Monday, August 18, 2014

Kisah Nyata Putri Alice Dari Inggris, Memiliki Pekerja Berdarah Jawa.


Ini bukan kisah Alice in Wonderland, melainkan seorang putri Inggris. Nama lengkap Alice adalah Alice Maud Mary, lahir di pagi hari pada tanggal 25 April 1843. Ia terlahir sebagai seorang putri Inggris, anak ketiga putri kedua dari pasangan Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Alice kelak menjadi nenek buyut dari pangeran Philip Inggris, suami ratu Elizabeth II.
Beberapa minggu setelah kelahiran Alice, sang ibu mengisahkan betapa kedua kakak Alice yaitu putri Victoria/Vicky dan pangeran Edward sangat gembira memiliki adik baru.
Banyak orang yang menduga bahwa Pangeran Albert, sang ayahanda akan kecewa mengetahui bahwa anak ketiganya adalah perempuan (lagi). Namun dugaan tersebut salah besar sebab nyatanya pangeran Albert dan Ratu Victoria sangat bahagia dengan kehadiran Alice.
Sejarah mengenang pangeran Albert sebagai sosok ayah yang teladan dan dihormati oleh seluruh anak-anaknya. Putri Alice dan adik bungsunya yaitu putri Beatrice membawa penyakit hemofilia dari ratu Victoria yang diturunkan ke anak-anak mereka. Sementara adik putri Alice yang bernama pangeran Leopold menderita hemofilia. Mengapa wanita hanya menjadi pembawa? Sebab wanita memiliki 2 kromosom X. Apabila satu kromosom terdampak hemofilia, maka wanita masih memiliki satu lagi kromosom X yang masih baik. 

ALICE DENGAN SAUDARA-SAUDARINYA
Tak cukup sampai di situ, ada pula yang tega membandingkan wajah Alice dengan sang kakak perempuan, putri Vicky. Disebut bahwa Vicky memiliki wajah bak boneka, sementara Alice memiliki wajah melankolis yang tampak selalu sedih. Saat berulang tahun yang keempat, Alice kecil mendapat hadiah seekor domba yang diberi nama Milly. Alice mencium hidung si domba sambil bertanya :"milly,kamu suka aku gak?"
Oleh karena Alice memiliki usia yang tak berbeda jauh dari kedua kakaknya dan kemudian adik lelakinya, pangeran Alfred, maka Alice memiliki hubungan yang sangat dekat dengan mereka. Keempatnya diasuh oleh wanita bernama Lyttleton.
Suatu hari, Vicky dan Alice berjalan-jalan mengitari istana. Kemudian mereka bertemu dengan seorang pembantu wanita yang sedang mengecat jeruji hitam. Dengan manis, kedua kakak beradik ini menawarkan bantuan. Namun sebelum wanita muda tersebut mengatakan iya atau tidak, keduanya langsung merebut kuas dan menorehkan ke wajah dan pakaian wanita malang tersebut. Vicky dan Alice pun tertawa atas tindakan mereka.
Saat remaja, Alice tumbuh menjadi perempuan yang sangat alim, manis dan penyayang. Sifat Alice menuruni sang ayah, yaitu sangat cerdas. Pribadi Alice yang lain adalah sensitif dan ketus.


PERTUNANGAN ALICE
Kakak sulung Alice yaitu putri Vicky ditugasi oleh ratu Victoria untuk mencari calon istri bagi sang adik yaitu Bertie/Albert Edward. Ia pun menuju ke Hesse, Jerman untuk melihat putri Anna.  Meskipun putri Vicky tidak terkesan dengan putri Anna, namun ia terkesan dengan kakak lelaki Anna yaitu pangeran Louis. Putri Vicky merasa bahwa pangeran Louis cocok bagi sang adik, Alice. Pada Juni 1860, Louis dan adik lelakinya yaitu Henri diundang ke kastil Windsor oleh ratu Victoria untuk menonton balap kuda. Namun tujuan sebenarnya adalah agar ratu Victoria bisa mengenal lebih dekat calon pendamping Alice. Ratu Victoria melihat bahwa Alice lebih akrab bersama Louis daripada sang adik. Putri Vicky segera menulis surat kepada ibunda Louis bahwa sang putra nampak tertarik dengan adiknya. Sementara pangeran Albert menulis surat kepada Baron Stockmar di Jerman bahwa antara Alice dan Louis telah terbentuk rasa suka dan berharap ada kelanjutan sikap dari keluarga Louis di Jerman. Pada musim gugur 1860, Albert dan Victoria menuju ke Jerman. Sekembalinya dari Jerman, mereka berharap agar pangeran Louis datang lagi ke Inggris untuk kedua kalinya. Pangeran Louis datang lagi ke kastil Windsor pada November 1860. Setelah makan malam, Louis dan Alice tampak berbincang di depan perapian. Keduanya menghampiri ratu Victoria yang berjalan hendak menuju ke ruang sebelah. Alice yang nampak gelisah memberitahu sang ibunda bahwa Louis baru saja melamar dirinya. Louis memohon restu dari sang ratu. Ratu Victoria meremas tangan Louis sambil menjawab "Tentu Saja".  Pangeran Albert mengajak Louis masuk ke ruangannya dan kemudian memanggil Alice. Setelah lamaran tersebut, pangeran Louis tetap berada di Inggris dan melewatkan hari natal bersama keluarga besar Alice. Pangeran Louis kembali ke Jerman pada 28 Desember 1860 dan berencana akan kembali pada musim semi 1861. Kemudian Alice melewatkan sebagian besar waktunya merawat sang nenek, Victoria Adipati Kent yang terbaring sakit akibat kanker. Pada Maret 1861, sang nenek wafat di usia 74 tahun. Sang ibunda yang pernah menjauh dari sang nenek sangat bersedih. Saking sedihnya, pangeran Albert merasa tak berdaya menghibur sang istri dan meminta bantuan Alice. Pangeran Albert pun mengambil alih tugas sehingga membuatnya semakin kelelahan dan kurang istirahat. Tak lama setelahnya, kakak Alice yaitu pangeran Edward/Bertie masuk ke militer dan tinggal di asrama. Pangeran Louis datang lagi pada bulan September 1861 dan ia ikut keluarga Alice menuju ke Skotlandia. Keluarga Alice juga menyiapkan calon istri bagi Bertie. Pilihan jatuh pada Alexandra, putri Denmark (kelak ia menjadi ratu Inggris pada 22 Januari 1901 dan merupakan nenek buyut dari ratu Elizabeth II). Pada masa kemiliteran, Bertie terlibat hubungan intim dengan Nelie Clifden. Namun hubungan ini baru diketahui beberapa bulan kemudian, yaitu saat Bertie sudah di Universitas di Cambridge. Dalam kondisi kesehatan kurang baik, pangeran Albert mendatangi Bertie di Cambridge. Keduanya berjalan jauh di bawah guyuran hujan. Saat pangeran Albert kembali ke kastil Windsor, staminanya seakan hampir habis. Kondisi ini membuat Albert bahkan tak sanggup memegang pena.


ALICE MERAWAT SANG AYAH
Pada minggu ketiga November 1861, pangeran Albert hanya mampu berbaring di ranjang di sebuah ruang berwarna biru, dalam kastil Windsor. Dokter mendiagnosa Albert terkena demam tifoid, penyakit yang telah merenggut nyawa dua sepupu Albert di Portugal pada awal November 1861. Alice lah yang dengan penuh kasih sayang merawat sang ayah. Bahkan boleh dikatakan bahwa Alice bertindak sebagai kepala perawat yang memerintahkan para pelayan rutin mengganti sprei dan sarung bantal, yang kerap membacakan buku untuk sang ayah yang sedang terbaring. Ia juga memerintahkan pelayan untuk memindahkan piano ke ruang biru tempat sang ayah dirawat sehingga ia dapat menghibur sang ayah dengan lagu-lagu yang dimainkan. Usia Alice saat itu baru menginjak 18 tahun. Ketegaran Alice sangat dikagumi oleh anggota keluarga yang lain. Alice menyadari bahwa ketegaran ayah dan ibunya sangat bergantung pada ketegarannya, dan ia mengatur dirinya untuk tugas merawat sang ayah. Sang ayah selalu menceritakan dengan terus terang tentang kondisinya dan mengutarakan beberapa keinginan. Albert tak mampu menceritakan kepada istri, ratu Victoria sebab Victoria langsung memejamkan matanya dan tak tahan untuk mendengar.
Alice melihat bahwa ia harus berbuat lain, ia tak memperbolehkan dirinya menangis di depan sang ayah atau membiarkan suaranya bergetar menahan tangis. Alice duduk di sebelah ranjang tempat Albert berbaring, mendengarkan semua perkataan Albert. Jika Alice merasa mulai tak kuat, ia pun berjalan dengan tenang ke kamarnya dan lekas kembali ke ruang biru dengan wajah yang tenang dan pucat, tanpa ekpresi kesedihan yang telah ia lalui. 
Picture Courtesy of a Website

HARI MINGGU TERAKHIR BERSAMA AYAH
Hari Minggu terakhir bagi Albert di dunia adalah hari yang sangat penuh berkat bagi putri Alice. Ia adalah satu-satunya anggota keluarga yang melewatkan siang hanya berdua dengan ayah tercinta. Kondisi Albert sangat lemah dan sangat parah. Anggota keluarga yang lain, termasuk ratu Victoria sedang di gereja. Albert memohon agar sofa tempat ia berbaring digeser ke tepi jendela sehingga ia dapat melihat langit dan awan yang bergerak. Kemudian Albert meminta Alice untuk memainkan beberapa lagu hymne religi seperti The Tower Of God/ Menara Tuhan serta Rock Of Ages. Setelah memainkan beberapa lagu, sejenak Alice melihat ke arah sang ayah yang terbaring. Tangan Albert melipat seperti sedang berdoa dan matanya terpejam. Albert berbaring tanpa bergerak sangat lama sehingga Alice mengira Albert tertidur. Tak lama setelah Alice memandangi wajah tenang Albert, Albert pun membuka mata dan tersenyum. Alice pun menanyakan dengan lembut "apakah kau sudah tertidur, papa sayang?". Ternyata pangeran Albert hanya memejamkan mata, ia pun menjawab "oh tidak, hanya saja aku memikirkan kenangan yang begitu manis..."
Selama sakit, tangan Albert seringkali terlipat seperti orang yang sedang berdoa, dan saat ia tak berbicara, wajah tenangnya menampakkan seolah "kenangan bahagia" selalu bersamanya hingga ia wafat.


AYAH TERCINTA WAFAT
Pada 14 Desember 1861 pagi, dokter yang merawat Albert merasakan kemajuan yang berarti dari kesehatan Albert. Denyut nadi Albert terdengar lebih cepat dari biasanya, mereka pun optimis bahwa Albert akan segera pulih. Namun ternyata hal itu hanya sesaat saja, sebab siang harinya kondisi Albert justru menurun. Suntikan brandy yang diberikan dokter seakan tidak ada arti.
Pernafasan Albert terputus-putus sehingga ratu Victoria segera dipanggil untuk melihat kondisi sang suami. Ratu Victoria langsung mengatakan "oh aku tahu, ini adalah kematian. Aku sudah melihat ini sebelumnya". Seperti yang kita ketahui bahwa ibu kandung Victoria meninggal akibat penyakit kanker pada bulan Maret 1861, sehingga ia mengetahui persis bagaimana ajal menjemput seseorang yang sedang sakit parah. Kondisi Albert demikian membuatnya tak mengenal lagi orang-orang di sekelilingnya terkecuali ratu Victoria dan sekretaris pribadi Albert. Albert menggumam dalam bahasa Jerman :"Istri Kecil Yang Baik".  Setelah beberapa saat, ratu Victoria pun mendekat ke sisi sang suami tercinta. Dalam bahasa Jerman, ia membisikkan "ini istri kecilmu.". Sesaat, kepala Albert tampak bergerak mengenali suara sang istri. Di dalam ruang tersebut terdapat banyak orang, namun hanya empat anak mereka yang hadir. Putri Vicky sudah menikah dan mengikuti sang suami menetap di Jerman. Pangeran Alfred berada di laut sebagai tentara maritim. Pangeran Leopold berada di Perancis untuk memulihkan kesehatannya akibat hemofilia. Semula ratu Victoria tidak menginginkan putri Alice mengirim surat untuk memberitahu pangeran Edward yang sedang bersekolah di universitas Cambridge. Namun menyadari bahwa usia ayahnya tak lagi lama, putri Alice bertindak cepat.  Pangeran Edward datang tepat pada waktunya, ia mencium tangan sang ayah yang sedang sekarat. Pangeran Albert menatap sang putra dan tersenyum. Pangeran Albert pun menghembuskan nafas terakhir pada jam 11 malam, lonceng kematian segera didentangkan. Ratu Victoria terpaku dengan segala kesedihan yang ia rasakan. Anak-anak Victoria berusaha memapah sang ibu menuju ke ruang lain, namun langkah Victoria terasa sangat berat bak batu besar mengganjal. Ratu Victoria tiba-tiba menuju ke ruang rawat anak. Ia mengangkat putri Beatrice yang tertidur pulas dan memindahkan ke kamar tidurnya. Ratu menyelimuti Beatrice dengan pakaian tidur pangeran Albert. Ratu Victoria menangis semalaman, kemudian tertidur namun terbangun kembali dan menangis kembali. Dokter pun memberi Victoria obat penenang agar ia dapat beristirahat dan menyarankan agar ratu Victoria tidak mencium jenazah Albert. Petugas kerajaan mengambil foto terakhir jenazah Albert yang wajahnya sudah dibalut oleh kain. Karena kesedihan yang sangat, Ratu Victoria tidak menghadiri pemakaman Albert di mausoleum Frogmore. Sebuah eufigi berwarna putih (patung jenazah Albert) diletakkan di atas kuburan Albert.
Ratu Victoria pun memutuskan pindah ke rumah yang dibeli dan didirikan oleh pangeran Albert di Isle Of Wright, Rumah Osborne. Selanjutnya dalam sejarah disebutkan bahwa Victoria menghabiskan sisa hidupnya mengenakan pakaian hitam tanda berkabung hingga diikuti oleh seluruh pelayan istana. Ratu Victoria mendapatkan julukan sebagai janda Windsor.
 Berbagai patung dan monumen pun dibuat demi mengenang sang suami tercinta, dan ratu Victoria menolak untuk menghadiri tugas kenegaraan selama bertahun-tahun sehingga istana Buckingham sempat kosong selama 2 tahun. Salah satu monumen segitiga didirikan di atas bukit menggambarkan betapa dalam rasa kehilangan ratu Victoria. Tertulis : Didirikan untuk pangeran Albert oleh jandanya yang patah hati. Ratu Victoria juga mengatakan "wafatnya Albert seakan menarik daging terlepas dari tulangku. Bagaimana aku bisa hidup tanpa Albert di sisiku?"
Sepeninggal Albert, ratu Victoria seolah tenggelam dalam keterpurukan. Pada masa ini, Alice berperan besar menggantikan tugas sang ibunda sebagai sekretaris yang tak formal. Ia juga menemani sang ibunda hingga tidur bersama. Hal ini ia lakukan selama beberapa bulan hingga hari pernikahannya.

PERNIKAHAN ALICE
 Meski pangeran Albert telah tiada, namun segala keinginannya sangat dituruti oleh sang istri dan berikut anak-anaknya, termasuk keinginan agar Alice menikah.  Pangeran Albert dan Ratu Victoria telah menyiapkan sebuah gelang biru lapis emas, bergambar wajah Alice dan sebuah kapal. Di lapisan emas (bagian dalam terukir nama Alice beserta nama kedua orang tuanya.) Rencana pernikahan Alice tidak diundur. Pernikahan dilangsungkan di rumah Osborne, Isle of Wright pada 1 Juli 1862. Ruang depan diubah menjadi chapel kecil. Ratu Victoria duduk di sebuah kursi sambil menahan tangis, pandangan matanya tak berhenti menatap foto Albert. Sementara pangeran Edward dan pangeran Alfred tak berhenti menangis sepanjang prosesi. Putri Helena, Louise serta Beatrice bertindak sebagai pengiring Ernest II, kakak kandung pangeran Albert bertindak selaku pengganti ayah yang mengantarkan Alice kepada pemimpin prosesi untuk dinikahkan.Ernest memang salah satu orang tua baptis putri Alice. Sebagai kakak sulung, putri kerajaan Vicky sangat ingin hadir namun ia sedang hamil besar dan setiap saat dapat melahirkan. Ratu Victoria menulis surat kepada putri sulung, putri Vicky bahwa pernikahan Alice lebih mirip sebagai pemakaman ketimbang pernikahan. Foto pangeran Albert terpasang di atas mereka seolah menyaksikan keduanya menerima pemberkatan pernikahan.


KEHIDUPAN SETELAH MENIKAH
Setelah menikah, Alice mengikuti sang suami menetap Jerman. Keduanya menetap di kota Darmstadt. Sebenarnya Alice tidaklah sendirian di Jerman. Ada kakak sulung yaitu putri Vicky berada di Potsdam. Ada paman Alice yaitu Ernest di Coburg. Pada September 1862, ratu Victoria mengijinkan adik Alice yang bernama pangeran Arthur untuk menjenguk Alice. Pada Desember 1862, Alice yang sedang mengandung dan sang suami datang ke Inggris. Tepat pada 18 Desember 1862, jasad ayahanda Alice yaitu pangeran Albert dipindah ke makam Frogmore. Pemindahan ini disaksikan oleh pangeran Edward/Bertie, pangeran Arthur, pangeran Leopold dan juga suami Alice.
Pada Maret 1863 dan dalam kondisi hamil tua, Alice dan suami menghadiri pernikahan Bertie dan Alexandra. Pada 5 April 1863, Alice melahirkan putri sulungnya yang ia beri nama Victoria Alberta Elizabeth Matilda di kastil Windsor. Persalinan ini dihadiri oleh sang ibunda, ratu Victoria. Sehari kemudian, Darmstadt di Jerman mengumumkan kelahiran Victoria dengan tembakan salvo 21 kali. Pada 27 April 1863, Victoria dibaptis di kastil Windsor. Tahun-tahun berikutnya Alice dikaruniai enam orang anak yaitu Elisabeth/Ella, Irene, Ernst, Frittie, Alix dan Marie/May. Pada Juni 1863, rumah tangga Alice mendapat pekerja baru bernama Willem Jerve Koetjie. Willem baru berusia 13 tahun sebab ia lahir pada 1850. Ayah Willem adalah pria berdarah Afrika sementara ibunya berdarah Jawa. Willem disebutkan buta huruf dan tidak memiliki agama. Orang tua Willem menyerahkan Willem kepada Tuan Baron Schenk Schmittburg sebagai tanda terima kasih atas jasa yang sudah diberikan. Willem bekerja pada tuan Baron selama dua tahun sebelum diserahkan kepada Alice. Pada Agustus 1863, ratu Victoria datang ke Jerman bersama putri Helena, putri Louise, putri Beatrice dan pangeran Alfred. Ini adalah kunjungan pertama ratu Victoria ke kota kelahiran sang suami. Alice datang ke Coburg menemui sang ibunda dan saudara-saudaranya. Kemudian mereka menuju ke kota Kranichstein, tempat Alice dan suami menetap. Beberapa minggu kemudian, Alice bersama suami dan putri kecilnya menuju ke istana Balmoral, Skotlandia. Di sana rutin diadakan reuni keluarga. Namun pada November, Alice dan keluarga kecilnya kembali ke Jerman. Hari natal 1863 adalah natal pertama kali Alice di Jerman.

KEHIDUPAN PERNIKAHAN BERSAMA ANAK-ANAK 
Putri pertama Alice dan Louis kelak akan menjadi nenek dari pangeran Philip. Alice menyebut Victoria kecil sangat cantik, gemuk, berpipi merah muda dan suka lelucon. Pada Mei 1864, adik ipar Alice yang bernama putri Anna melangsungkan pernikahan. Putri Anna adalah adik perempuan semata wayang pangeran Louis. Pada November 1864, Alice melahirkan putri kedua yang diberi nama Elizabeth Alexandra Louise Alice. Pada 1867, pekerja Willem meninggal akibat tuberkulosis. Seluruh pekerja di rumah tangga Alice dan Louis menghadiri pemakaman Willem. Dalam surat kepada ratu Inggris, Alice mengungkap betapa ia berduka kehilangan pekerja yang sudah dekat dengannya. 
Pada 13 Juni 1877, Louis dan Alice mendapat gelar Grand Duke dan Grand Duchess/Adipati Agung setelah sang paman wafat.

Picture Courtesy of Pinterest.

MERAWAT  SANG KAKAK TERCINTA
Kebetulan saat Alice dan suami berkunjung ke Inggris pada 1871, pangeran Edward tiba-tiba jatuh sakit. Dokter mendiagnosa Edward terkena penyakit tifoid, penyakit sama yang diduga merenggut nyawa ayah Alice. Dengan pengalaman merawat sang nenek dan ayah, Alice pun merawat Edward. Ratu Victoria datang menjenguk dari balik tirai. Pada 13 Desember 1871, kondisi Edward di ujung tanduk. Kali ini ratu Victoria tidak lagi menunggu sang anak dari balik tirai. Alice berbisik kepada sang ibunda bahwa tiada lagi harapan bagi Bertie. Namun saat tengah malam dan hari baru berganti dari tanggal 13 menjadi 14, tiba-tiba Bertie tersadar dan mengenali ibunya. Ia berkata "Ada mama, mama baik sekali mau datang". 14 Desember 1871 adalah perayaan 10 tahun wafatnya sang ayah, pangeran Albert.


FRITTIE JATUH
Suatu hari pada tahun 1873, Frittie kecil sedang bermain-main dekat jendela. Menyadari bahwa jendela tersebut tidak terkunci, Alice pun berusaha meraih Frittie kecil namun terlambat. Frittie terjatuh setinggi 20 kaki. Dengan mata kepalanya, Alice melihat tubuh Frittie menghilang dari pandangannya dan seketika itu juga ia berteriak yang mana semua orang yang mendengar takkan dapat melupakan teriakan Alice. Saat tubuh Frittie diangkat, Frittie tampak hanya seperti mengantuk namun tetap tersadar. Ternyata penyakit hemofilia Frittie menyebabkan terjadi pendarahan parah di otaknya yang tak dapat dihentikan, sehingga Frittie pun tak terselamatkan. Frittie meninggal di usia 2,5 tahun. Alice sangat meratapi kepergian putra kecilnya tersebut. Kakak lelaki satu-satunya menangis dan meracau :"Aku gak suka orang meninggal seorang diri. Kita harus meninggal bersama."


PENYAKIT DIFTERIA
Pada November 1978, suami Alice dan seluruh anak Alice kecuali Elisabeth terserang penyakit difteria. Penyakit yang kala itu belum ada imunisasi. Berawal dari keluhan leher tegang yang dirasakan putri sulungnya, Victoria, penyakit tersebut dengan cepat menular ke anggota keluarga yang lain. Pada awal gejala, putri sulung masih mampu membacakan sebuah buku untuk semua adik-adiknya. Anak satu-satunya yang tak tertular adalah Elisabeth. Elisabeth pun segera diungsikan sementara agar ia tak tertular yang lain.
Alice merawat kesemuanya tanpa lelah. Sayang seribu sayang, anak terkecil May tidak mampu bertahan. Ketika kondisi May menurun, Alice pun dipanggil untuk melihat kondisi sang anak bungsunya. Namun ia terlambat, May keburu meninggal dunia setelah tersedak akibat saluran pernafasannya tertutup oleh membran/lapisan tebal yang terbentuk akibat penyakit tersebut. May meninggal pada tanggal 15 November 1878.
Alice mengirim surat kepada sang ibu, Ratu Victoria untuk mengungkapkan rasa sedihnya "sakit yang melebihi kata-kata". Namun demikian, sebisa mungkin Alice menutupi kepergian May dari anggota keluarga yang lain. Alice bermaksud agar kondisi mereka yang mulai sembuh tak terpengaruh oleh berita menyedihkan tersebut.
Bersama seorang kepercayaan bernama Katie, Alice meminta agar ia segera dipapah jika tiba-tiba terjatuh sebab ia merasa begitu lemas menghadapi kesedihan dan rasa lelahnya. Alice dan Katie baru kembali dari pemakaman May. Sesekali Alice memandang ke langit biru di atas dan mengatakan "Indah rasanya mengetahui 2 malaikat kecilku sudah ada di sana. Apakah mereka mengetahui bahwa mama mereka tersayang sedang melihat ke arah mereka?"  Kedua mata Alice pun basah oleh air mata. Ia tak ingin kehilangan Ernest yang menjadi putra satu-satunya. Sesampai di kediaman, Alice berdoa agar ia diberikan kekuatan saat menyampaikan berita duka kepada sang suami yang juga tengah sakit. Butuh 15 menit bagi Alice untuk berbicara 4 empat mata dengan sang suami. Alice menyebut bahwa mulanya sang suami tak percaya, namun sesaat kemudian sang suami menangis sangat sedih.

ALICE TERTULAR DIFTERIA
Hari itu, seluruh anggota keluarga yang sakit mulai menampakkan kondisi pulih, terutama putri sulung Victoria. Hingga suatu saat, Ernst menanyakan keberadaan sang adik bungsunya yang lama tak nampak. Alice pun dengan jujur mengatakan bahwa sang adik telah meninggal. May merupakan adik kesayangan Ernst. Ernst yang kala itu dalam kondisi pemulihan, jiwanya terguncang hebat mendengar berita tersebut. Alice pun seolah melanggar pesan dokter, ia merangkul dan mencium Ernst untuk meredakan kesedihan sang putra satu-satunya tersebut. Selama seminggu setelah itu, Alice tampak baik-baik saja. Tanggal 7 Desember 1878, ia sempat pergi ke stasiun kereta untuk menemui adipati wanita Edinburgh yang transit di Darmstadt dalam perjalanan ke London, Inggris. Namun malam harinya, Alice jatuh sakit. Ia dengan tertib menuruti segala perintah dokter. Pada kasus pasien difteria kebanyakan, suhu demam akan turun pada hari ketiga. Namun demam Alice tidak turun. Pada 13 Desember 1878 pagi, dokter mulai mengungkap dengan jujur tentang kondisi Alice yang tipis kemungkinan untuk sembuh. Namun Alice justru merasa lebih sehat. Siang harinya, ibu mertua Alice datang untuk menjaga sang menantu. Saat sang suami masuk ke kamar untuk melihat sang istri, Alice tampak bahagia. Alice sempat membaca dua surat, di mana surat kedua adalah dari ratu Victoria. Setelah tidur lelap selama beberapa jam, Alice bangun dalam kondisi sadar penuh. Alice sempat makan dan setelahnya ia pamit untuk tidur lagi "sekarang aku akan kembali tidur".Tubuh Alice yang telah lelah berhari-hari kurang tidur akibat merawat sang suami dan anak-anaknya telah kehilangan kekuatan untuk bertahan dari penyakit ini. Itu adalah tidur terakhir bagi Alice sebab ia tak lagi pernah bangun dan kemudian jatuh koma. Dalam perjalanan menuju ke mausoleum untuk berdoa, Ratu Victoria bertemu dengan seorang abdi dalem yang membawa telegram dikirim dari kota tempat Alice tinggal, Darmstadt. Telegram tersebut memberitahu kepada sang ratu bahwa keadaan Alice sangat mengkhawatirkan. Lapisan tebal telah menutupi saluran pernafasan Alice sehingga ia sulit bernafas.  Ratu Victoria mengisahkan bagaimana ia melewati waktu seperti saat sebelum Albert meninggal dunia. Sang ratu menulis, menatap setiap langkah dan setiap pintu dibuka dengan penuh kecemasan.


ALICE MENINGGAL
Memasuki tanggal 14 Desember 1878 jam 1 pagi, orang-orang di sekitar Alice menyadari bahwa Alice telah sekarat. Itu adalah tepat 17 tahun hari wafatnya sang ayah tercinta, pangeran Albert. Kalimat terakhir Alice adalah "dari Jumat hingga Sabtu...Empat Minggu...May ..dear papa.../Papa sayang...". Hari wafat pangeran Albert dan Alice kebetulan sama yaitu hari Sabtu. May meninggal  empat minggu sebelum dirinya, yaitu tanggal 12 November 1878. Alice menghembuskan nafas terakhir lima jam setelah koma. Ratu Victoria menunggu surat dari suami Alice dengan rasa cemas, berisi penjelasan sangat detail saat-saat terakhir sebelum meninggal dan bagaimana upacara pemakaman Alice. Kepada anak-anak dan saudara kandung Alice, ratu Victoria meminta agar mereka menghargai Alice sebagai seorang yang suci di hati mereka. Alice menjadi anak pertama ratu Victoria yang meninggal dunia.


PEMAKAMAN ALICE
Upacara pemakaman Alice dihelat di kota Darmstadt pada tanggal 17 Desember 1878, dalam cuaca dingin yang menggigit. Pangeran Edward dan pangeran Leopold serta Christian Schleswig, suami dari putri Helena hadir dan menyaksikan peti jenazah Alice diletakkan di antara kedua anaknya yang telah terlebih dahulu meninggal, Frittie dan May. Peti Jenazah Alice ditutup dengan kain Union Jack, seperti keinginan Alice semasa hidupnya. Jenazah Alice dimakamkan di gedung pemakaman Rosenhohe. Kakak sulung Alice yang juga tinggal di Jerman mengungkapkan rasa sedih yang mendalam terlebih ia tak dapat menghadiri pemakaman sang adik. Ayah mertua Vicky yang juga kaisar Jerman melarang Vicky dan Fritz hadir dengan alasan keselamatan. Putri Vicky menulis surat curahan hati kesedihan sebanyak 39 lembar kepada ratu Victoria. Sementara di Windsor, anggota keluarga yang lain menghadiri acara pribadi mengenang Alice. Sekali lagi, lonceng kematian di gereja didentangkan. Gereja-gereja di Inggris terlapisi oleh kain hitam, pemilik toko menutup tokonya dan negeri Inggris meratapi kepergian seorang putri. Menjelang natal, ratu Victoria membagikan hadiah kepada para abdi dalem sebuah pigura berisi foto Alice. Dalam buku harian, ratu Victoria mengungkap jasa besar Alice yang seperti tonggak kekuatannya saat Albert wafat, tepat 17 tahun silam. Pada 31 Maret 1880 jam 4.30 sore waktu setempat, ratu Victoria bersama putri Beatrice dan adipati agung Hesse, Louis berziarah ke makam Alice.


ALEXANDRA/ALIX
Putri keempat Alice adalah Alix menikah dengan Tsar Nicolas II Rusia dan memiliki 5 orang anak, yaitu empat perempuan dan anak bungsu laki-laki. Anak bungsu yang diberi nama Alexei itu menderita hemofilia, penyakit yang diturunkan oleh ratu Victoria melalui sang nenek, putri Alice dan ibunya, putri Alix. Suatu hari, seorang pria bernama Grigori Rasputin berhasil menghentikan pendarahan Alexei. Sejak itu Alix mulai bergantung pada Rasputin. Pada dasarnya Nicholas II tidak menyukai Rasputin namun ia menuruti apa yang diinginkan Alix. Hal ini menimbulkan rasa tidak suka pada anggota kerajaan yang lain dan merasa Rasputin mengancam kerajaan Russia. Beberapa anggota kerajaan seperti Felix Yusupov dan Adipati Agung Dmitri Pavlovich mulai merencanakan aksi untuk menyingkirkan Rasputin. Pada 30 Desember 1916, Rasputin diundang untuk makan dan minum. Kue dan minuman anggur yang telah diberi racun sianida ternyata tidak menewaskan Rasputin. Felix kemudian tegas "cukup sudah". Ia pergi ke lantai atas untuk mengambil pistol dan turun menembak Rasputin di bagian dada. Rupanya tembakan itu tak menewaskan Rasputin. Rasputin bangkit dan dalam keadaan terluka, ia menyerang Felix. Felix kembali melepaskan dua tembakan. Salah satu tembakan jarak dekat masuk ke dahi Rasputin. Diduga tembakan inilah yang menewaskan Rasputin. Jasad Rasputin kemudian dibuang ke sungai dan ditemukan dua hari kemudian. Jika pihak kerajaan yang tidak menyukai Rasputin menggambarkan sosoknya serba negatif, maka sebaliknya oleh putri Rasputin yang bernama Maria. Maria menjelaskan bahwa sang ayah mengobati Alexei dengan teknik magnetisme (kalau di Indonesia dikenal sebagai pengobatan Reiki atau Qigong di Cina atau menggunakan tenaga dalam). Hanya setahun setelah Rasputin tewas, kerajaan Russia runtuh.


ELISABETH/ELLA
 Sementara putri kedua Alice adalah Elisabeth, menikah dengan adipati agung Rusia, Sergei Alexondrovich. Pernikahan Elisabeth tidak dikaruniai anak. Sergei tewas dibunuh pada tahun 1905. Kereta kuda yang ditumpangi Sergei telah dipasangi bom dan meledak sebelum ia sampai di rumah padahal jarak sudah dekat. Elisabeth langsung keluar rumah menuju lokasi hanya untuk melihat hal menyedihkan. Jasad sang suami sudah terpotong-potong. Hanya tubuh utamanya yang utuh. Dengan tenang, Elisabeth mengumpulkan potongan jasad sang suami tercinta. Elisabeth bahkan sempat mendatangi si pelaku pembunuhan di penjara. Ia berkata "dengan membunuh suamiku, kamu sama seperti membunuhku..." Sepeninggal suami, Elisabeth memutuskan untuk menjadi seorang biarawati. Ia menjual perhiasan dan barang mewahnya untuk membangun rumah sakit, farmasi, panti asuhan dan gereja di Moskow, Russia. Elisabeth hanya menyimpan cincin pernikahannya. Ia juga menjadi seorang vegetarian. Meski sibuk mengabdikan diri kepada kafir miskin, Elisabeth masih bertemu Alix dan keluarganya. Kadang Elisabeth menghadiri makan bersama, kadang pula ia menghadiri perayaan kerajaan.
Pada tanggal 17 Juli 1918, Alix beserta suami dan kelima anaknya tewas ditembak bersama pembantu dan tukang masak mereka. Itu adalah masa revolusi Russia dan berganti ke pemerintahan yang dipimpin oleh presiden. Sehari kemudian tepatnya tanggal 18 Juli 1918, giliran Elisabeth yang dibunuh dengan cara dilempar ke galian bekas tambang sedalam 20 meter. Elisabeth dilempar bersama beberapa orang lain yaitu adipati agung Sergei Mikhailovich, pangeran Ioann, Konstantin dan Igor Konstantinovich, sepupu ketiga pangeran yaitu Vladimir Pavlovich Paley, sekretaris pribadi Sergei yang bernama Fyodor Remez serta seorang biarawati bernama Varvara Yakovleva.  Menurut pengakuan saksi, setelah dijatuhkan pun Elisabeth tak langsung pingsan atau tewas. Ia justru sempat bernyanyi lagu puji-pujian. Ia bahkan sempat membebat kepala pangeran Ioann dengan kerudungnya. Dua buah granat sempat dilempar ke dalam lubang, namun beberapa masih terdengar bernyanyi. Jasad Elisabeth dan yang lain ditemukan tiga bulan setelah mereka tewas. Hasil autopsi menunjukkan bahwa Elisabeth meninggal akibat terluka setelah jatuh dari ketinggian. Sementara Fyodor Remez meninggal akibat ledakan granat. Pada tahun 1979, jasad Nicholas II, Alexandra, Olga, Tatiana dan Anastasia ditemukan. Dari lima bersaudara yang masih hidup, wajah Elisabeth dan Alix memang sangat mirip satu sama lain. Entah jika kemiripan ini juga diikuti oleh nasib tragis keduanya.

VICTORIA OF HESSE AND BY RHINE
Begitu banyak nama Victoria dalam keluarga kerajaan mungkin akan membuat kita sedikit banyak bingung. Victoria yang satu ini tentu adalah anak sulung putri Alice dari Hesse dan Rhine. Anda tahu pangeran Philip? Iya, ia adalah suami dari ratu Elizabeth ii sekarang. Victoria merupakan nenek kandung pangeran Philip. Setelah ditunda sebab paman Victoria yang bernama pangeran Leopold wafat, Victoria menikah dengan Louis, pangeran Battenberg pada April 1884. Victoria dan Louis dikaruniai empat orang anak yaitu Alice, Louise, George dan Louis/Dicky. Alice adalah ibu kandung pangeran Inggris, Philip Mountbatten. Victoria, Louis dan keempat anaknya hidup di Inggris. Setelah  Perang Dunia I, raja George V memerintahkan untuk menghilangkan semua yang berkaitan dengan Jerman. Ini juga berlaku bagi pemilik nama Battenberg yang hidup di Inggris. Maka Louis mengubah nama Battenberg menjadi Mountbatten. Dua keponakan Louis yang juga putra dari Beatrice turut berganti nama menjadi Mountbatten. Pada Januari 1921, ia menghadiri pemakaman sang adik Elisabeth di Yerusalem. Sementara jasad Alix belum ditemukan semasa Victoria masih hidup. Pada Mei 1921, pangeran Philip lahir. Beberapa bulan kemudian, pangeran Louis (kakek Philip) wafat akibat sakit. Pada tahun 1922, Dicky menikah dengan Edwina Ashley. Edwina merupakan putri konglomerat. Dicky dan Edwina dikaruniai dua orang putri. Pada tahun 1923, Louise menikah dengan Pangeran Tahta Swedia, Gustav Adolf. Status Gustav Adolf adalah duda lima orang anak. Istri pertama Gustav Adolf adalah putri Margaret yang juga cucu dari ratu Victoria. Margaret wafat setelah mengalami infeksi di bagian telinga. Saat usia Philip baru sembilan tahun, ia harus terpisah sementara dari ibunya. Ibunda Philip menderita gangguan mental dan szikofrenia. Alice dirawat di Swiss. Kemudian ayah Philip pergi meninggalkan Alice dan Philip untuk hidup bersama wanita lain di hotel Monte Carlo. Victoria mengambil alih untuk merawat Philip, dibantu oleh anak lelakinya George. Namun setelah George wafat pada tahun 1938 akibat kanker, Dicky mengajak Philip untuk bertugas di angkatan laut seperti dirinya. Ayah Philip wafat pada tahun 1944 hanya meninggalkan sedikit barang dan hutang yang besar. Victoria mengeluh betapa borosnya kehidupan sang menantu bersama selirnya. Victoria beruntung dikaruniai usia panjang sehingga ia bisa menyaksikan pernikahan cucunya, pangeran Philip dengan putri Elizabeth (yang kelak menjadi ratu Inggris) pada 1947. Victoria juga menghadiri upacara pembaptisan cicitnya, pangeran Charles pada tahun 1948. Dua tahun setelahnya, Victoria wafat di usia 87 tahun.

IRENE
Dibanding seluruh saudara kandungnya, Irene termasuk salah satu anak Alice yang beruntung dan memiliki usia yang sangat panjang. Irene merupakan putri ketiga Alice. Sepeninggal sang ibu tercinta dan setiap musim liburan tiba , Irene bersama seluruh saudaranya sering mengunjungi nenek kandung mereka, ratu Victoria. Di dalam istana, ratu Victoria bertindak sebagai ibu pengganti bagi kelimanya. Memberi guru pengajar dan juga meminta staf istana agar membuat baju sesuai aturan pola mereka, yang merupakan anak-anak kelahiran Jerman.
Salah satu saudara sepupu Irene jatuh cinta kepadanya. Lelaki tersebut bernama pangeran Heinrich dari Prussia. Ya, pangeran Heinrich merupakan anak ketiga dari putri kerajaan Victoria. Putri kerajaan Victoria merupakan kakak sulung dari Alice. Di awal hubungan, ratu Victoria tidak diberitahu sebab keduanya khawatir jika sang ratu tidak menyetujui hubungan tersebut. Meski merasa tak suka akibat disembunyikan darinya, ratu Victoria menyetujui keduanya untuk menikah. Pangeran Heinrich merupakan pria yang ramah dan penyayang. Sejoli ini sangat disukai sebab mereka tidak kaku seperti layaknya pasangan kerajaan lain. Foto prewedding mereka sangat manis, Heinrich memeluk Irene dari belakang dan Irene menempelkan wajahnya sambil tersenyum bahagia. Di foto lain, Heinrich menutupkan jubah panjangnya ke Irene sambil merangkulnya seolah Heinrich adalah pria pelindung bagi Irene. Upacara pernikahan Heinrich dan Irene diwarnai keharuan yang sangat. Ayah kandung Heinrich berada dalam tahap kesehatan yang sangat kritis akibat digerogoti oleh kanker tenggorokan, namun ia memaksa untuk menghadiri upacara pernikahan Heinrich. Meski tak lagi mampu berbicara, ayah Heinrich memberikan restunya melalui pesan di secarik kertas : "kamu anak yang tak pernah memberikan kesusahan. Kamu kelak akan menjadi suami yang baik sebaik saat kamu menjadi anak lelaki kita"
Ayah Heinrich meninggal dunia 3 minggu sesudah peristiwa penting tersebut.
Irene dan Heinrich dikaruniai 3 orang putra. Putra sulung dan putra bungsu mereka menderita hemofilia. Seperti kebanyakan anggota kerajaan yang lain, putra bungsu mereka meninggal di usia muda, yaitu 4 tahun. Putra kedua Irene memutuskan untuk menetap di Costa Rica dan bertanam pisang.

ERNST
Menjadi satu-satunya anak lelaki putri Alice yang hidup. Ernst dijodohkan dengan saudara sepupunya, Victoria Melita. Victoria Melita/ Ducky adalah anak dari pangeran Alfred, adik kandung putri Alice. Pernikahan yang membuahkan seorang putri ini tidak membahagiakan. Dalam surat-surat yang ditulis Victoria Melita, ia mendapati Ernst tidur bersama pembantu mereka. Victoria Melita mengungkapkan ingin bercerai namun tidak disetujui oleh sang ratu demi kebaikan putri semata wayang mereka. Namun setelah ratu Victoria wafat pada 22 Januari 1901, keduanya resmi bercerai. Pada tahun 1903, Elisabeth meninggal setelah terserang demam tifoid.
Ernst menikah kembali dengan Eleonor dan dikaruniai 2 orang putra. Putra sulung Ernst yang bernama Dognatus menikah dengan kakak perempuan pangeran Philip (suami ratu Elizabeth II) yang bernama Cecilie. Pada tahun 1933 adalah tiga puluh tahun wafatnya putri Elisabeth. Ernst mengatakan bahwa Elisabeth adalah cahaya hidupnya. Elisabeth kecil harus membagi kehidupannya di dua kota yaitu Darmstadt tempat sang ayah tinggal dan Coburg, tempat sang ibu tinggal. Pada 9 Oktober 1937, Ernst wafat akibat sakit. Pada 16 November 1937, Cecilie, Dognatus, Eleonor dan kedua putra mereka tewas akibat pesawat yang ditumpangi terjatuh. Sedianya mereka hendak menghadiri pernikahan adik Dognatus. Cecilie kala itu diketahui sedang hamil 8 bulan dan kepala bayi yang berjenis kelamin laki-laki tersebut ditemukan tak jauh dari Cecilie. Diduga kecelakaan tersebut membuat perut Cecilie mengalami kontraksi hebat dan sang jabang bayi keluar sendirinya dengan paksa. Namun ada pula berita yang menyebut bahwa pesawat sedianya hendak mendarat darurat dikarenakan Cecilie mengalami kontraksi. Peristiwa tragis ini membuat putri sulung Cecilie dan Dognatus menjadi sebatangkara dan diasuh oleh adik kandung Dognatus. Namun 2 tahun kemudian, putri sebatangkara ini juga menyusul seluruh keluarganya akibat sakit radang selaput otak. Praktis Ernst tidak memiliki keturunan seorang pun.


SUAMI ALICE YANG BERSTATUS DUDA
Sepeninggal Alice, pangeran Edward/Bertie menyarankan agar Louis menikah dengan adik bungsu mereka yaitu putri Beatrice. Bertie yakin bahwa putri Beatrice mampu bertindak sebagai ibu pengganti bagi anak-anak Alice. Namun pada masa itu (dan menurut ayat kitab suci Kristen), menikahi janda atau duda dari saudara kandung adalah hal yang terlarang. Jika dilanggar, pernikahan kedua insan tersebut tidak akan dikaruniai anak. Sehari sebelum hari pernikahan putri sulung Louis dan Alice pada 1 Juli 1884, diam-diam Louis menikah untuk kedua kalinya dengan Alexandrina. Pernikahan ini tidak disetujui sebab Alexandrina bukan dari kalangan kerajaan. Maka seminggu kemudian, keduanya berpisah dan tiga bulan kemudian pernikahan keduanya dibatalkan. Pada tahun 1894, Louis wafat akibat serangan jantung di usia 54 tahun. Di dalam buku harian, ratu Victoria mengungkap bahwa Alice "beruntung" tidak hidup lagi untuk menyaksikan hari kelabu tersebut (hari wafatnya Louis).


Sumber : Wikipedia, Buku Alice Grand Duchess of Hesse,
Diterjemahkan oleh blogger.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.