi kakaknya (ayah Marie) saat mereka baru tiba di Temple. Mereka menyita topi itu sebagai barang yang patut dicurigai. 

Di lain hari pada hari Kamis, adik Marie terserang demam dan mengeluh pusing. Ibu Marie meminta petugas mengirim dokter namun ditolak. Mereka mengatakan bahwa ibu Marie berlebihan, itu hanyalah perasaan cemas seorang ibu. Namun demam adik Marie berkelanjutan hingga esok hari. Setiap menjelang malam, demam sang adik semakin tinggi. Bibi Elisabeth meminta Marie untuk tidur di ruangannya agar Marie tidak tertular sakit. Baru pada hari Minggu, dokter penjara bernama Thierry datang untuk mengecek kondisi adik Marie. Ia pun diberikan obat. Pada Mei 1793, Chaumet datang lagi bersama rekan Hebert. Ia menanyakan ada keluhan apa dari ibu Marie. Ibu Marie mengeluhkan susahnya mendapat dokter untuk adik Marie. 

Pada 3 Juli 1793 sekitar pukul 10 malam, para penjaga datang hendak memindahkan paksa adik Marie. Sang adik sedang tertidur. Namun seorang petugas tampaknya bersandar pada sebuah selendang yang digunakan sebagai tirai ranjang. Tirai itu terjatuh ke arah sang adik hingga terbangun. Adik Marie langsung memeluk ibu Marie sambil menangis memohon agar tidak dipindah. Selama satu jam, keduanya beradu argumentasi. Seorang petugas mengatakan "untuk apa ribut, toh anak ini tidak akan dibunuh". Petugas beberapa kali mengancam akan menggunakan kekerasan. Pada akhirnya ibunda Marie menyerah, Ia mengganti pakaian adik Marie sambil menangis dan menyerahkan kepada petugas. Namun sang adik kembali berbalik. Petugas mulai kehilangan kesabaran "Berhenti menceramahi anak ini!". Sebelum pergi, adik Marie mencium sang ibu, kakak dan bibi Elisabeth. Ibu Marie kemudian memohon agar bisa dipertemukan dengan adik Marie hanya di setiap jam makan. Keinginan ini tidak dikabulkan. Belakangan diketahui bahwa adik Marie dirawat oleh Simon, tukang sepatu yang berpendidikan rendah dan berperangai kasar.

 Pada 2 Agustus 1793 pukul 2 pagi, ibunda Marie dibangunkan paksa. Ia akan dipindah ke Conciergerie untuk disidang. Marie dan bibi Elisabeth memohon untuk menemani namun tidak diperbolehkan. Ibu Marie berganti pakaian di hadapan petugas. Sebelum pergi, ia menciumi Marie, meminta untuk menjaga kesehatan dan memperlakukan bibi Elisabeth sebagai ibu sambung. Anjing kecil jenis spaniel bernama Thisbie berusaha mengikuti ibunda Marie namun dilarang petugas untuk ikut ke kereta. Thisbie berlari mengikuti kereta tersebut. Setiba di Conciergerie, Thisbie berusaha menyusup di antara kaki ibu Marie namun ditendang keluar oleh petugas. Sejak itu, setiap hari Thisbie menunggu di tempat yang sama sambil meraung. Penjaga yang merasa terganggu oleh si anjing, berusaha menakuti dengan menodongkan pucuk bayonet. Thisbie tidak pernah meninggalkan tempat itu kecuali saat lapar. Thisbie pergi dari rumah ke rumah di sekitar untuk mendapatkan sisa makanan. Di hari pertama setiba di Conciergerie, ibu Marie ditempatkan sementara di ruangan milik pemimpin penjara bernama Richard. Setelah itu, ibu Marie ditempatkan di ruangan yang sangat lembab sebab di dekat situ ada aliran sungai. Petugas selalu mengawasi ibu Marie di ruangan itu. Marie dan bibi Elisabeth memohon agar ibu Marie dibawakan air minum dari Viledavre sebab ibu Marie tidak dapat meminum air dari sungai, yang dapat membuatnya sakit. Sebagian petugas setuju, yang lain keberatan.

Tentang adik Marie, setiap hari ia mendengar Simon dan adiknya bernyanyi dengan jendela terbuka sehingga petugas bisa mendengar. Simon memakaikan topi merah di kepala sang adik. Sebelum sang adik dipindah, ibu Marie berharap agar baju berkabung sang adik tidak diganti. Namun setelah di tangan Simon, pertama yang dilakukan justru mengganti pakaian berkabung tersebut. Pada akhir Agustus, sang adik jatuh sakit setelah dipaksa makan banyak dan minum anggur.

Marie menghabiskan bulan September 1793 dengan lumayan tenang. Ia masih bisa ke atap setiap hari. Marie mendengar selentingan bahwa sang ibunda hampir lolos dari tahanan. Namun penjaga terakhir yang sudah disuap justru menolak melepaskan ibu Marie. Marie juga mendengar bahwa istri penjaga ruangan ibu Marie (nyonya Richard) sangat baik terhadap ibu Marie. Mengetahui ibu Marie tak bisa minum air dari sungai, Nyonya Richard mengambil resiko membawakan dari mata air lain. Ia juga menyediakan makanan yang layak seperti ayam dan buah-buahan yang diperoleh langsung saat Nyonya dan bapak Richard belanja ke pasar. Pasutri Richard dibantu ole Rosalie Lamorliere. *Silahkan baca di bagian lain tentang Marie Antoinette dan Rosalie Lamorliere*.

Petugas kembali mendatangi ruangan Marie untuk mengambil sisa pakaian ibu Marie tetapi menolak memberitahu kondisinya. Diketahui ternyata Ibu Marie Therese menulis surat untuk dirinya, tidak panjang namun jelas : "Saya hendak memberitahu kamu, anakku, bahwa saya baik, saya tenang, dan saya merasa damai jika anakku yang kasihan ini terbebas dari perasaan gelisah. Saya memelukmu dan juga bibimu. Tolong kirimkan (menyebut beberapa potong pakaian dan asesoris)" Surat ini tidak ditandatangani sang ibunda namun oleh petugas. Tetapi surat ini juga tidak sampai di tangan Marie Therese. 

Tison yang biasa mengerjakan tugas domestik seperti membersihkan lantai dan merapikan tempat tidur, tiba-tiba diberhentikan. Mereka tak ingin tahanan mereka diberikan kenyamanan. Jadi, Marie Therese dan bibi saling membantu mengerjakan. Esok harinya, datang lagi untuk mengumumkan perubahan pada menu makanan, dengan alasan ekonomi. Untuk peralatan makan, tidak diperbolehkan menggunakan keramik dan juga perak. Alas tidur diganti bahan yang lebih rendah kualitas. Sang bibi menderita radang kulit di lengan. Seorang penjaga penjara memberikan obat oles, sementara yang lain tak peduli. Bibi Elisabeth menyuruh Marie untuk membiasakan diri berjalan cepat selama satu jam setelah makan. Memercikkan air ke udara di ruangan agar merasa segar. Merapikan ruangan. Ia juga mengajarkan sang keponakan untuk menata sendiri rambutnya, memakai baju, memasang korset, menambal stoking dan pakaian seorang diri. 

Pada 8 Oktober 1793, Chaumet datang lagi bersama Pachet, David dan selusin petugas. Pachet meminta Marie untuk turun ke bawah. Bibi Elisabeth hendak menemani tentu ditolak. Ia menanyakan apakah Marie akan kembali, Chaumet pun membalas "kamu bisa mempercayai kata-kata republikan" Marie menyerahkan keselamatan dirinya pada Tuhan. Di tengah perjalanan, Marie berpapasan dengan adiknya. Ia pun menciumi Louis namun segera ditarik oleh istri Simon dan meminta Marie masuk ke ruangan sebelah. Di ruangan itu Marie duduk berhadapan dengan Chaumet. Marie ditanya apakah ia mengenal beberapa nama yang disebutkan, Marie menjawab tidak. Setelah menjawab semua pertanyaan dan kembali ke ruangan, giliran bibi Elisabeth yang diberikan pertanyaan yang sama. 

Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 11 Oktober 1793, tukang masak yang setia dan cerdas bernama Turgy dipaksa keluar dari penjara Temple. Dua hari kemudian, bapak Hue ditahan. Bapak Hue merupakan asisten mendiang ayah Marie. Nama lengkapnya Francois Hue, lahir pada 18 November 1757. 

Tanggal 16 Oktober 1793, sekitar 4.30 subuh dan setelah melewati persidangan yang hampir 23 jam, ibu Marie didakwa mati. Ibu Marie menghabiskan sisa jam untuk menulis surat kepada bibi Elisabeth. Namun surat ini tidak disampaikan ke bibi Elisabeth namun beruntung sejarah merekam isi surat ini. Berita eksekusi ibu Marie tidak disampaikan kepada bibi Elisabeth dan Marie. 

Bibi Elisabeth mengeluarkan sebuah paket kecil berisi potongan rambut ayah dan ibu Marie Therese, kemudian ditambahkan potongan rambut sang bibi. Suvenir rambut itu diberikan kepada Marie Therese. "Berikan hatimu kepada Tuhan. Tuhan memberi kita ujian karena Tuhan sayang kita" Sejatinya bibi Elisabeth hendak memberikan kenangan berupa tulisan, namun semua peralatan tulis sudah disita dari ruangan. 


Bibi Elisabeth

Pada 9 Mei 1794 pagi, pintu penjara diketuk dengan kasar. Bibi Elisabeth meminta waktu sebentar untuk berpakaian sebelum membuka pintu. Petugas mengatakan "tak ada waktu untuk itu". Pintu seolah mau didobrak saking kasarnya. Beberapa petugas datang hendak membawa sang bibi pergi. "Apakah keponakanku akan tetap di sini?" Dengan kasar dijawab "bukan urusanmu!" Sang bibi mengatakan "Jangan sedih. Aku akan kembali". Petugas penjara menjawab "Tidakkau tidak akan kembali. Ambil topimu dan turun! ". Bibi Elisabeth memeluk Marie, dan meminta Marie berserah pada Tuhan. Saat di bawah Temple, Marie melihat petugas mengecek bibi Elisabeth lagi dan tidak menemukan apapun di dalam pakaiannya. Dalam ketakutan, Marie Therese melihat kepergian sang bibi sampai tak lagi nampak di pandangannya. Beberapa hari kemudian, Marie Therese meminta petugas penjara membawakan beberapa pakaian untuk sang bibi sebab saat pergi, sang bibi hanya membawa sedikit pakaian. Petugas mengatakan "itu sangat tidak mungkin". 

Bibi Elisabeth sampai di Conciergerie pukul 8 pagi. Ia diharuskan menunggu dua jam di ruang tunggu, bagian dokumentasi. Kemudian sang bibi dibawa ke atas untuk menjalani interogasi. Salah satu pertanyaan adalah mengenai pelarian Elisabeth bersama keluarga Marie Therese pada pertengahan 1791 silam. Mereka menuduh bahwa Elisabeth dan yang lain hendak melarikan diri dari Perancis dan bergabung dengan para pendukung revolusi Perancis di luar negeri dan juga negara musuh Perancis. Hal ini dibantah oleh Elisabeth. Sejatinya kakak Elisabeth, raja Louis XVI hendak ke Montmeidy, salah satu kota di Perancis yang masih memiliki dukungan besar ke kerajaan. Dalam pelarian ini, bukanlah keinginan Elisabeth, namun karena ia menghormati ajakan sang kakak. Setelah persidangan selesai, Elisabeth menandatangani setiap dokumen sebelum kembali ke Conciergerie. 

Di masa Revolusi ini, setiap hari selalu ada tahanan yang masuk ke Conciergerie, tetapi juga ada tahanan yang keluar untuk dieksekusi. Ruang tunggu Conciergerie berada di sebelah kiri pintu masuk utama. Ruang ini dibagi dua bagian. Satu ruang untuk dokumentasi, untuk para tahanan yang baru datang. Satu ruang lagi untuk para tahanan sebelum dibawa pergi untuk dieksekusi. Biasanya para tahanan malang ini menunggu 36 jam di ruang tunggu. 

Agak beruntung bahwa Elisabeth diberikan ruang untuknya seorang diri. Ia menempati area di bawah pengawasan bapak Richard (baca artikel Marie Antoinette dan Rosalie Lamorliere). Bibi Elisabeth menanyakan keberadaan Marie Antoinette pada bapak Richard. Bibi Elisabeth tahu betul bahwa Marie Antoinette dibawa dan ditahan di gedung yang kini ia tempati. Takut menjawab dengan jujur, bapak Richard berbohong "Dia sangat baik, dan tidak butuh apapun". Pagi harinya, Elisabeth menanyakan waktu pada bapak Richard. Bapak Richard menunjukkan jam kantong ke arah Elisabeth. "kakak perempuanku juga memiliki jam yang sangat mirip" Kemudian ia meminum sedikit coklat panas untuk sarapan sebelum menuju ke pintu utama penjara pada pukul 11. Di sana, sudah menunggu beberapa tahanan wanita. Salah satunya adalah nyonya Senozan, saudari dari Malesherbes. Malesherbes adalah salah satu orang yang membela Louis XVI di hadapan Majelis Rakyat Perancis. Malesherbes telah dipenggal mati sebulan sebelumnya bersama putri, menantu, cucu dan cucu menantu dengan tuduhan membantu para pelarian politik. Adalah Malesherbes salah satu pria yang menghabiskan malam bersama ayah Marie Therese bersama Clery, pegawai setia sang ayah. 

Sambil menunggu, Elisabeth meninggalkan pesan kepada bapak Richard untuk disampaikan kepada Marie Antoinette. Seorang tahanan yang akan menjalani eksekusi mengatakan "nona, kakakmu telah bernasib seperti yang akan kita jalani". Mereka sengaja menempatkan Elisabeth di urutan paling terakhir yang akan dieksekusi. Namun Elisabeth disebut sangat tenang, ia siap mengorbankan dirinya untuk Tuhan. Ia bahkan menguatkan beberapa wanita yang dieksekusi sebelum dirinya. Mereka saling berpelukan. Elisabeth yang sudah seperti ibu angkat bagi Marie, wafat pada 10 Mei 1794 di usia 30 tahun.  Padahal jika mau, sebelum ditangkap pun Elisabeth punya banyak kesempatan untuk menyelamatkan diri. Namun ia tetap berada di samping sang kakak tercinta, raja Louis XVI. Elisabeth telah menjadi yatim dan piatu sebelum ia berusia 4 tahun namun memiliki jiwa yang mengayomi. Pada hari yang sama, Maximilien Robespiere, tokoh revolusi yang dianggap jujur mengunjungi kios buku yang terletak di Palais-Royal, dan melihat-lihat buku seperti yang sering ia lakukan. Penjual buku bernama Maret berkata terus terang "Masyarakat bersuara lantang menentang kamu. Memang Elisabeth sudah berbuat kejahatan apa sehingga kamu menghukum dia mati?" Sambil melihat ke arah Barere yang menemani, Robespiere menjawab "percayalah Maret, bukan aku. Aku malah risau ingin menyelamatkan dia, namun bajingan Collot d'Herbois itu yang mengambil Elisabeth dariku"

Sehari setelah Elisabeth dipenggal, turun hujan sangat deras. Tak disangka, Robespiere mendatangi Marie Therese di penjara Temple. Ia hanya memandangi remaja yatim piatu itu sambil sesekali berbisik kepada penjaga penjara. Penjaga pun tak mengenali siapa pria di depannya. Bagaimana Marie Therese bisa mengenali Robespiere, ia tak menjelaskan namun ia memberi secarik nota yang memberitahu bahwa adiknya sakit. Ia sudah meminta ijin kepada pemerintah untuk merawat, namun belum ada jawaban, sekarang waktunya untuk meminta ijin lagi. Nota itu diambil oleh Robespiere dan ia pergi. 

Marie Therese benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi pada ibunya dan bibinya. Ia menduga bibi Elisabeth sudah tidak lagi berada di Perancis. Dari seorang petugas, Marie diberitahu bahwa sang adik menempati ruangan persis di bawah ruangan miliknya. Ia meminta dipertemukan dengan sang adik, namun tak pernah digubris. Ia juga memohon dipertemukan sang ibu, tentu juga tak mungkin terjadi. Di dinding penjara, Marie Therese mengukir "Marie Therese merupakan orang yang paling tidak bahagia di dunia. Dia tidak mengetahui kabar ibunya, juga tidak bisa bertemu meskipun dia sudah bertanya ribuan kali. Hidup, ibuku yang baik! Ibu yang aku sayangi dengan sangat, tetapi tidak bisa mendengar berita apapun. Oh ayahku! Awasi aku dari surga di atas. Oh Tuhan! Maafkan mereka yang sudah membuat orang tuaku menderita."

Pemerintah mengutus Harmand De La Meuse dan rekan-rekannya untuk mengunjungi Marie Therese dan Louis Charles. Pertama kali, mereka menemui Louis Charles, kemudian menemui Marie di lantai atas. Kesan Harmand saat melihat kamar Marie adalah dingin dan lembab. Saat Harmand masuk, Marie Therese terlihat sedang duduk di kursi. Agak tinggi di atas, terdapat sebuah jendela dengan teralis besar. Hanya jendela ini yang satu-satunya memberi penerangan ke ruangan. Marie Therese nampak kedinginan. Ia mengenakan pakaian polos abu-abu. Sementara sepatu dan topi yang dikenakan nampak sudah butut. "Nona, kenapa anda duduk jauh dari tungku perapian sementara udara sangat dingin begini?" Marie menjawab "karena saya tidak bisa melihat kalau duduk di sana". 

Harmand berkata lagi "kalau api dibuat besar, ruangan akan lebih hangat dan anda tidak akan kedinginan duduk di bawah jendela". Marie menjawab "mereka tidak memberi kayu yang cukup". Harmand menanyakan permintaan Marie pada dirinya. Marie meminta stok kayu lebih banyak dan meminta untuk dipertemukan adiknya. Untuk permintaan kedua, Harmand tidak mampu berbuat banyak karena pemerintahlah yang melarang dua saudara ini saling bertemu.

Kehidupan Marie Therese di penjara diisi dengan membaca dua buku secara berulang-ulang. Di dalam penjara memang ada sebuah piano, namun hanya ibunya yang memainkan piano tersebut. Suatu hari petugas mendapati Marie Therese sedang menyalakan air hangat untuk memanaskan kakinya. Petugas jaga pun menanyakan bagaimana ia bisa menyalakan api. Dia menyalakan dengan batu dan baja yang ditinggalkan oleh pegawai penjara bernama Tison. Petugas kemudian melarang Marie melakukan lagi dengan alasan tak ingin terbakar. Petugas juga menanyakan apakah Marie memiliki pisau atau gunting. 

Makanan Marie Therese selama di penjara tidaklah buruk. Ia tetap mendapat ayam, ikan, jamur dan asparagus. Selain itu terdapat hidangan penutup seperti daging manis, kue dan sirup marshmallow. Makanan harus dihidangkan dengan baik, taplak meja juga harus diganti setiap hari.  Ia juga diberikan privasi. Penjaga tidak diperbolehkan masuk ke ruangannya kecuali mengantar dan mengambil peralatan makan kosong. Tidak ada percakapan sampai penjaga pergi dan Marie boleh menutup pintu. Secara pakaian, Marie Therese juga termasuk beruntung. Pemerintah menyisihkan dana untuk mengirimkan kebutuhan itu. Di antaranya adalah korset, pita, handuk, bedak, alat sulam, benang dan sebagainya. Pakaian Marie juga dicucikan. Selain itu Marie juga mendapatkan teh, sirup kuntum jeruk, permen likoris.

Suatu malam, petugas bernama Laurent datang. Ia adalah pria muda kelahiran 25 Juli 1770. Penjaga penjara menunjukkan berbagai macam sebelum pergi. Keesokan hari jam 10 pagi, Laurent datang lagi. Ia menanyakan apakah Marie membutuhkan sesuatu. Laurent sangat sopan terhadap Marie. Laurent merupakan orang yang bertanggungjawab atas Marie dan adik Marie. Ia meminta agar adik Marie diperlakukan dengan lebih baik. Ia memindahkan tempat tidur dari ruangan Marie untuk mengganti tempat tidur adik Marie yang sudah penuh dengan kutu. Laurent kemudian memandikan sang adik. Namun sang adik tetap dibiarkan menempati ruangan seorang diri. Marie pun meminta dipertemukan dengan ibunya, namun Laurent mengatakan itu bukan wewenang dia. Laurent menanyakan apakah Marie sakit, Marie menjawab dirinya tidak sakit, hanya hatinya yang sakit. Laurent berkata :"kamu yang sabar. Percayalah pada kebaikan dan keadilan yang diberikan masyarakat Perancis". Laurent sangat perhatian pada Marie. Ia kerap menanyakan apakah Marie membutuhkan sesuatu, memanggil dirinya jika membutuhkan sesuatu. Ia juga mengembalikan batu dan baja yang sempat diambil petugas. 

Pada awal November 1794, datang seorang pria yang bertugas membantu Laurent. Pria itu bernama Gomin, kelahiran 17 Januari 1757 yang blak-blakan namun memiliki rasa iba yang besar. Gomin sangat terkejut melihat kondisi buruk adik Marie. Ia sampai berniat mengundurkan diri dari tugasnya, namun ia tetap bertahan demi membantu mengurangi penderitaan adik Marie. Adik Marie dibiarkan di dalam ruangan tanpa penerangan dari sore hingga subuh. Bahkan Laurent tidak berusaha mengambil lampu. Namun Gomin melakukannya. Ia bahkan menemani Louis untuk menghibur hatinya. Gomin kemudian membawa Louis turun ke ruangannya, yang membuat Louis gembira.

Tiga kali sehari, Gomin dan Laurent mendatangi Marie Therese untuk memastikan tungku perapiannya tetap menyala, ruangannya bersih dan rapi, makanannya disajikan dengan baik. Namun mereka tidak pernah bercerita tentang apa yang terjadi pada ibu dan bibinya. Pemerintah berusaha menyediakan apapun yang diminta oleh Marie Therese, termasuk menyuplai buku-buku. 

Musim dingin 1794 dilewatkan dengan lebih tenang bagi Marie dan adiknya. Marie bahkan diberikan lebih banyak buku dan kayu bakar.  Adik Marie terserang demam beberapa kali. Ia banyak rebahan di dekat api unggun. Gomin dan Laurent berusaha membawa Louis naik ke atas untuk mendapatkan udara segar, namun Louis hanya di atas kurang dari 15 menit. Lutut Louis semakin membengkak. Tanggal 31 Maret 1795. Laurent kemudian diperintahkan untuk pergi karena ia dituduh bersimpati pada Teroris. Laurent kemudian digantikan oleh Etiene Lasne, seorang tukang cat. Menurut Marie, Lasne juga sama baik dengan Gomin. 

Kondisi adik Marie semakin hari semakin memburuk. Pikiran Louis semakin ringkih akibat perlakuan buruk selama bertahun lamanya. Pemerintah mengirim dokter untuk mengecek Louis. Setelah dokter Dessault wafat, digantikan oleh dokter Dumangin dan dokter bedah Pelletan. Mereka mengatakan bahwa kondisi Louis tak ada harapan lagi. Mereka memberi obat kepada Louis, diminum dengan sulit. 

Sayangnya pada 8 Juni 1795, adik satu-satunya Marie Therese meninggal di dalam ruangannya setelah menderita demam selama delapan hari. Tepatnya jam 3 sore. Ia menderita tuberkulosis.  Autopsi dilakukan untuk memastikan bahwa ia tidak diracun. Obat terakhir yang diminum tidaklah berbahaya. Marie memastikan bahwa yang membuat adiknya meninggal adalah kondisi sang adik yang dibiarkan hidup dalam kondisi sangat kotor, terabaikan selama berbulan-bulan. Dokter autopsi diam-diam mengambil hati adik Marie untuk kemudian diawetkan di rumah. Marie Therese yang berada di ruangan lain tidak diberitahu mengenai kabar duka ini. 

Pada akhir Agustus 1795, Marie Therese akhirnya mengetahui apa yang telah terjadi pada keluarganya. Ia diberitahu oleh Nona Chanterenne yang diutus pemerintah untuk menjenguk. Marie Therese menangis sejadi-jadinya. Penduduk Orleans membuat petisi, meminta Marie Therese untuk dibebaskan. Lalu dikeluarkan pengumuman bahwa pemerintah akan memilih satu orang untuk menemani Marie Therese di penjara, namun tidak menginap. Victoire Madeleine Henriette Hutin mengajukan permohonan. Wanita berusia 34 tahun ini tak lain adalah istri dari bapak Hue. Nyonya Hue mengulangi permohonannya empat kali dalam 3 hari. Permohonan lain datang dari Nyonya Freminville, bekas asisten Marie Therese. Freminville mengklaim bahwa saat Marie Therese masih bayi, ia yang satu-satunya diserahi tanggung jawab merawat. Surat ketiga datang dari Marie Angelique de Mackau. Mackau merupakan salah satu pengasuh Marie Therese dan adiknya. Mackau dan pegawai lain tertinggal di kamar Marie Antoinette saat masa merangsek ke istana Tuileries. Sejak itu, Mackau tidak lagi bertemu dengan Marie Therese dan keluarganya yang dibawa ke penjara Temple. Pemerintah memilih nyonya Mackau. 

Pada awal 1795, Mackau pun mengunjungi Marie Therese untuk pertama kalinya setelah 10 Agustus 1792. Mackau yang sudah uzur, ditambah penderitaan saat ia dipenjara, tampak ringkih. Marie Therese memegang tangan Mackau untuk menapaki tangga. Mackau menutupi dirinya dengan topi putih agar tak terkena sinar matahari. Marie Therese menggunakan tangan satunya untuk mengambil topi itu dan menutupi wajah Mackau. Sejak Marie Therese diperbolehkan keluar ruangan lagi, ia membiasakan diri berjalan di taman dari jam 5 sore hingga senja. Nyonya Mackau tetap berada di Temple hingga jam 7 malam. Namun tidak sepenuhnya mereka menghabiskan waktu di taman. Selain Mackau, pengasuh lain bernama Nyonya Tourzel juga berhasil mengunjungi Marie Therese. Ia pula yang menyampaikan pesan mendiang ayah Marie bahwa Marie harus menikah dengan kakak sepupunya, yaitu Louis Antoine. 

 Nyonya Tourzel merupakan satu-satunya pengasuh yang menemani keluarga Marie melarikan diri keluar Paris pada Juni 1791 silam.  Meskipun kunjungan Mackau dan Tourzel sangat membahagiakan Marie Therese, namun nyonya Chanterenne tidak menyukainya. Putri Nyonya Tourzel bernama Pauline, sebaya dengan Marie Therese. Mereka mengikuti keluarga Marie Therese hingga ke penjara Temple dan tinggal di sana sekitar 10 hari sebelum dipisah secara paksa (lihat kisah di atas). Secara diam-diam, nyonya Tourzel masih menjalin kontak dengan sang majikan yang tinggal di Verona. Ia memproklamirkan dirinya sebagai raja Louis XVIII setelah mengetahui kematian sang keponakan. Tourzel menyampaikan surat dari sang paman kepada keponakan di penjara Temple. Marie Therese berhasil menyelipkan surat balasan untuk sang paman, meskipun ia dan Tourzel diawasi ketat oleh nyonya Chanterenne. 

Kemudian datang Stephanie Louise de Bourbon datang menjenguk. Sekedar informasi, Stephanie adalah cicit dari raja Louis XIV. Jadi dia adalah sepupu jauh Marie Therese. Setelah mengenal siapa wanita kelahiran 1862 itu, Marie Therese memeluk dan mencium Stephanie berulang kali. Ia juga memberi berbagai pertanyaan seperti : kenapa dia tidak membawa peralatan jahit? apakah pemerintah melindungi dirinya? Hidupnya selama ini bagaimana? Apakah ia datang jalan kaki atau naik kereta? dan seterusnya. Marie Therese dan Stephanie duduk berdampingan, menghadap ke nyonya Chanterenne. Sejak hari itu, Stephanie setiap hari mengunjungi Marie Therese. Suatu ketika, Marie Therese mengeluhkan ruangannya yang penuh dengan kutu. Stephanie menuju ke kantor pemerintah, dan meminta ruangan Marie Therese dibersihkan. Ia tidak beranjak dari kantor hingga malam, sebelum permintaannya ditanggapi dengan baik. Pada malam yang sama, tempat tidur Marie Therese dibawa keluar ruangan. 

Marie Therese selalu memuji Stephanie sebagai nama yang bagus. Melihat Marie Therese mengagumi keranjang kecil yang ada di tas bawaan Stephanie, ia pun memberikannya kepada Marie Therese. Juga cincin pemberian ayah Marie Therese ke Stephanie. Kemudian Marie Therese mengingatkan Stephanie untuk pergi ke kantor pemerintahan dan mengatakan bahwa bukan dirinya (Marie Therese) yang meminta untuk didatangkan nyonya Chanterenne, melainkan pemerintah yang memilih dan mendatangkan. 

Pada akhir musim panas 1795, Marie Therese sudah diperbolehkan berjalan-jalan keluar ruangan. Lasne dan Gomin selalu mengawasi Marie Therese. Jika ada yang mengunjungi, tamu itu selalu menghabiskan waktu seharian penuh bersama Marie Therese dan makan malam bersama. Gomin dan Lasne memberikan anjing bernama Coco. Anjing ini adalah milik mendiang sang adik. Marie Therese juga diberikan seekor kambing, yang mengikutinya kemanapun dia pergi. Kesetiaan dua hewan ini menghibur semua penghuni penjara Temple. 

Bapak Hue yang dipaksa keluar dari penjara Temple sejak September 1792, ia gagal mendapat ijin untuk mengunjungi Marie Therese. Ia menyewa sebuah kamar yang memiliki jendela menghadap ke taman penjara Temple. Dari jendela itu, bapak Hue bisa melihat Marie Therese saat duduk di bawah pohon kastanye. Sementara pengasuh Tourzel tetap datang bersama Pauline dengan berjalan kaki. Mereka sengaja datang sepagi mungkin agar bisa melewatkan waktu selama mungkin dengan Marie Therese. Saat kembali ke rumah, seorang tetangga memberitahu Tourzel bahwa rumahnya sudah dijaga tentara. Saat masuk, Tourzel ditahan dan diinterogasi selama 2 jam. TOurzel mendekam di tahanan selama 3 hari. Apa alasannya? Mungkin ada orang yang membocorkan bahwa TOurzel merupakan "perantara rahasia" yang menghubungkan Marie Therese dengan sang paman di pengasingan. Marie Therese juga ikut diinterogasi. Untuk sementara waktu, ia dilarang menerima kunjungan. Sekali lagi, Temple menjadi penjara bagi Marie Therese.

Setelah situasi politik Terror selesai, Marie diperbolehkan meninggalkan Perancis. Ia dibebaskan tepat satu hari sebelum ia berulang tahun ke-17, tepatnya pada 18 Desember 1795. Ia ditukar dengan enam tahanan warga Perancis yang merupakan tokoh penting. Marie kemudian hendak dibawa ke Vienna, ibukota Austria. Adalah sepupu Marie, kaisar Francis II yang bertahta. Di dalam tahanan, Marie diminta untuk memilih siapa saja yang ia inginkan untuk mengantar dirinya, melalui surat.

Ia pertama memilih Nyonya Serent (Bonnie Marie Felicite de Serent, kelahiran 1737) atas pertimbangan ia membutuhkan seseorang yang bisa memberi nasehat setelah bertahun-tahun hidupnya terisolasi dari dunia luar. Namun jika ia diperbolehkan memilih seorang lagi, ia akan memilih Nyonya Soucy. Alasannya ia ingin membalas budi ibunda Nyonya Soucy yang telah mengasuh dirinya selama 14 tahun. Ia juga sangat menginginkan untuk membawa Bapak Hue, yang menjadi salah satu pegawai sang ayah yang bertahan saat sang ayah masih dipenjara. Sesaat sebelum dieksekusi, ayah Marie "menyerahkan" bapak Hue kepada Marie.

Lebih lanjut Marie menyebut apabila ada seorang petugas penjara hendak menemani dirinya, ia akan memilih bapak Gomin. Marie mengatakan bapak Gomin lah yang pertama mengurangi penderitaan dia di penjara sehingga ia mempercayai bapak Gomin. Dari semua permintaan yang ia tulis kepada Benezech, Marie yakin bahwa akan dikabulkan sesuai dengan janji yang diberikan kepadanya. 

Pada akhirnya perjalanan Marie Therese benar ditemani oleh orang-orang yang seperti dia minta kecuali Nyonya Mackau sebab sudah terlampau tua dan ringkih untuk perjalanan jauh. Itu mengapa Marie Therese menjatuhkan pilihan ke anak perempuan Mackau yang bernama Soucy. Soucy membawa anak lelakinya yang berusia 17 tahun bernama Pierre. Selain itu, Marie ditemani oleh bapak Hue, tukang masak di penjara Temple bernama Meunier, Baron sang juru kunci kamarnya dan Catherine Varennes, asisten rumah tangga. Di hari terakhirnya di penjara Temple, Marie berjalan ke taman, ia menghormat kepada orang-orang yang selama ini memberi simpati mereka melalui jendela rumah mereka masing-masing.

Marie berangkat pada 18 Desember 1795  tengah malam dengan nama Sophie, duduk ditemani oleh Soucy dan pengawal bernama Mechin (yang menyamar sebagai ayah Sophie) dan Gomin. Di kereta berikutnya adalah bapak Hue, Baron, Meunier, Pierre dan Catherine. 

Istana Austria bersiap menyambut kedatangan Marie. Kamar bekas mendiang kaisar Leopold II dan istrinya dipersiapkan. Leopold II merupakan paman Marie. Dalam perjalanan dari Huningen ke kota Bale di Swiss, mereka berhenti. Pak Bacher meminta Marie menunggu di dalam kereta namun ia tetap keluar.  Tangan Marie bersandar pada asisten penata rambut, kemudian Pak Bacher menuntun Marie dengan tangannya. Mereka disambut oleh dua orang utusan kaisar Austria, Pangeran Gavre dan Pak d'Egelmann. Bacher mengatakan "saya ditugaskan untuk menyerahkan kepada anda, seorang Nona Perancis". Marie mengatakan "ah pak, saya tidak lupa bahwa saya seorang wanita Perancis".  Mereka juga diberikan makanan minuman. Marie mendengar seorang pelayan berbicara dalam bahasa Perancis, menanyakan apakah ia berasal dari negara itu. Setelah dijawab tidak, Marie mengatakan beruntung bahwa wanita itu bukan warga Perancis. Banyak yang heran mengapa seorang putri Perancis membawa seekor anjing yang jelek dan tampak sangat dekat dengannya. Marie mengatakan anjing itu mengingatkan dirinya pada mendiang Louis, sang adik tercinta. Matanya berkaca-kaca. Di kota ini, Gomin dan Baron tidak diperbolehkan melanjutkan perjalanan ke Vienna. (Gomin dan Baron disebut muncul lagi di penjara Temple pada 4 Mei 1796. Keduanya menerima gaji dan kemudian pak Gomin menghilang). 

Marie mengatakan ia juga membawa serta seorang wanita tua dan Meunier, salah satu tukang masak mendiang ayahnya. Sementara wanita itu memperlakukan dia dengan sangat baik. Ia berharap bahwa kerajaan Austria tidak keberatan dengan dua orang itu. Lanjut Marie lagi, dua orang itu yang berkeinginan mengikuti dia dan tidak ingin meninggalkan dirinya.  Wanita tua itu berkata "pak, hati (Marie Therese) itu baik, wajahnya manis

Pada 26 Desember 1795 malam, rombongan Marie tiba di Lorrach, sebuah kota kecil di Jerman yang dekat dengan perbatasan Perancis dan Swiss. Keesokan hari, Marie mengikuti kebaktian misa di gereja lokal di Lorrach. Tanggal 2 Januari 1795, Marie bertemu dengan bibinya, yaitu Marie Elisabeth. Sang bibi yang tidak menikah, merupakan petinggi di komunitas Katolik di Innsbruck. Setelah menginap dua hari, rombongan melanjutkan ke Salzburg. Perjalanan menjadi sangat sulit, karena tanah yang berlumpur atau tertutup salju, ditambah jalan yang sempit. Tanggal 6 Januari, rombongan berhenti sejenak di Welz. Di sini, Marie bertemu dengan Clery yang datang dari Vienna, Austria. Marie Therese dan rombongan tiba di Vienna pada 9 Januari 1796.

Adalah nyonya Soucy yang diminta untuk segera meninggalkan Austria. Uang sudah dibayarkan dan kereta sudah dipersiapkan. Ia bahkan sudah memberitahu tanggal pasti kepergiannya kepada raja, namun nyatanya ia tak kunjung berangkat. Nyonya Soucy mengingatkan bahwa orang tua Marie Therese menginginkan dia menikahi Louis Antoine, Adipati Angouleme. Ia tahu bahwa Marie Therese hendak dijodohkan dengan adik sang kaisar yaitu Adipati Agung Charles. 

Sekali lagi Marie mengirim surat untuk nyonya Soucy, meminta menyampaikan pesan ke nyonya Chanterenne di Paris untuk tidak menemui dirinya di Vienna, karena akan percuma. Juga menyampaikan Mademoiselle Dubuquoi di Paris untuk mengirimkan keset yang dirajut oleh mendiang ibunya. Marie juga menjelaskan bahwa ia sudah berkomunikasi dengan raja Louis XVIII dan mendapat balasan. Kaisar (Francis II) memperlakukan dirinya dengan baik. 

Sementara Bapak Hue dan Clery belum mengetahui bagaimana nasib mereka ke depan, khawatir bakal sama dengan nyonya Soucy, diminta untuk segera meninggalkan Vienna. Bapak Hue yang sejak 9 Januari berada di Vienna, kerap dihantui ketakutan akan diusir oleh polisi Austria. Sang paman, raja Louis XVIII berjuang untuk mendapatkan hak asuh Marie sejak ia dibebaskan dari penjara Temple pada Desember 1795. Marie Therese menetap di Austria selama 3,5 tahun. Hingga pada Mei 1799, kaisar Francis II, yang juga sepupu Marie, rela untuk melepas Marie. Waktu yang lama ini juga disebabkan oleh kepindahan Louis XVIII beberapa kali yaitu dari Verona menuju ke Blakenburg, dan dari Blakenburg menuju ke Courland. Kaisar Russia Paul I menawarkan Louis untuk menempati istana Mitau. Kaisar Paul I bahkan menjamin keselamatan Louis sekeluarga dan juga memberikan dana dalam jumlah banyak. Meskipun ternyata ini hanya sementara waktu. 

Marie menyusul sang paman yaitu raja Louis XVIII ke istana Mitau pada 4 Mei 1799. Perjalanan dari Vienna ke Mitau merupakan perjalanan sangat panjang dan melelahkan, membutuhkan waktu sebulan (kalau sekarang, hanya butuh 2 jam dengan pesawat). Mengetahui Marie sudah mendekat, sang paman bersama keponakan laki-lakinya segera menaiki kereta menuju ke tempat pertemuan. Marie melihat sang paman, ia meminta kereta segera dihentikan. Ia segera turun, berlari menuju sang paman. Sang paman memeluk keponakan perempuan semata wayangnya dengan erat. Sang paman berusaha mengangkat Marie yang hendak memeluk kakinya.  Hari terakhir Marie bertemu sang paman adalah pada 20 Juni 1791 malam, saat mereka bersiap untuk melarikan diri dari Tuileries menuju ke Montmeidy. Sang paman dan istrinya mengambil rute lain dan tiba di Verona dengan selamat. Sementara rombongan Marie lebih bernasib malang dan dipaksa kembali ke Paris dan berakhir di penjara Temple. "Akhirnya saya ketemu kamu lagi, saya senang. Jagalah saya, jadilah ayah saya"pinta Marie. Paman Marie sangat terharu sampai ia tak bisa berucap. 

Ia memperkenalkan Louis Antoine, Adipati Angouleme, sang calon suami yang juga kakak sepupu Marie. Mereka tentu sudah saling mengenal saat tinggal bersama di Versailles, sekitar 10 tahun silam. Pada 16 Juli 1789, Louis Antoine bersama adik laki-laki, kedua orang tuanya yaitu Charles Philippe dan istri beserta beberapa pegawai, melarikan diri keluar dari Perancis. Mereka kemudian menetap di Turin, Italia. Italia merupakan negara ayah mertua Charles yang juga ayah mertua Louis Stanislas Xavier (Kakak beradik menikahi kakak beradik dari Italia). Louis Antoine meneteskan air mata saat mencium tangan Marie. 

Kemudian mereka menuju ke istana, bertemu dengan ratu Marie Josephine yang saat itu hidup terpisah di Schleswig-Holstein. Istana menjadi riuh suka cita menyambut kehadiran Marie. Orang ketiga yang ditemui Marie setiba di Mitau adalah romo Edgeworth de Firmont, romo yang mendampingi ayah Marie saat menghadapi ajal. Mitau merupakan istana yang cukup besar, yang pintu masuknya menghadap ke aliran sungai. Di istana ini, paman Marie bisa menjalankan "kerajaannya". Kesibukan Marie berikutnya adalah segera menulis surat untuk Kaisar Paul I. Setelahnya, ia berbincang dengan Romo Edgeworth secara tertutup. 

Pada 10 Juni 1799,  Marie Therese menikah di gedung agung Mitau, yang diubah menjadi chapel sementara waktu. Konon Charles Philippe menentang pernikahan ini, namun sang kakak yaitu raja Louis XVIII sangat mendukung. Pernikahan ini dihadiri oleh Nyonya Serent dan Nyonya Tourzel. Altar berhiaskan bebungaan.  Romo Edgeworth sangat terharu melihat upacara ini, sebab ia pula yang melihat bagaimana ayah Marie meneteskan darah 6,5 tahun sebelumnya dan melihat keajaiban Marie lolos dari kekejaman. 

Pada Januari 1801, kaisar Paul I meminta Louis XVIII meninggalkan istana Mitau. Demi membiayai keluar dari Rusia, diadakan lelang barang-barang. Marie Therese terpaksa menjual kalung berlian yang merupakan hadiah pernikahan dari kaisar Paul I. Marie juga memohon permaisuri Jerman, Louise untuk memberikan tempat untuknya dan keluarganya di Prussia (permaisuri Jerman ini memiliki keturunan yang masih hidup hingga kini).Permaisuri setuju namun mereka harus menggunakan nama samaran. Rombongan Marie harus menempuh perjalanan sulit dari istana Mitau menuju ke istana Lazienki di Warsawa, Polandia. Setelah pemisahan Polandia, saat itu Polandia selatan menjadi bagian dari Prussia. Setiba di istana Lazienki, mereka mendapat kabar bahwa kaisar Paul I wafat. Paman Marie mengirim surat meminta penerus Paul yaitu kaisar Alexander I untuk membiarkan mereka kembali ke istana Mitau. Pada 1804, mereka kembali lagi ke istana Mitau. Kehidupan di bawah Alexander I tidaklah semegah waktu di bawah sang ayah sebab Paul I memberikan uang yang sangat banyak. Kaisar Alexander I meminta Louis untuk keluar karena ia tak lagi bisa menjamin keselamatan Louis. 

Pada Juli 1807, Louis dan rombongan menaiki kapal perang menuju ke Stockholm, Swedia. Di Swedia selama empat bulan, kemudian ia menuju ke Inggris dan tinggal di gedung Gosfield yang disewakan oleh Marquess Buckingham. Kemudian pindah lagi ke rumah Hartwell di Inggris Selatan dan membayar sewa per tahun. Pangeran Wales (yang kemudian menjadi raja George IV), sangat royal kepada keluarga Bourbon ini. Ia memberikan perlindungan politik tetap dan juga dana yang amat sangat banyak. Louis mengajak istrinya menetap di rumah Hartwell. Marie Josephine wafat pada 13 November 1810. 

Mei 1814, saat pamannya berhasil mengembalikan kerajaan Bourbon, memutuskan menempati istana Tuileries. Marie Therese sempat pingsan melihat istana ini, teringat bagaimana ia dan keluarganya ditahan di istana ini.