- Abdillah Chaidar Ja'far. "apa saya harus jual harga diri?" begitu jawab ayah Hanief dengan sewot saat sang istri mengeluhkan harga beras yang mahal. Aktor ini lahir di Banjarnegara pada 26 Januari 1922.
- A. Chalik Noor. Ia memerankan Mayjen Soeprapto.
- Ade Irawan, almh. Ade adalah artis senior sekaligus ibu dari artis Ria Irawan. Lahir pada 5 April 1937, Ade sangat cocok memerankan istri Jendral AH Nasution yaitu ibu Johana Sunarti. Ade mampu menghidupkan sosok wanita yang tegas, cerdas dan pemberani seperti beliau. Ade beradu akting dengan Rudy Sukma, alm yang memerankan sosok jendral AH Nasution. Akting pemeran keluarga jendral AH Nasution dipantau langsung oleh keluarga jendral yang akrab disapa Pak Nas. Dalam peristiwa di rumah pak Nas, seorang penjaga rumah wakil perdana menteri Johanes Leimena juga menjadi korban tewas. Ia adalah Karel Satsuit Tubun. Rumah pak Leimena berdekatan dengan rumah pak Nas sehingga KS Tubun berusaha berjalan mendekat ke sumber keributan.
- H. Alfiah S, almh. Ibu ini berperan sebagai Mama dari jendral Nasution. Menurut kejadian asli, saat membuka pintu yang bersambung ke pintu kamar sang anak, ia langsung berseru "anakku luka". Sang menantu, Johana meminta semua yang di kamar untuk tidak menimbulkan suasana ribut agar tak terdengar oleh pasukan cakrabirawa yang terus memaksa masuk.
- Al Imron S. Ia berperan sebagai Kompol Hamdan Mansyur. Tak banyak diketahui tentang sosok Al Imron. Mari kita menilik kisah Hamdan sendiri saat peristiwa terjadi. Subuh 1 Oktober 1965 itu, ia sedang bertugas hingga esok hari. Sementara Pierre Tendean sedang tertidur di pavilion sebelah bangunan utama rumah Pak Nas. Sejatinya, tugas Pierre subuh itu telah berakhir dan beberapa jam sesudahnya ia akan bangun untuk kembali ke Semarang, Jawa Tengah. Pierre telah serah terima tugas kepada Hamdan dan bahkan sudah berkemas. Takdir sungguh tak dapat ditolak. Subuh itu terdengar rentetan tembakan. Yanti dan Alpiah mendatangi paviliun Pierre. Setelah menyuruh Yanti dan Alpiah bersembunyi di dalam paviliun, Pierre keluar untuk memeriksa rumah utama. Saat berjalan memegang senjata untuk memeriksa keadaan Bapak dan Ibu Nas, Pierre sudah ditodong senjata oleh banyak oknum.
- Amaroso Katamsi, alm. Amaroso memerankan tokoh Mayjen Soeharto. Secara kebetulan, suara dan wajah pria kelahiran 21 Oktober 1941 ini sangat mirip dengan tokoh yang asli. Amaroso berkisah bahwa ia hampir tewas saat berjalan di pinggir jembatan. Papan kayu tempat ia berjalan ternyata rapuh dan ia jatuh hampir ke sungai. Beruntung ia terselamatkan sebab ia saat itu sedang membawa sebuah payung. Amaroso menikah dengan Prawanengrum dan dikaruniai 3 orang anak yaitu Aning, Dodie dan Ratna. Sang istri tercinta wafat pada 2006 silam. Amoroso wafat pada tahun 2018.
- Arif dan Drajat. Masing-masing memerankan putra Menpangad Jendral Ahmad Yani. Sang jendral memiliki delapan anak yaitu enam putri dan dua anak terakhir adalah putra. Anak ketujuh bernama Untung Mufreni Yani dan anak bungsu bernama Irawan Sura Eddy Yani.
- Bambang Sumpeno. Ia berperan sebagai jendral MT Harjono.
- Bram Adrianto. Bram lahir di Yogyakarta pada 11 Februari 1942. Ia merupakan anggota dari teater pimpinan Rendra Karno. Di film ini, Bram memerankan Letkol Untung Syamsuri. Peran ini membawa nama Bram menjadi dikenal masyarakat. Padahal sebelumnya Bram sudah pernah beberapa kali bermain film namun kurang begitu dikenal. Salah satu judul film yang dibintangi adalah Ken Angrok produksi 1975 untuk TVRI.
- Caecilia Sumartini. Peran Caecilia tidaklah banyak, bisa dikatakan cameo. Ia memerankan adik Jendral Nasution, yaitu Mardiah. Ia menggendong Ade Irma (Henneke Tumbuan) dan tertembak oleh pasukan cakrabirawa. Selain berakting, Caecilia juga menjadi asisten film ini. Tak banyak informasi tentang Caecilia. Ia adalah alumni SMA Tarakanita II Jakarta. Kisah Mardiah yang sesungguhnya kala peristiwa adalah, ibu Johana meminta Mardiah menggendong Ade. Ibu Johana hendak menemani Pak Nas keluar melalui pintu kamar yang bersambung ke belakang rumah. Namun tiba-tiba tangan Mardiah tertembak jarak dekat saat sedang menggendong Ade dan peluru tersebut menembus ke tulang punggung Ade. Ade sendiri menderita 6 luka peluru tembus. Mardiah lalu memberikan Ade ke ibu Johana. Ibu Mardiah masih sehat walafiat di usia yang senja pada saat tulisan ini dibuat, November 2017.
- Chandra Siahaan. Chandra adalah pemeran Babab Harianto,alm. Putra sulung jendral MT Haryono yang bernama asli Bob lahir di Belanda pada tahun 1951. Dalam film, Babab mengenakan celana pendek putih dan telanjang dada. Ia bersembunyi di balik meja bertaplak biru. Saya pribadi masih menduga apakah Chandra ini adalah Kolonel Pnb Surya Chandra Siahaan yang berlokasi di Medan, Sumatra Utara. Meski perbedaan wajah lebih dari 30 tahun, namun wajah mereka mirip satu sama lain.
- Charlie Sahetapy. Charlie merupakan seorang seniman yang telah bergabung dengan Teater Kecil sejak tahun 1977. Lahir pada 23 November 1952 di Jakarta, Charlie keturunan Maluku. Ia memerankan Lettu Doel Arief yang tampak garang dan keras. Wajah Charlie cukup tampan dengan hidung yang mancung, cocok sekali ketika memakai baret merah. Doel Arief asli menjadi komandan pasukan pasopati yang bertugas menculik jendral AH Nasution. Tidak ada di film dan setelah para jendral dimakamkan, Lettu kelahiran Madura ini tewas ditembak ketika berada di Cilacap.
- Dani Marsuni. Saat memerankan bocah gelandangan bernama Urip yang tidur di emperan toko Jakarta bersama sang ibunda (diperankan Sofia W.D.), Dani memang masih bocah. Akan tetapi akting Dani menambah kualitas film ini menjadi sangat apik. Di film ini dikisahkan secara fiktif bahwa ayah Urip tewas dibunuh oleh gerombolan PKI.
- Daniel C. Bangun. Daniel berperan sebagai Albert Naiborhu yang tewas setelah diberondong lima peluru di bagian perut. Sesaat setelah ditembak, Albert sempat berteriak agar sang paman DI Pandjaitan tidak menyerah. Albert bersama sang adik Victor dan Leleng Pandjaitan (adik DI Pandjaitan) tidur bersama di kamar lantai satu.
- Kol CPL (Purn) Didi Sadikin. Tak banyak data pribadi Didi yang dapat dikumpulkan. Ia adalah pemeran Kol. Sarwo Eddy Wibowo. Putri Didi adalah drg Ratna Sari menikah dengan dr Arifianto Apin pada 21 April 2006 di Taman Mini Indonesia Indah. Berbeda dengan sang bapak mertua, justru dr Arifianto Apin sering muncul di layar televisi. Ia memberi banyak informasi tentang kesehatan dan penyakit.
- Doddy Sukma. Aktor Doddy lahir pada 15 Juli 1941 di Bandung. Di film ini, Doddy berperan sebagai Jendral Umar Wirahadikusumah. Ia memulai karir akting pada tahun 1972 di film Desa di Kaki Bukit. Film terakhir yang dibintangi adalah Titisan Dewi Ular tahun 1990.
- Doni Arita dan Itus Casyavera. Keduanya adalah kakak beradik yang memerankan putri-putri jendral Ahmad Yani. Doni alias Idon memerankan Herliah Emmy Yani, almh sementara Itus memerankan Yuni. Doni dan Itus saat itu memang aktif di Sanggar Teater Prakarya pimpinan Torro Margens. Doni lahir pada 1952 dan Itus lahir pada 1972. Pemeran putri lain adalah Hani T. Kamal, Nurlia dan Permata. Kisah menarik adalah saat syuting berlangsung, mereka benar-benar dibiarkan tertidur. Sehingga ketika terdengar suara tembakan, mereka benar-benar terkejut dan langsung terbangun dari tidur. Proses syuting keduanya dipantau langsung oleh keluarga sang jendral.
- Eddy. Ia berperan sebagai agen polisi tingkat II Soekitman. Subuh 1 Oktober 1965 itu, Soekitman dan seorang rekan sedang berjaga di kompleks dekat kediaman DI Pandjaitan. Oleh karena mendengar suara rentetan tembakan, ia pamit pada temannya untuk mengecek apakah itu perampokan. Apa yang ia alami hampir mirip dengan di film. Dalam kondisi mata tertutup dan tangan diikat di atas truk, samar-samar ia mendengar "Yani wes dipateni". Saat ia sudah mencapai tempat (yang belakangan ia ketahui sebagai Lubang Buaya), ia dipaksa duduk di depan bangunan sekolah yang terdapat beberapa bangku dan meja. Penutup mata Soekitman dibuka sehingga ia bisa melihat beberapa orang dalam kondisi sudah terbaring di bawah berlumuran darah. Beberapa yang masih hidup tampak dipaksa menandatangani sesuatu namun berontak. Dari jarak sekitar 15 meter, ia menyaksikan orang-orang yang masih hidup itu didorong, diseret dan dipukul menuju ke lubang. Belakangan ia tahu bahwa orang-orang itu adalah putra terbaik bangsa, yaitu para jendral dan satu perwira.
- Edward Hutapea (+). Pemeran jendral DI Pandjaitan ini merupakan seorang penyanyi seriosa. Bakat Edward menurun ke putra pertama Mangapul Erwin Hasiholan Hutapea. Meski Mangapul bekerja sebagai staf di perusahaan telekomunikasi, namun ia tetap eksis mengeluarkan lagu rohani maupun lagu daerah khas Batak. Sayang meski seorang seniman namun tak banyak data maupun foto tentang Bang Edward.
- Etty Sumiati. Sama halnya Tatiek pemeran istri Ahmad Yani, Etty merupakan artis Indonesia. Di film ini, Etty beradu akting dengan aktor Moertri Purnomo sebagai pasangan suami istri Mayjen Siswondo Parman dan Sumirahayu. Etty terakhir berakting dalam film Olga dan Sepatu Roda produksi tahun 1992. Etty terbilang cukup banyak membintangi film di Indonesia, namun sayang nama Etty kurang dikenal publik.
- Fatima Maria. Ia berperan sebagai istri D.I. Pandjaitan, ibu Marieke Pandjaitan boru Tambunan. Masih ingat bagaimana ia memandang sedih sang suami yang hendak turun kamar? Itu adalah tatapan terakhir sebab di halaman depan, DI Panjaitan ditembak langsung di kepala hingga ia tersungkur tewas. Semasa hidup, ibu Marieke membuat blog khusus untuk mengenang sang suami tercinta.
- H. Alfiah S. Ia memerankan sosok ibunda Nasution yaitu ibu Zahara Lubis.
- Hadi Pramana dan Arief Iskandar. Masing-masing memerankan putra DI Pandjaitan. Sang jendral memiliki enam orang anak yaitu empat putri dan dua putra. Mereka adalah Katryn, Masa Arestina, Salomo, Tuthy Kamarati, Hotmangaradja dan Riri Budiasri. Hotmangaradja yang lahir pada 14 Oktober 1953 meneruskan perjuangan sang ayah menjadi seorang perwira. Setelah pensiun, Hotmangaradja menjadi duta besar RI untuk Perancis, Andora, Monako dan UNESCO periode 2014 hingga 2018.
- Harto Kawel. Harto memerankan tokoh PKI Syam Kamaruzaman. Sama halnya Kol Didik, tak banyak data yang diperoleh dari aktor senior satu ini. Pada 1987, Harto berakting sebagai Bre Wirabhumi dalam film terkenal Saur Sepuh.
- Henneke Adinda Tumbuan/ Keke. Membaca nama belakang, tentu kita teringat akan aktor Frans Tumbuan. Iya, Keke memang putri dari Frans dan Rima Melati. Ia memerankan tokoh cilik yang sangat berjasa, (Ade) Irma Suryani Nasution. Keke lahir pada 17 September 1978. Setamat SD di Indonesia, Keke melanjutkan studi di Belanda, tanah kelahiran sang ayah. Pada 2001, Keke kembali ke Indonesia. Meski hingga kini banyak yang menawarinya bermain film, namun Keke tidak tertarik menjadi seorang artis.
- Jack Maland. Seperti sebagian besar pemain film ini, biodata Jack tidak banyak. Pria kelahiran Ternate pemeran Kolonel Abdul Latief ini sempat menempuh studi di Akademi Bank dan Keuangan pada 1970. Lalu Jack mendapat kursus akting dari PARFI. Ia juga menjalani kursus tari dan kursus judo. Dengan bekal itu, ia berakting sebagai figuran dalam film Hanya Satu Jalan 1972. Pada 1974, ia berakting dalam Bandung Lautan Api. Pada 1980, ia berakting dalam Laki-Laki dari Nusakambangan. Jack tercatat sebagai mantan karyawan PT Graha Ternate Jakarta.
- Kies Slamet. Pria kelahiran Blitar pada 1941 ini memerankan Brigjen Supardjo. Pada tahun yang sama yaitu 1982, Kies juga berakting dalam film sejarah RA Kartini. Selain sebagai aktor, Kies juga dikenal sebagai pemain teater dan pentas wayang orang. Sebagai anak seniman, Kies bercita-cita ingin seperti sang ayah yang bisa menari. Saat itu, Kies rela berhenti sekolah meskipun ia baru menginjak kelas 2 SMP. Pada 1963, Kies ditawari untuk menari di istana. Maka ia berangkat dari Surabaya ke Jakarta menggunakan pesawat dakota.
- Lily Nuriyati. Lily berperan sebagai perawat Ade Irma Suryani yang bernama Alpiah Makasebape. Pada subuh 1 Oktober 1965 itu, Alpiah mengajak Yanti mendatangi kamar paviliun tempat Pierre Tendean menginap, melalui jalan belakang. Sesampai di sana, Alpiah dan Yanti bersembunyi di kolong tempat tidur dijaga oleh kompol Hamdan Mansyur. Sejatinya, Hamdan dan Yanti sempat melarang Pierre keluar dari kamar, namun Pierre dengan cepat melenggang keluar. Di dunia nyata, Alpiah adalah wanita kelahiran Sangihe Talaud pada 1947 silam. Ia beruntung dikaruniai usia panjang dan bisa menceritakan kejadian kelam itu.
- Moertri Purnomo. Aktor Moertri berperan sebagai Mayjen S. Parman. Pada tahun 2004, Moertri membintangi film berjudul The Rainmaker dengan judul asli Impian Kemarau. The Rainmaker juga dibintangi oleh artis senior Ria Irawan, almh. Film terakhir yang dibintangi Moertri berjudul 3 Doa 3 Cinta produksi tahun 2008.
- Poppy T. Salim dan Putera T. Salim. Di dunia nyata, Poppy dan Putera merupakan ibu dan anak kandung. Di film ini, keduanya juga berperan sebagai ibu dan anak kandung. Poppy berperan sebagai istri Soeprapto dan Putera berperan sebagai Arif.
- Pramana Padmodarmaya. Ia adalah salah satu pendiri Ikatan Kesenian Jakarta. Lahir pada 27 Juni 1933 di Wonogiri Jawa Tengah, Pramana memerankan sosok Jendral Ahmad Yani. Kita tentu tahu bahwa sang jendral adalah sosok yang berwibawa, tegas dan sangat pemberani. Sama halnya DI Panjaitan dan AH Nasution, adegan untuk jendral Achmad Yani dilakukan di kediaman sang jendral. Setelah bermain dalam film ini, Pramana juga bermain dalam film Bulan Tertusuk Ilalang 1995 dan Ada Apa Dengan Cinta 2002.
- Ratih Apriman, Hadi Pramana, Arief Iskandar, Devy dan Wanty. Masing-masing memerankan anak-anak jendral D.I. Panjaitan, kecuali anak sulung yaitu Katherine diperankan oleh Yeyet Hasan.
- Rudy Sukma, alm. Rudy memerankan sosok jendral A.H. Nasution. Meskipun beliau bukan seorang aktor, namun aktingnya di film ini sangat bagus.
- Sofia W.D., almh. Artis Sofia lahir pada 12 Oktober 1924. Sofia mendapat peran sebagai ibu Urip di film ini. Dikisahkan bahwa suami ibu Urip tewas dibunuh komunis. Bersama sang putra yang masih kecil (diperankan oleh Dani Marsuni), ibu Urip merantau dari Indramayu ke Jakarta dan hidup menggelandang. Tiap malam, keduanya tidur di emperan toko. Pagi sekali sudah harus bangun dan pindah jika tidak ingin disiram air lagi oleh si empunya toko, begitu kata ibu Urip. Meski hanya peran kecil, namun sebagai seorang artis sarat pengalaman, Sofia memerankan secara apik.
- Sudarmi Suyadi. Ia adalah pemeran ibu Hanief, beradu akting dengan aktor Chaidar Ja'far.
- Sutopo HS. Pemeran kapten Kuntjoro ini lahir di Lampung pada 23 Agustus 1934. Karier Sutopo hanya berlangsung dari 1971 hingga 1991. Pada tahun 1982, Sutopo juga membintangi film sejarah RA Kartini bersama Kies Slamet, pemeran Brigjen Supardjo. Pada 1987, Sutopo membintangi sinetron TVRI Penginapan Bu Broto.
- Sylvana Herman. Jika membaca namanya, pasti yang terlintas adalah penyanyi yang berkawan karib dengan Paramitha Rusady dan Ita Purnamasari, bukan? Betul. Lantas ia memerankan siapa? Di usia 17 tahun, film itu adalah pembuka karier keartisan wanita yang akrab disapa Ano ini. Silvana memerankan sosok Hendrianti Sahara Nasution, putri sulung Jendral AH Nasution yang akrab disapa Yanti. Ano lahir pada 15 Desember 1965.
- Syu'bah Asa. Pria kelahiran Pekalongan tanggal 21 Desember 1941 ini memerankan ketua PKI DN Aidit. Profesi asli Syubah adalah wartawan, sastrawan dan seniman. Ketika membintangi film ini, Syubah adalah wartawan majalah Tempo, yang ia tekuni dari 1971 hingga 1987. Syubah telah wafat pada 24 Juli 2011 di Pekalongan.
- Tatiek Soewarno. Wanita kelahiran Solo ini memang berkarir sebagai seorang artis. Di film ini, artis yang juga dikenal sebagai Tatiek Suparti ini berperan sebagai istri Ahmad Yani, yaitu ibu Yayu Ruliah Sutowiryo. Tatiek pertama kali berakting dalam film pada tahun 1973. Pada 1979, ia berakting dalam film Tuyul. Kemudian pada 1987, ia berakting dalam film Pelet. Nama Tatiek kurang menggema di jagad hiburan sebab ia lebih sering bermain sebagai pemeran pembantu.
- Triwati. Triwati berperan sebagai istri Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono yang bernama ibu Mariatni. Ibu Mariatni wafat pada tahun 2014 silam. Kisah nyata ibu Mariatni yang tidak diungkap di film adalah, setelah sang suami diseret pergi dari rumah, ia segera menuju ke rumah Mayjen S. Parman. Ternyata sang jendral bintang dua S. Parman juga dibawa entah kemana. Ibu Mariatni menangis ditenangkan oleh ibu Sumirahayu yang mengatakan bahwa istri perwira harus setiap saat siap menghadapi situasi demikian.
- Drs. Umar Kayam. Pemeran presiden Soekarno ini lahir di Ngawi pada 30 April 1932. Ia adalah guru besar Universitas Gajah Mada Yogyakarta dari 1988 hingga pensiun. Perias Umar sangat piawai mendandani dirinya sebab setelah dirias dan meminta Umar berjalan di Istana Merdeka, para pegawai yang sempat bekerja bersama presiden Soekarno langsung memanggil terharu. Mereka teringat kembali akan beliau. Umar wafat pada 16 Maret 2002.
- Wawan Wanisar. Lahir di Jakarta pada 13 Desember 1949, Wawan mendapat peran Lettu Pierre Tendean. Meski film itu adalah film pertama yang dibintangi Wawan, namun ia benar-benar menjiwai perannya. Ia menyebut benar-benar disundut rokok dan dipukul dengan popor senapan meski dibalut busa. Itu adalah awal debut Wawan menjadi seorang aktor. Hingga kini, Wawan masih aktif bermain dalam sinetron.
- Yeyet Hasan. Saat menonton adegan Kathryn Panjaitan meratap dan mengusap darah sang ayah di wajah, hati siapa yang tak terenyuh? Ironisnya itu adalah hal nyata. Sosok perempuan putri sulung jendral DI. Panjaitan ini diperankan oleh Yeyet Hasan. Yeyet selanjutnya tidak meneruskan karir sebagai seorang artis. Kisah di belakang layar adalah, setelah syuting selesai, Yeyet masih menangis sehingga ia terpaksa "ditampar" untuk disadarkan oleh penata busana bapak Yatim yang masih berhubungan saudara dengan sutradara Arifin C.Noer.
Membahas selebriti Indonesia, Asia dan Dunia. Sebagai selingan dan jika anda hobi membaca kisah nyata, blog ini menampilkan berbagai kisah nyata dari kehidupan manusia di dunia sehari-hari agar memberi inspirasi.
Monday, October 2, 2017
Daftar Pemeran Film Pengkhianatan G 30 S/PKI 1982
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.