- Serial televisi Inggris produksi tahun 1975, berjudul Edward The Seventh. Serial ini dibuat semirip mungkin dengan kehidupan asli, namun tentu saja ada yang kurang mirip. Wajah-wajah pemain dipilih dan dirias semaksimal mungkin mirip dengan tokoh asli. Beberapa pemain dalam film ini mendapatkan penghargaan dari kerajaan, bahkan pemeran raja Edward VII yaitu Timothy West memberi pidato pada pernikahan pangeran Charles dan Camilla tahun 2005 silam. Sesuai judulnya, film ini fokus kepada pangeran Edward yang kemudian menjadi raja Edward VII. Oleh karena banyaknya percakapan di dalam ruangan, maka bisa jadi serial ini sedikit membosankan.
- Produksi tahun 2001 berjudul Victoria and Albert. Pemeran Victoria adalah Victoria Hamilton dan pemeran Albert adalah Jonathan Fyrth. Film ini dikemas sangat apik termasuk lagu-lagu yang mengiringi. Sayang film ini berdurasi pendek, sekitar 3 jam saja. Mula-mula dikisahkan Victoria yang sudah sepuh mengingat kembali saat ia masih muda, sesaat sebelum ia bertahta, bertemu Albert, menikah, memiliki hingga 6 anak (3 anak sesudahnya tidak ditampilkan) hingga wafatnya pangeran Albert.
- Sementara versi pendek berjudul Young Victoria, diproduseri oleh Sarah Ferguson, mantan istri Pangeran Andrew & juga mantan menantu Ratu Elizabeth II. Pemeran Victoria adalah Emily Blunt dan pemeran Albert adalah Rupert Friend. Film ini memang berdasar kisah nyata, namun banyak dibumbui oleh kisah rekaan belaka agar terlihat makin menarik. Dalam wawancaranya dengan sebuah stasiun televisi, Sarah Ferguson mengungkapkan kekagumannya pada kekuatan cinta Victoria dan Albert, sekaligus menyebutkan bahwa penyesalannya yang terbesar adalah saat dia tidak dapat mempertahankan cintanya seperti yang dilakukan Victoria (dalam pernikahannya yang kandas pada tahun 1992 lalu). Namun, pangeran Andrew mempersilahkan Sarah untuk tinggal seatap bersamanya dan kedua putri mereka setelah kediaman Sarah mengalami kebakaran.
- Produksi yang ini merupakan terbaru, yaitu tahun 2016. Menurut hemat saya, pria pemeran pangeran Albert, Tom Hughes tidaklah cocok. Akan tetapi Jenna Coleman sangat cocok memerankan ratu Victoria. Jenna memiliki mata yang besar dan juga berperawakan mungil, mirip dengan ratu Victoria. Hingga tulisan ini dibuat, Tom dan Jenna adalah sepasang kekasih di dunia nyata.
Kembali ke kisah ratu Victoria. Victoria, hingga saat ini, merupakan penguasa kerajaan yang terlama bertahta di Inggris setelah Ratu Elizabeth II, yaitu 63 tahun. Ratu Elizabeth II mulai menjadi ratu sejak Februari 1952, yakni setelah sang ayah George VI yang juga raja di Inggris wafat di usia 56 tahun. Sedangkan Victoria bertahta setelah sang paman, Raja William wafat pada 20 Juni 1837 di usia 71 tahun. Dikisahkan bahwa dua orang kurir langsung menuju ke kediaman Victoria muda pada jam 6 pagi untuk membawa kabar tersebut. Saat itu, Victoria baru berusia 18 tahun & merupakan salah satu anak yang sah dari garis keluarga raja. Sekedar informasi bahwa sang Raja yang juga paman Victoria tersebut tidak memiliki seorang pun keturunan sah sebab dua putrinya tak bertahan hidup lama.
AYAH VICTORIA
Ayah kandung Victoria bernama Edward, Adipati Kent merupakan anak kelima putra keempat dari pasangan raja Inggris George III dengan Charlote, putri Mecklenburg-Strelitz. Sebelum ia diberi gelar adipati Kent, Edward sudah memiliki hutang yang makin lama makin membengkak. Hutang ini diwariskan kepada sang anak dan dicicil lunas setelah sang anak dinobatkan menjadi ratu Inggris pada 1837. Edward menikah dengan ibunda Victoria di usia yang relatif terlambat, yaitu 51 tahun. Sebelumnya Edward berhubungan dengan beberapa wanita dan dikaruniai beberapa anak. Salah satu anak Edward adalah Adelaide Dubus. Anak lain adalah Edward Scheneer. Kemudian Edward menjalin hubungan selama 27 tahun dengan wanita bernama Julie. Hubungan mereka berakhir sebab Edward menikah dengan ibunda Victoria. Edward menikah bersamaan dengan sang kakak, raja William IV dan sebulan setelah pernikahan sang adik, Adolphus. Adolphus adalah kakek dari ratu Inggris Mary ( Mary adalah nenek dari ratu Elizabeth II). Edward menikah pada Mei 1818 di Jerman dan dilanjutkan Juli 1818 di Inggris. Perintah pernikahan ini datang dari kakak sulung yaitu raja George IV yang baru saja ditinggal wafat putri semata wayangnya, Charlotte. George IV khawatir tidak ada penerus tahta sebab seluruh adik lelakinya belum dikaruniai anak sah. Dari ketiga pernikahan bersaudara ini, adalah Edward yang terlebih dahulu dikaruniai anak dan diberi nama Alexandrina Victoria. Edward yang bangga dengan sang putri selalu mengatakan "lihat baik-baik putriku, suatu hari dia akan menjadi ratu". Pada Januari 1820, Edward terserang masuk angin berat. Saat itu sedang musim dingin, Edward tidak melepas stocking yang basah. Ia sempat dirawat dengan koping dan hisap darah namun kesehatannya tak kunjung membaik. Baru delapan bulan dikaruniai anak sah, Edward menghembuskan nafas terakhir. Enam hari sepeninggal sang ayah, giliran kakek Victoria, raja George III yang wafat di usia 81 tahun.
IBU VICTORIA
Ibunda Victoria adalah adipati wanita Saxe Coburg Saafeld yang lahir pada 17 Agustus 1786. Bagi ibu Victoria, pernikahan dengan Edward, adipati Kent adalah pernikahan kedua. Ibunda Victoria pernah menikah dengan Emich Carl dan dikaruniai dua orang anak yaitu Carl Frederick dan Feodora. Setelah suami pertama wafat pada 1814, ibunda Victoria menerima pinangan ayah Victoria pada 1818. Sesaat setelah menikah, ibunda dan ayahanda Victoria menetap di Coburg, Jerman sebab biaya hidup lebih murah ketimbang di Inggris. Ini merupakan salah satu bentuk penghematan mengingat ayahanda Victoria memiliki hutang yang sangat besar. Tak lama kemudian, ibunda Victoria hamil. Sebulan sebelum melahirkan, kedua orang tua Victoria kembali ke Inggris dan menetap di kota Sidmouth. Mereka membawa bidan Jerman yang bernama Frau Charlotte untuk membantu kelahiran. Di kota kecil pinggir laut ini, keduanya menyewa sebuah rumah yang kini dijadikan penginapan. Adipatni Victoria kemudian melahirkan di istana Kensington, London pada 24 Mei 1819. Adipati Edward sangat bangga pada bayi Victoria. Sayang ia hanya menemani hidup bayi Victoria hingga usia delapan bulan. Semula ibunda Victoria hendak membawa Victoria kecil kembali menetap di Coburg Jerman. Setidaknya di kota kecil itu, ia bisa hidup menggunakan uang peninggalan mendiang suami pertama. Terlebih lagi ibunda Victoria lebih fasih berbahasa Jerman daripada bahasa Inggris. Namun mengingat bahwa Victoria kecil saat itu adalah satu-satunya cucu sah, maka ibunda Victoria memilih menetap di Inggris, tepatnya di istana Kensington. Di Kensington, ibunda Victoria membawa Feodora untuk tinggal bersama. Meski Feodora berusia 12 tahun di atas Victoria, namun keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat. Sayang Feodora hanya tinggal beberapa tahun sebab ia menikah dengan pria Jerman dan kembali ke Jerman.
KAKEK VICTORIA
Victoria lahir ketika sang kakek, raja George III masih hidup. Meski demikian, tampaknya sang kakek tidak menyadari bahwa telah lahir seorang cucu perempuan sehat. Terlebih lagi, Victoria adalah cucu sah raja yang lahir pertama sepeninggal putri Charlotte pada 1817. Raja George III sudah sejak lama menderita gangguan jiwa, tepatnya sejak tahun 1765. Mulanya hanya kambuhan dan belakangan menjadi penyakit yang akut. Jika sedang kambuh, ia bisa berbicara berjam-jam tanpa henti hingga mulutnya berbusa dan suaranya serak. Ia hidup terpisah dalam perawatan di kastil Windsor. Kondisi kejiwaaan raja George III semakin parah setelah mendengar putri bungsu kesayangannya, putri Amelia wafat akibat sakit pada 1810. Penyakit jiwa raja George III diduga disebabkan oleh racun arsenik yang banyak ditemukan di rambutnya. Asal racun ini diduga dari penggunaan kosmetik dan obat-obatan. Pada 1818, raja George III diberitahu bahwa sang istri wafat, ia tampak tak mengerti. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, penglihatan raja George III buta akibat katarak dan juga tak bisa berjalan akibat menderita rematik. Rambut dan janggut raja George III tumbuh panjang. Pada 23 Januari 1820, putra keempat yang juga ayah dari Victoria meninggal akibat radang paru parah. Ia wafat pada 29 Januari 1820 malam ditemani oleh putra kedua, pangeran Frederick Adipati York.
MASA KECIL VICTORIA
Semasa kecil, Victoria dipanggil Drina. Ibunya begitu protektif terhadapnya, sehingga melarang Victoria untuk bermain dengan anak-anak sebaya di luar rumah. Bahkan tidak dengan anak-anak para abdi dalem. Victoria menjalani pendidikan di dalam rumah. Untuk naik turun tangga pun, Victoria harus digandeng oleh seorang penjaga. Ia tidur seranjang dengan sang ibu sampai pada hari ia menjadi ratu. Begitu ketatnya aturan terhadap Victoria muda di dalam rumah Kensington, sehingga dikenal sebagai Sistem Kensington. Victoria kecil tinggal bersama kedua kakak tirinya, Carl dan Feodora. Namun Carl maupun Feodora masing-masing menikah dan kembali ke Jerman. Pengasuh Feodora kemudian ditugasi menjaga Victoria kecil. Ia bernama Lehzen, wanita kelahiran Jerman. Victoria kecil memiliki banyak koleksi boneka yang ia beri nama masing-masing. Boneka itulah yang menjadi teman masa kecilnya dan disimpan di museum hingga kini. Di usia 10 tahun, Victoria mengetahui bahwa ia berada di urutan ketiga sebagai penerus tahta kerajaan setelah sang paman, George IV dan William IV. Pada masa ini Victoria memiliki seekor anjing kesayangan bernama Dash. Victoria menggambarkan dirinya sebagai seorang melankolis. Begitu ia menjadi ratu, ia langsung mengungsikan ibunya keluar rumah karena tak tahan dengan sikap protektif ibunya. Sementara Lehzen tetap tinggal bersama dirinya. Kelak setelah sang ibu wafat pada Maret 1861, Victoria baru menyadari betapa sang ibunda sangat mencintai dirinya berdasarkan peninggalan surat-suratnya.
VICTORIA DINOBATKAN MENJADI RATU INGGRIS
Jam enam pagi pada 20 Juni 1837, Victoria dibangunkan oleh sang ibunda. Ada dua utusan yang ingin menemui dirinya. Di ruang tamu dan masih mengenakan pakaian tidur, Victoria menemui keduanya seorang diri. Mereka memberitahu bahwa paman Victoria yang juga raja William IV menghembuskan nafas terakhir sekitar jam 2 pagi dan setelahnya, Victoria adalah ratu Inggris. Perdana menteri Melbourne kemudian datang ke kediaman Victoria. Keduanya langsung akrab satu sama lain. Konon Victoria menemukan sosok seorang ayah di pribadi Lord M, panggilan untuk si perdana menteri. Lord M yang sabar bahkan menemani ratu Victoria muda berkuda. Acara penobatan dilangsungkan pada 28 Juni 1838 di Westminster Abbey. Christian, Pangeran Denmark datang ke acara tersebut dengan harapan Victoria tertarik pada dirinya. Christian bahkan sengaja memakai pakaian baru untuk acara itu. Namun Christian lepas dari pandangan Victoria. Setelah gagal menjadi calon suami Victoria, Christian menikah dengan Louisa dan dikaruniai enam orang anak. Salah satu anak Christian adalah putri Alexandra yang kelak menjadi menantu ratu Victoria. Paman Victoria yaitu Ernest, Adipati Saxe Coburg Gotha datang ke upacara namun ia tidak mengajak kedua putranya, Ernest dan Albert. Tak lama setelah penobatan, Lord Melbourne dan pemerintahan Whig miliknya dipaksa mundur. Victoria menangis sembari menulis curahan hatinya di buku harian. Sir Robert Peel menggantikan Lord M dan meminta ratu Victoria muda untuk mengganti semua asisten wanitanya. Namun ratu Victoria menolak. Para asisten wanita tersebut merupakan pendukung pemerintahan Whig milik Lord M. Sir Robert Peel kemudian mundur.
MENCARI SUAMI
Saat berusia 17 tahun, Victoria diperkenalkan pada kedua sepupunya dari garis ibu yaitu Ernest II dan Albert. Kedua sepupu prianya adalah anak dari kakak kandung sang ibu, Ernest I. Ide memperkenalkan Victoria kepada para sepupunya tak lain datang dari adik termuda dari garis si ibu, yaitu Leopold. Tentu dengan tujuan agar Victoria dapat memilih calon pendamping. Namun pada pertemuan pertama tersebut gagal karena Victoria tak tertarik sedikitpun satu di antara mereka.
Uniknya, meskipun mereka sepupu pertama dan kelahiran keduanya dibantu oleh bidan yang sama, namun semasa kecil mereka tak pernah bertemu. Hal tersebut juga dikarenakan jarak, Victoria lahir dan menetap di Inggris sedangkan kedua sepupunya lahir dan menetap di Jerman. Pada pertemuan kedua di Oktober 1839, Victoria seperti terpanah asmara oleh salah seorang sepupunya yang bernama Albert. Albert lahir pada 26 Agustus 1819 berusia tiga bulan lebih muda dari Victoria. Namun Albert jauh lebih tinggi daripada Victoria. Tinggi Albert adalah 178 cm sementara sang ratu hanyalah 150 cm. Mereka sempat berdansa dua kali sebelum Albert kembali ke kamar untuk beristirahat. Sejak kecil, kesehatan Albert memang kurang kokoh. Sesuai dengan peraturan kerajaan di mana seorang ratu tidak boleh menerima lamaran dari pria manapun, maka Victoria lah yang harus melamar salah satu pria idamannya. Maka empat hari setelah bertemu dengan Albert, Victoria memberanikan diri untuk melamar. Albert menerima lamaran Victoria. Dalam buku hariannya, ratu Victoria mengisahkan bagaimana proses tersebut. Disebutkan bahwa Victoria merasa bahwa dirinya tak layak untuk seorang Albert. Sementara Albert menyatakan bersedia untuk melewatkan hidupnya bersama dirinya. Keduanya lantas berpelukan. Dengan kedua tangan, Albert memegang wajah sang calon istri dan kemudian mencium. Ia mengatakan dalam bahasa Jerman "Aku sangat mencintaimu, Aku Hanya Tak Dapat Mengatakan Seberapa". Albert kembali ke Jerman pada November 1839, empat bulan sebelum pernikahan digelar. Selama empat bulan itu, Victoria dan Albert saling berkirim surat. Inggris sudah mempersiapkan George Anson sebagai sekretaris pribadi Albert. George Anson adalah mantan sekretaris perdana menteri Melbourne. Albert tidak diperbolehkan membawa sekretaris atau asisten pribadi dari Jerman. Namun pada faktanya Albert membawa seorang asisten pribadi dari Jerman bernama Rudolph Lohlein.
PERSIAPAN PERNIKAHAN
Persiapan pernikahan keduanya tidak dilewati dengan sangat mulus. Sempat muncul perdebatan antara Albert dan Victoria. Albert menginginkan agar Victoria memilih pengiring yang masih perawan dan berasal dari keluarga utuh tanpa skandal. Perdana menteri Tuan Melbourne mengatakan hal ini sangat sulit dilakukan terlebih berjumlah dua belas orang. Beberapa paman Victoria hidup dengan wanita dan memiliki beberapa anak di luar pernikahan, termasuk ayah kandung Victoria sendiri. Victoria tak dapat menuruti keinginan Albert. Albert juga memprotes rencana bulan madu mereka yang ia rasa sangat singkat, hanya tiga hari di Windsor. Untuk ini, Victoria menjelaskan bahwa ia adalah seorang penguasa negara yang dibutuhkan setiap saat. Urusan negara tidak pernah berhenti dan tak dapat menunggu sehingga sulit bagi Victoria untuk rehat dari London. Ratu Victoria sangat dekat dengan perdana menteri Melbourne. Sebelum pernikahan, ia meremas kedua tangan Melbourne dan mengucap terima kasih atas semua kebaikan sang perdana menteri. Melbourne larut dalam suasana emosional. Berbeda dengan mantan perdana menteri Adipati Wellington Pertama, Arthur Wellesley yang hampir saja tidak diundang ke pernikahan Victoria dan Albert. Ia mempersoalkan gaji Albert yang dinilainya kecil. Saat sang mantan perdana menteri sakit, Victoria menolak untuk membesuk.
HARI PERNIKAHAN
Victoria dan Albert menikah pada 10 Februari 1840 di chapel istana Santo James. Udara kota London hari itu sangat dingin, berangin dan lembab. Hampir tiga abad sebelumnya, pernikahan serupa berlangsung di kota London yaitu pernikahan antara ratu Inggris Mary I dengan Philip dari Spanyol. Victoria bangun jam 8.45 pagi di kamarnya di lantai atas istana Buckingham. Pada jam 11 siang, ia berdandan dibantu oleh adipatni Sutherland. Adipatni Sutherland dikenal sangat fashionable. Sementara Albert menulis surat untuk nenek tirinya, adipatni Karoline Amelie. Albert sangat dekat dengan Karoline dan menangis saat harus meninggalkan Coburg dan sang nenek untuk ke London. Dengan diiringi musik, Albert masuk ke chapel didampingi oleh sang kakak, Ernest. Ia langsung mencium ibunda Victoria. Kemudian Victoria masuk ruangan dipimpin oleh Melbourne. Buntut gaun pengantin Victoria sepanjang 5,5 meter dibawa oleh dua belas pengiring yang seluruhnya mengenakan gaun putih berhias mawar putih. Hiasan kepala Victoria terdapat bunga jeruk yang melambangkan kesuburan. Wajah Victoria tampak pucat namun ia tak berhenti menatap Albert sepanjang upacara. Albert mengucapkan ikrar sehidup semati dengan sangat jelas dan tegas. Victoria sendiri tetap menggunakan kata "patuh" dalam ikrarnya. Paman Victoria yaitu pangeran August Adipati Sussex mewakili mendiang ayah Victoria dalam upacara sakral tersebut. Perwakilan dari Amerika Serikat beserta sang istri hadir. Di pojok berdiri seorang pelukis favorit ratu Victoria yang akan menyelesaikan lukisan dalam waktu dua tahun setelah hari sakral tersebut. Pengantin baru ini memberi sebuah bros Elang hasil karya Albert kepada setiap pengiring. Batu pirus pada bros itu melambangkan cinta sejati, mata elang berhias batu mirah delima melambangkan gairah, paruh berhias berlian melambangkan keabadian dan sepasang kaki elang mencengkeram dua mutiara melambangkan kecantikan. Setelah pemberkatan usai, keduanya menuju ke istana Buckingham untuk resepsi. Sepanjang perjalanan yang singkat itu, masyarakat Inggris bersorak sorai melambaikan tangan ke arah ratu mereka yang sedang berbahagia bersama suami yang baru dinikahinya. Sesampainya di istana Buckingham, keduanya memilih berdua sejenak di ruangan tertutup. Pengantin baru ini sekali lagi bersumpah satu sama lain bahwa takkan ada rahasia di antara keduanya. Sumpah ini kemudian dipertegas oleh Victoria setelah Albert wafat dengan menambahkan "itulah yang terjadi". Sementara para tamu menunggu di luar dengan perut lapar. Mereka mulai bersantap setelah Victoria dan Albert keluar dari ruangan. Dari sekitar 300 tamu yang hadir, hanya 50 tamu yang beruntung diundang ke acara sarapan. Salah satu kue pengantin memiliki lebar 2,7 meter, tinggi 40 cm dan berbobot 136 kg, berisikan penuh potongan buah. Pada 2016, sepotong kue pengantin sang ratu dilelang seharga 1500 pounsterling. Kue tersebut disimpan di dalam kotak yang bertuliskan : Kue Pengantin Ratu, Istana Buckingham 10 Februari 1840. Setelah santap sarapan selesai, Victoria dan Albert berganti pakaian. Victoria sempat berbincang berdua dengan tuan Melbourne sebelum ia dan Albert pergi ke kastil Windsor.
AWAL KEHIDUPAN SETELAH MENIKAH
Bulan madu mereka hanya berlangsung selama 3 hari, namun sungguh sangat berkesan bagi Victoria. Ia pun menuliskan pengalaman bulan madunya di buku sebuah buku diari miliknya dengan kata kalimat penuh cinta serta gairah. Pada malam pengantin sang ratu menderita sakit kepala sehingga ia berbaring di tempat tidur. Sementara Albert duduk di atas tumpuan kaki persis di sebelah kepala Victoria. Albert mendekap Victoria dan keduanya berciuman. Kemudian Victoria bangkit untuk berganti pakaian dan kembali untuk berbaring. Kali ini Albert sudah berbaring di tempat tidur menunggu dirinya. Ia juga berkisah bagaimana sang suami membantunya memakaikan stocking dan ketertarikan dirinya mengamati Albert bercukur. Ia sangat berterima kasih kepada paman, raja Leopold yang telah memilihkan seorang pendamping yang luar biasa dan membahagiakan hidupnya. Pada tahun yang sama, tepatnya 20 November 1840, ratu Victoria melahirkan seorang putri yang ia beri nama putri kerajaan Victoria dengan nama panggilan Vicky. Jika biasanya para suami kerajaan tidak menemani sang istri melahirkan, berbeda dengan pangeran Albert. Meski jenis kelamin bayi pertama Victoria kurang dari yang diharapkan, namun ia langsung berujar :"tak mengapa, berikutnya bakal seorang pangeran". Victoria benar. Setahun kemudian, yaitu pada November 1841, ia kembali melahirkan dan mendapatkan seorang putra yang akan menjadi raja Edward VII. Saat kelahiran bayi Edward, kesehatan bekas perdana menteri Melbourne kurang baik. Ia tidak datang saat upacara pembaptisan bayi Edward. Namun ia menyempatkan diri datang ke resepsi setelahnya. Tahun-tahun berikutnya, ratu Victoria akan memiliki total 9 orang anak yang seluruhnya lahir secara normal. Ratu Victoria disebutkan sangat menikmati kegiatan intim bersama Albert namun ia sangat tidak menyukai masa-masa kehamilan. Ia menyebut sebagai masa kelabu seorang wanita. Sang ratu juga tidak menyukai rupa bayi yang ia sebut seperti katak. Ia menolak menyusui semua anaknya. Ratu Victoria memiliki penyakit hemofilia yang diturunkan ke tiga dari sembilan anaknya yaitu Alice, Leopold dan Beatrice. Alice dan Beatrice membawa penyakit itu diturunkan ke anak-anak mereka, sementara Leopold menderita dan menurunkan penyakit tersebut ke putrinya. Akibat penyakit itu, Leopold wafat di usia 30 tahun.
VICTORIA MENYELAMATKAN ALBERT
Pada bulan Februari 1841, Victoria menemani Albert bermain es skating di danau di istana Buckingham. Permukaan danau itu membeku. Victoria menunggu di pinggir danau seorang diri. Saat Albert mendekati Victoria, ia meluncur di permukaan yang tipis hingga lapisan es retak. Seketika Albert sudah berada di dalam air yang dingin. Ia harus berenang selama dua tiga menit untuk mencapai permukaan. Victoria menjerit, ia langsung memberikan tangannya untuk menolong Albert. Sementara tangan Victoria yang lain berpegangan pada seorang asisten wanita yang satu-satunya berada di sana. Asisten wanita itu juga menjerit meminta tolong. Beruntung Albert dapat diselamatkan. Dagu Albert sedikit terluka. Setelah kembali ke rumah, Albert mandi air panas dan tidur sejenak. Beberapa jam kemudian Albert bangun dan bersama sang istri menemui paman mereka, Leopold yang datang berkunjung. Albert menulis pengalaman ini di sebuah surat yang ditujukan kepada nenek tirinya, Karoline Adipatni Saxe-Coburg Gotha Altenburg.
VICTORIA LOLOS DELAPAN UPAYA PEMBUNUHAN
Kejadian pertama sekitar bulan Juni 1840. Saat ia dan Albert dalam perjalanan menuju ke rumah ibunda Victoria menaiki kereta kuda terbuka, seorang pria bernama Edward Oxford melepaskan dua tembakan ke arah sang ratu yang sedang mengandung putri Vicky. Tembakan pertama meleset. Ratu Victoria langsung berdiri di atas kereta. Seketika pangeran Albert berdiri dan menarik Victoria untuk duduk. Ternyata tindakan Albert tersebut bisa jadi penolong nyawa Victoria sebab Edward Oxford langsung melepaskan tembakan kedua. Orang-orang di sekitar menyergap Oxford yang berteriak bahwa ia pelakunya. Oxford menjalani persidangan. Ia menyebut bahwa pistol yang ia beli hanya diisi serbuk api, bukan amunisi. Oxford dipenjara selama 24 tahun di Inggris sebelum dikirim ke Australia. Kurang lebih dua tahun setelah kejadian pertama, hal yang hampir serupa terulang. Kali ini Albert dan Victoria baru kembali dari kebaktian pagi di gereja istana St James. Albert melihat seorang pria berusaha melepaskan tembakan namun diduga pistolnya tak berfungsi sehingga ia memasukkan lagi ke dalam baju. Pria yang bernama John Francis itu tak menyerah dan ia kembali melakukan hal sama esok harinya. Tembakan yang kedua ini berhasil lepas namun meleset. Francis ditangkap, sedianya akan digantung dan dibedah perutnya sesuai hukum Inggris abad pertengahan. Namun ratu Victoria meringankan hukuman Francis menjadi seumur hidup. Lima minggu setelah itu, seorang pria berbuat yang serupa namun pistolnya tak berfungsi. Seseorang yang mengetahui berusaha memegang pergelangan pria yang memiliki kelainan pada tulang belakang itu, namun ia lolos di kerumunan. Malam harinya, polisi London mengejar pria itu dan berhasil menangkap di rumah keluarganya. Pria itu bernama John William Bean dan dihukum 18 bulan kerja paksa. Pada 19 Juni 1949, ratu Victoria sedang naik kereta bersama tiga anaknya termasuk pangeran Albert Edward/Bertie. Seorang pria bernama William Hamilton melepaskan sebuah tembakan namun meleset sebab seorang penjaga taman berusaha menangkis. Hamilton dipenjara 7 tahun di Gibraltar. Pada akhir Juni 1950, Victoria dan tiga anaknya baru menjenguk pamannya yang sakit parah. Seorang pria bernama Robert Pace memukulkan tongkatnya ke dahi sang ratu dan ia segera dikeroyok oleh orang-orang di sekitar. Victoria berdiri dan memberitahu bahwa ia tak terluka. Robert dipenjara di Tasmania selama tujuh tahun. Pada Februari 1872, Arthur O'Connor berusaha menembak ratu. Beruntung John Brown segera mencengkeram leher pria yang masih muda tersebut dan menjatuhkan ke tanah. Ternyata pistol yang akan digunakan itu rusak dan sejatinya tak bisa dipakai untuk menembak. Arthur dipenjara selama setahun sebelum diungsikan ke Australia. Percobaan pembunuhan yang terakhir adalah oleh Roderick Maclean. Pada 2 Maret 1882, Victoria baru sampai di stasiun Windsor dari London. Ratu berada di dalam kereta kuda tertutup. Pria yang belakangan diketahui menderita gangguan mental itu melepaskan sebuah tembakan. Murid-murid sekolah Eton langsung menyerang pria tersebut dengan payung mereka. Roderick ditahan seumur hidup.
PENYUSUP ISTANA
Bocah laki bernama Edward Jones hanya terpaut lima tahun lebih muda daripada Victoria dan Albert. Bocah Jones pertama kali menyusup ke istana pada 30 November 1840, sembilan hari setelah kelahiran putri Vicky. Keesokan hari, Bocah Jones kembali ke istana Buckingham. Melewati tengah malam, Baroness Lehzen mendapati Bocah Jones sedang bersembunyi di bawah sofa, di dalam ruang pakaian ratu Victoria. Ayah si Bocah memohon ampun namun tak digubris dan si bocah dimasukkan di tahanan selama tiga bulan. Jones bukan pertama kali menyusup. Pada 14 Desember 1838 jam 5 pagi (ya, tanggal yang misterius bagi seorang ratu Victoria kelak), Jones menyusup ke istana yang sama. Saat ketahuan, ia digiring ke dapur yang memiliki penerangan lebih baik. Wajah bocah Jones penuh dengan minyak hitam. Ia berhasil masuk ke ruang ratu Victoria kemudian mencuri celana dalam dan foto ratu Victoria, sebuah surat serta beberapa lembar kain. Saat itu ratu Victoria sedang berada di kastil Windsor. Setelah bebas, ia dibawa kapal menuju Brasil. Jones dipenjara di dalam kapal yang berlabuh di pinggir lautan Brasil selama enam tahun. Jones disebut sebagai pria aneh yang hanya terobsesi pada ratu Victoria.
SANG PUTRI SULUNG SAKIT PARAH
Meski telah menikah, pengasuh ratu Victoria yang bernama Lehzen tetap pada posisinya. Albert merasa kurang nyaman dengan keberadaan Lehzen. Sang pangeran merasa bahwa ia tak memiliki hak untuk mengatur rumah tangga sebab hampir semua diserahkan kepada Lehzen. Sejak putri sulung mereka Vicky menderita penyakit parah dan hampir kehilangan nyawa pada Januari 1842, pangeran Albert semakin tidak menyukai Lehzen. Ia beranggapan bahwa Lehzen sebagai kepala rumah tangga telah salah memilih dokter yang tepat untuk sang anak. Dokter Clark keliru dalam mendiagnosa penyakit Vicky, sehingga Vicky kecil diberi obat calomel dan diharuskan berpuasa. Putri Vicky kecil terlihat sangat kurus dan pucat. Hal ini membuat Albert bersitegang dengan para pengasuh di bawah Lehzen. Ratu Victoria lepas emosi kepada Albert. Albert sejenak pergi meninggalkan Victoria namun malam harinya mereka bertengkar lagi. Saat Victoria marah sambil menangis, Albert menulis pesan untuk sang istri. Sebagai ayah, Albert tak rela putrinya meninggal. Setelah emosinya mereda, ratu Victoria berdiskusi dengan Baron Stockmar dan juga perdana menteri Melbourne. Hasilnya, Lehzen diminta untuk pensiun dan kembali ke Jerman. Victoria rutin mengirim surat ke Lehzen seminggu sekali. Kemudian atas permintaan Lehzen, menjadi sebulan sekali. Ratu Victoria juga memberikan uang bulanan yang berlimpah kepada Lehzen. Uang tersebut digunakan Lehzen untuk menghidupi keponakan-keponakannya. Meski ia jauh dari Victoria, namun kasih sayang tulusnya tak pernah luntur. Rumah Lehzen dipenuhi dengan gambar-gambar sang ratu Victoria. Lehzen wafat pada tahun 1870.
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
Pada perjalanan rumah tangga mereka, pasangan ini dikaruniai 9 orang anak, yakni 5 orang perempuan dan 4 orang laki-laki. Mereka adalah Victoria/Vicky, Albert Edward/Bertie, Alice, Alfred/Affie, Helena/Lenchen, Louise, Arthur, Leopold dan Beatrice.Dokter pribadi Ratu Victoria pun melarang si ratu untuk kembali hamil. Ratu Victoria sempat melancarkan protes ke dokter sebab ia khawatir tidak akan dapat menikmati hubungan suami istri lagi. Konon, ratu Victoria mengalami hernia & kondisi tubuh yang terlalu lelah akibat melahirkan 9 anak dalam kurun waktu 17 tahun. Akibatnya, Victoria mudah marah tanpa sebab yang jelas. Sikap Victoria ini sempat diprotes oleh Albert dalam sebuah surat "...Lagi-lagi kau marah yang tidak perlu, mengikutiku dari satu ruang ke ruang lain.Aku berusaha terbaik untuk tetap sabar dan tidak mengeluarkan kata yang menyakitimu..". Namun kehidupan rumah tangga mereka cukup bahagia. Hal itu diungkapkan sendiri oleh pangeran Albert dalam surat yang dikirim kepada Ernest, kakak kandungnya di Jerman ;"Entah berapa kali badai menerpa kehidupan rumah tangga kita, namun selalu tetap hijau dan segar...". Boleh dikatakan bahwa pangeran Albert adalah pelopor pohon natal di Inggris. Setiap perayaan natal tiba, beberapa pohon cemara datang ke istana dan anak-anak menghias dengan riang gembira. Banyak orang menyebut bahwa ratu Victoria adalah nenek dari bangsa Eropa, karena anak-anak serta cucu dan cicit Victoria pada umumnya menikah dengan penguasa di daratan Eropa.
Duduk : Ratu Victoria Memangku Beatrice Kiri ke Kanan : Alfred, Alice, Helena, Leopold (di depan Helena), Albert, Vicky, Albert Edward, Louise |
MEMBELI RUMAH OSBORNE
Pangeran Albert pun sempat membeli sebuah rumah dan tanah yang sangat luas untuk dihadiahkan kepada sang istri tercinta. Rumah tersebut berlokasi menghadap ke lautan, dinamai Osborne House di Isle of Wright, di selatan Inggris. Albert merenovasi rumah tersebut kembali, menambahkan nuansa arsitektur bergaya Italia pada interiornya. Ruang keluarga didominasi oleh warna kuning. Di rumah itulah banyak tersimpan benda-benda pemberian satu sama lain. Salah satu pemberian Albert kepada Victoria adalah cermin rias yang dikelilingi oleh beberapa patung malaikat kecil. Victoria dan Albert membuat replika tangan kesembilan anak mereka dari batu pualam. Albert juga mencetak salah satu telinga dan telapak tangannya. Ratu Victoria menggambarkan kebahagiaannya melalui tulisan, tentang hari-harinya bersama pangeran Albert dan anak-anak di rumah tersebut. Pangeran Albert piawai memainkan piano, menambah suasana semakin ramai ditambah kehadiran 9 anak. Albert membuat museum mini berisi hewan yang diawetkan di dalam rumah untuk mengajarkan anak-anaknya tentang fauna. Ia juga memberi seluruh anaknya petak tanah berbentuk persegi untuk mengajarkan anak-anaknya bercocok tanam. Setiap anak diberikan kereta dan peralatan berkebun yang memiliki inisial nama masing-masing. Ketika buah atau sayuran tersebut telah tumbuh, maka mereka menjual hasilnya kepada sang ayah. Albert ingin mengajarkan ekonomi dasar kepada mereka. Khusus untuk anak-anak perempuan, Albert lebih mendorong mereka untuk berurusan dengan dapur seperti membuat kue atau memasak. Kegiatan ini dilakukan di penginapan Swiss yang dibangun Albert tak jauh dari rumah Osborne. Setelah jadi, Albert berusaha menyenangkan hati mereka dengan mencoba satu-persatu hasil masakan para putrinya. Di halaman rumah terdapat sebuah bunker mini untuk bermain sekaligus melatih anak-anak tentang militer. Kelak saat raja Edward VII bertahta, rumah ini diberikan kepada pemerintah. Hal ini menimbulkan protes terutama dari putri Louise dan putri Beatrice sebab semasa hidup, sang ibunda menginginkan rumah ini tetap dijaga sebagai kenangan dan milik keluarga. Maka dari itu, sebagian ruangan di rumah Osborne tertutup dari publik dan hanya diperuntukkan keluarga.
MENGADOPSI ANAK AFRIKA
Bermula dari seorang gadis bernama Sarah, ia terlahir pada 1843 di Afrika Barat dan keturunan Yoruba. Sarah kehilangan kedua orang tuanya saat berlangsung perang Okeadon pada 1848. Di usia yang masih kanak-kanak, Sarah menjadi tawanan perang raja Gezo dari Dahomy. Alasannya, Sarah merupakan putri dari ketua kelompok Afrika. Raja Gezo berencana memberikan Sarah kepada tamu yang penting atau dijadikan persembahan jika ada menteri atau petinggi yang meninggal dunia. Sarah dipercaya bisa menjadi pembantu menteri atau petinggi tersebut di kehidupan selanjutnya. Pada Juni 1850, kapten Forbes dari Inggris datang menghadap raja Gezo, meminta Sarah sebagai "hadiah". Entah "hadiah" untuk dirinya sendiri atau ia mewakili ratu Victoria. Setelah disetujui, sang kapten membawa Sarah menuju Inggris menggunakan kapal bernama Bonetta. Maka itu si gadis diberi nama lengkap Sarah Forbes Bonetta. Setelah mencapai Inggris, Sarah tinggal bersama keluarga sang kapten. Pada 9 November 1850, Sarah dibawa ke kastil Windsor menemui ratu Victoria dan pangeran Albert. Ratu Victoria mendanai pendidikan Sarah dan bertemu beberapa kali dalam setahun. Sarah disebut memiliki kecerdasan tinggi dan berbakat di bidang musik. Baru setahun hidup di Inggris, kesehatan paru-paru Sarah terganggu akibat iklim Inggris yang dingin dan lembab. Oleh karena itu, Sarah dibawa kembali ke Afrika oleh pengasuhnya dan kembali lagi ke Inggris pada tahun 1855. Pada Juli 1862, Sarah diundang ke pernikahan putri Alice di rumah Osborne. Sebulan kemudian, giliran Sarah menikah dengan kapten James Pinson Labulo Davies. Suami Sarah merupakan pengusaha yang bisa dibilang kaya. Setelah menikah, Sarah dan suami kembali ke Afrika. Mereka dikaruniai tiga orang anak yaitu Victoria, Arthur dan Stella. Ratu Victoria menjadi ibu baptis bagi putri sulung. Sayang Sarah tidak memiliki usia panjang. Ia wafat pada 15 Agustus 1880 di pulau Madeira, Portugis akibat tuberkulosis. Suami Sarah hidup hingga tahun 1906 di usia 77 tahun.
PAMERAN AKBAR
Pangeran Albert yang dikenal sangat cerdas mencetuskan ide untuk mengadakan pameran akbar. Desain gedung pameran yang mayoritas terdiri dari kaca dirancang oleh Joseph Paxton, perancang gedung Chatsworth Conservatory. Pemerintah Inggris menolak untuk mendanai pembangunan gedung. Ratu Victoria mengeluarkan sebagian dana dari kantong pribadi dan sisanya dari masyarakat. Pembangunan sempat diprotes sebab dikhawatirkan akan banyak pohon yang harus dipotong. Maka dari itu di dalam gedung terdapat pepohonan. Pembangunan gedung akbar dapat diselesaikan dalam waktu enam bulan dan dibuka oleh ratu Victoria pada Mei 1851. Negara-negara barat ditempatkan di sisi barat gedung, sementara negara-negara dari timur berada di sisi timur. Salah satu negara timur yang ikut serta adalah India. India memamerkan kain sutra, kain katun, logam dan kulit harimau. Perancis bangga dengan air mancur mereka yang berjuluk Eau De Cologne. Pameran dibuka selama enam bulan dan diperkirakan telah dikunjungi oleh enam juta orang. Setelah sukses dengan pameran akbar ini, pangeran Albert masih bermimpi untuk membangun gedung pertunjukan seni dan ilmu pengetahuan. Maka itu pangeran Albert meminta Komisi Kerajaan untuk pameran membeli rumah Gore dan berikut tanah di lahannya. Sayang proses dari pengajuan proposal hingga jadi terlampau lama untuk kehidupan seorang pangeran Albert.
ROYAL ALBERT HALL
Proposal impian Albert ini kemudian disetujui dan pada 20 Mei 1867, ratu Victoria meletakkan batu fondasi sebagai tanda pembangunan dimulai. Pembangunan gedung ini memakan waktu tak sampai empat tahun. Semula gedung akan dinamai Central Hall of Arts and Sciences/ Gedung Pusat Seni dan Ilmu Pengetahuan, namun oleh ratu Victoria kemudian diubah menjadi Royal Albert Hall of Arts and Sciences. Gedung resmi dibuka pada 29 Maret 1871. Edward, Pangeran Wales memberi sambutan pembukaan sebab ratu Victoria tak sanggup melakukannya. Di depan pintu masuk utama gedung, terdapat patung pangeran Albert. Gedung istimewa berbentuk lingkaran dan beratap kubah ini masih bertahan hingga kini dan menjadi salah satu obyek wisata yang menarik. Gedung ini sempat direnovasi selama delapan tahun dari 1996 hingga 2004. Kapasitas gedung bisa menampung hingga 5272 penonton.
MEMBANGUN KASTIL BALMORAL
Mulanya Victoria dan Albert mengunjungi kota Edinburgh sebagai pengantin baru. Skotlandia banyak mengingatkan Albert tentang kota masa kecilnya. Albert membeli sebuah rumah di Balmoral, Skotlandia pada 1852. Seiring dengan bertambahnya jumlah anak, Albert merasa bahwa rumah itu terlalu kecil bagi mereka untuk ditempati. Maka rumah tersebut dihancurkan untuk kemudian dibangun baru yang lebih besar. Kastil Balmoral siap ditempati pada tahun 1856. Lantai kastil ditutup dengan karpet bermotif kotak-kotak khas Skotlandia. Pun dengan serambi jendela. Sementara dinding bagian dalam berlapis kayu. Albert suka melewatkan waktu dengan berburu rusa meski sejarah menyebut bahwa Albert tidak luwes dalam berburu. Kepala rusa hasil buruan tersebut diawetkan untuk kemudian dipajang di sepanjang koridor kastil. Jumlahnya sangat banyak. Hingga kini pajangan tersebut masih ada. Kegiatan lain adalah berburu ikan salmon menggunakan tombak dan jaring. Kastil Balmoral kini (sampai tulisan ini dibuat) diturunkan kepada pangeran Charles, adipati Cornwall. Setiap musim panas tiba, ratu Elizabeth II bersama sang suami menghabiskan waktu di sini. Entah kebiasaan ini masih dilakukan atau tidak mengingat usia keduanya yang semakin bertambah. Pangeran Charles sendiri diketahui suka memancing ikan salmon pada sungai di belakang istana. Pada 22 Juni 1897, ratu Victoria merayakan hari bertahta ke-60 tahun di kastil ini. Pada perayaan itu, cucu yang bernama Alix dan suami Nicholas datang dari Russia.
SUAMI YANG SETIA
Pangeran Albert merupakan ayah yang begitu mengayomi anak-anaknya, sekaligus seorang suami yang memegang teguh pernikahan monogami. Ia menerapkan sanksi moral untuk dirinya sendiri jika ia berperilaku menyimpang dalam pernikahannya. Untuk yang satu ini, pangeran Albert sangat bertentangan dengan perilaku ayah dan kakaknya yang doyan main banyak wanita. Pernikahan orang tua Albert hancur karena itu. Ibunda Albert membalas kelakuan sang suami dengan berselingkuh pula. Kakak satu-satunya pangeran Albert menderita penyakit seksual menular akibat kebiasaan buruknya. Pangeran Albert pun sempat menasihati Ernest untuk segera mengobati sebelum ia menikah, karena ditakutkan Ernest takkan mampu memiliki anak kandung. Pada pernikahannya, Ernest memang tidak dikaruniai seorang anak pun. Namun pangeran Albert telah menyiapkan anak lelaki keduanya untuk menjadi anak angkat Ernest. Setelah Ernest wafat pada 1893, pangeran Alfred meneruskan gelar sang paman sebagai adipati Saxe Coburg-Gotha. Ia mendiami rumah masa kecil Albert di Rosenau, Coburg, Jerman hingga akhir hayatnya di usia 55 tahun.
PERNIKAHAN PUTRI SULUNG
Putri Vicky alias Victoria bertemu dengan calon suaminya pada Oktober 1851 saat ia masih berusia 10 tahun. Pria yang bernama Frederick, Pangeran Tahta Prussia itu diundang datang bersama kedua orang tuanya menghadiri Great Exhibition/Pameran Raksasa di taman Hyde, Inggris. Frederick yang kurang lancar berbahasa Inggris diantar berkeliling oleh putri Vicky yang lancar berbahasa Jerman. Pertemuan pertama itu membuat Frederick berkesan. Saat Vicky berusia 14 tahun, perencanaan pernikahan sudah mulai dibahas. Namun Albert dan Victoria tak mengijinkan Vicky menikah sebelum ia berusia 17 tahun. Victoria mendapat mas kawin 40000 pound (setara kurang lebih US$15.000 tahun 2019) ditambah tunjangan tahunan 8000 pound. Vicky dan Frits alias Frederick menikah di chapel yang sama dengan Albert dan Victoria pada 25 Januari 1858. Yang menyedihkan, pernikahan Vicky adalah satu-satunya yang dapat dihadiri oleh Albert sebab ia wafat di usia muda.
PERUBAHAN FISIK ALBERT
Sejak pindahnya putri Vicky ke Jerman, wajah Albert semakin berubah drastis. Usianya baru 39 tahun namun tampak seperti pria tua berusia 60 tahunan. Berat badannya semakin bertambah. Cambang Albert tumbuh lebat namun rambut di kepalanya semakin menipis sehingga pada musim dingin ia harus mengenakan wig. Albert menderita tatkala ia tak dapat menyalakan pemanas di ruangan sebab Victoria tak menyukainya. Pada tahun 1858, terjadi wabah demam tifoid di Windsor. Rudolph Lohlein mengingatkan Albert bisa meninggal apabila bersikukuh untuk tinggal di kastil Windsor. Rudolph berharap agar Albert pergi ke Coburg untuk istirahat sejenak dan mengembalikan stamina. Namun saran Rudolph ini tak dihiraukan oleh Albert. Sejak Oktober 1859, Albert mulai merasakan sakit di perut selama dua minggu lamanya. Ia mengeluhkan kram di perut yang bisa menyiksa hingga dua jam. Dalam kondisi demikian, Albert hanya mengonsumsi susu dan air. Ia berharap kondisinya bisa lebih baik namun yang terjadi justru sebaliknya. Saat ia berpakaian, Albert tumbang. Fisik Albert yang cenderung lemah ini sebenarnya sudah nampak sejak ia masih kanak-kanak. Dimulai dari pertumbuhan gigi yang dibarengi dengan demam. Albert kecil mudah lelah. Ia merasa menderita jika harus begadang hingga larut malam karena mengerjakan tugas atau menyambut tamu-tamu ayahnya. Ia juga sering menderita batuk.
MENYIAPKAN PERNIKAHAN ALICE DAN EDWARD
Victoria meminta bantuan putri sulungnya untuk mencari calon istri bagi Bertie dan juga Alice. Putri Vicky menuju ke kota Hesse, Jerman untuk menemui kandidat istri bagi sang adik, Bertie. Wanita yang ia temui adalah putri Anna. Sayang putri Vicky tidak terkesan dengan Anna namun ia menyukai kakak lelaki Anna yang bernama Louis. Maka pada pertengahan 1860, Victoria mengundang pangeran Louis dan adiknya pangeran Henry untuk datang ke kastil Windsor dalam rangka menonton balap kuda Ascot. Namun tujuan utama Victoria adalah untuk mengenal lebih dekat Louis dan Henry. Victoria mengamati bahwa Alice lebih akrab bersama Louis daripada Henry. Pada musim gugur 1860, Victoria dan Albert pergi ke Jerman. Sekembalinya dari Jerman, mereka meminta Louis untuk datang lagi ke kastil Windsor. Setelah makan malam bersama, Louis dan Alice tampak berbincang di depan perapian. Saat Victoria berjalan hendak menuju ke ruangan sebelah, Alice dan Louis menghampiri. Dengan gugup, Alice mengatakan bahwa Louis baru saja melamarnya. Louis meminta restu pada sang ratu dan mendapat jawaban positif. Pangeran Albert kemudian mengantar Louis ke ruangannya dan kemudian memanggil Alice. Keduanya resmi bertunangan pada 30 November 1860 dan Louis tetap berada di Inggris sampai tanggal 28 Desember 1860. Louis pun merayakan hari natal bersama keluarga besar Alice. Victoria dan Albert menyukai pribadi Louis yang hangat. Setelah Louis kembali ke Jerman, Alice menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merawat sang nenek, Victoria Adipati Kent yang terserang kanker.
ALBERT SAKIT-SAKITAN
Pada 24 Agustus 1859, melalui surat ratu Victoria memberitahu putri sulungnya mengenai kondisi sang ayah di Osborne. Albert disebut baru terserang penyakit perut namun bersikeras untuk tetap berada di luar rumah dan di bawah terik matahari. Albert merasa lebih baik karenanya. Albert juga menderita insomnia. Selama beberapa hari di Osborne, Albert tidak makan sama sekali namun hanya meminum susu dan air. Saat hendak berpakaian, Albert pun pingsan. Rudolph Lohlein mulai was-was dengan kondisi Albert. Pada tahun baru 1860, Albert menulis surat kepada Stockmar memberitahu tentang selesainya proyek rel kereta api dari Cologne ke Mayence sehingga memungkinkan untuk pergi dari London ke Coburg, Jerman selama 31 jam. Albert berharap ia dapat bertemu Stockmar lagi. Albert juga memberitahu kondisi perutnya yang membuatnya terbangun di pagi hari dan tak bisa kembali tidur. Pada 24 Juli 1860 di Osborne, Victoria dan Albert mendapat kabar tentang kelahiran cucu kedua berjenis kelamin perempuan. Cucu yang bernama Victoria Charlotte merupakan anak kedua putri Vicky. Saat itu, putri Alice sudah bertunangan. Albert menjelaskan kepada putrinya yang akan menikah itu tentang kehamilan dan melahirkan. Victoria sendiri merasa tak sanggup menjelaskan kepada Alice.
FIRASAT MENJELANG WAFATNYA ALBERT
Ketika istri Albert, ratu Victoria mengingat kembali, ia merasakan aneh teringat bahwa selama enam bulan sebelum meninggal, pikiran Albert selalu tentang kematian dan kehidupan setelah kematian. Topik pembicaraan Albert dengan Victoria pun mengenai dua hal tersebut. Keduanya membaca sebuah buku berjudul Heaven Our Home/ Surga Rumah Kita. Sekali waktu ia berkata kepada Victoria ;"Aku tidak tahu dalam tahap kehidupan apa kita akan bertemu kembali, tetapi kita pasti akan mengenal satu sama lain dan bersama dalam keabadian. Aku yakin dengan sepenuhnya". Kalimat Albert tersebut seolah ingin menyiapkan pikiran dan menenangkan Victoria, meski ternyata hal tersebut tak dapat membuat Victoria tegar sepeninggal Albert.
Firasat lain adalah saat setahun sebelum meninggal, pangeran Albert mengendarai kereta kuda seorang diri menuju ke kota kelahirannya di Coburg, Jerman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba baut-baut terlepas dan membuat keempat kuda panik dan lari melesat. Saat melewati perlintasan kereta api, pangeran Albert memutuskan untuk lompat dari kereta yang dikendarainya tersebut demi menyelamatkan diri. Salah satu kuda mati di tempat akibat benturan. Secara umum, pangeran Albert tidak mengalami cedera serius & hanya menderita memar-lecet, namun ia sangat tergoncang. Albert memberitahu sang kakak dan anak perempuan tertuanya bahwa dia merasa waktunya telah tiba. Dokter khawatir terhadap kejiwaan Albert yang begitu rapuh, bagaimana jika kelak ia harus menghadapi penyakit berat dan tidak memiliki ketegaran untuk bertahan hidup. Albert berkata kepada Victoria :"jika aku sakit nanti, aku tidak akan berjuang untuk bertahan hidup. Aku tidak memiliki ketegaran hidup sepertimu..."
ALBERT MULAI SAKIT PARAH
Pada Maret 1861, ibunda Victoria wafat di usia 74 tahun. Victoria yang pernah menjauh dari sang ibunda merasa sangat kehilangan. Albert tak mampu menenangkan sang istri meminta bantuan putri Alice. Albert mengambil alih tugas-tugas sang istri yang membuatnya kelelahan dan kurang tidur. Albert mengeluh tentang sariawan dan gusi bengkak. Selain itu ia juga beberapa kali muntah, diare dan kram perut yang menyakitkan. Kadang perut Albert mengeluarkan suara gemuruh. Sakit perut yang dirasakan Albert sudah berlangsung sejak sekitar Agustus 1859. Pada musim semi 1861, Edward alias Bertie masuk akademi militer sesuai dengan yang ia dambakan. Pada masa itulah, Bertie terlibat hubungan intim dengan artis Irlandia bernama Nelie Clifden. Saat Bertie sibuk di militer, Albert dan Victoria menyiapkan calon istri untuknya. Ratu Victoria menugaskan sang putri sulung Vicky untuk mencari beberapa calon. Bertie enggan untuk mengikuti keinginan kedua orang tuanya untuk menikah muda sehingga ia menolak beberapa calon yang ditawarkan. Ada seorang calon istri yang menarik putri Vicky. Ia adalah putri Alexandra dari Denmark. Vicky mengetahui putri Alexandra dari asisten sekaligus sahabatnya, Walpurga yang akrab dipanggil Wally. Suami Wally bekerja sebagai konsulat Inggris untuk Denmark. Putri Vicky segera memberitahu kedua orang tuanya melalui surat. Meski Victoria menilai alis Alexandra terlalu turun dan ukuran telinganya kecil, namun ia menilai sang putri Denmark adalah kandidat paling sesuai untuk Bertie. Victoria dan Albert kemudian merencanakan pertemuan darat antara Bertie dengan Alexandra. Pada September 1861, pangeran Louis kembali datang ke Inggris. Bersama keluarga besar Alice, ia ikut ke Skotlandia. Sementara Victoria dan Albert berada di Skotlandia, Bertie bertemu dengan Alexandra di gereja Speyer di Jerman. Bertie ditemani oleh sang kakak Vicky dan kakak iparnya, sementara Alexandra ditemani oleh kedua orang tuanya. Saat akan pulang dari Skotlandia, pengawal berkuda pangeran Albert yang bernama John Brown menguntai pesan. Ia berharap bahwa seluruh keluarga kerajaan baik-baik saja dan yang terpenting tak ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Pada awal November 1860, pangeran Albert kehilangan dua orang sepupunya di Portugal akibat demam tifoid. Tak lama kemudian, Albert dan Victoria mendapat kabar tentang hubungan Bertie dan Nelie Clifden. Albert datang ke Cambridge untuk menemui Bertie. Keduanya berjalan jauh di bawah guyuran hujan. Tak jelas apa yang diperbincangkan keduanya. Sepulang dari Cambridge, Albert mulai kehilangan tenaga. Ia bahkan tak sanggup memegang pena. Pada 21 November 1861, Albert disebut hanya menderita demam menggigil. Dokter Sir James Clark mengatakan bahwa Albert bisa sembuh namun dijawab sebaliknya :" aku tidak akan sembuh. Aku tidak kaget, juga tidak takut. Aku sudah siap". Lebih lanjut Albert mengatakan :"hidupku dikelilingi oleh kekayaan dan status, namun jika aku mengandalkan itu, aku akan menderita". Perdana menteri Palmerston berpendapat bahwa dokter James Clark tidak cukup piawai mendiagnosa gejala penyakit pangeran Albert. Sebab kondisi pangeran Albert tampak lebih parah daripada itu. Maka dokter James Watson pun datang. Namun dokter James Watson merasa bahwa ia sudah terlambat. Pangeran Albert didiagnosa terkena demam tifoid. Menurut pakar kesehatan, seandainya dokter Sir James Clark mampu mendiagnosa dengan tepat dari awal dan pangeran Albert dirawat sesuai diagnosa, maka bisa jadi pangeran Albert mampu diselamatkan. Pada 1 Desember 1861 jam 7 pagi, pangeran Albert bangun dan memaksakan diri untuk menulis saran kepada pemerintah. Saran Albert untuk menghindari Inggris dari perang pun diterima pemerintah. Itu adalah tulisan Albert yang terakhir. Putri Alice merawat ayahnya dengan tegar dibantu oleh Rudolph Lohlein. Ratu Victoria membacakan sebuah buku berjudul "Peveril of The Peak" dan Albert tampak bisa mengikuti. Kemudian ratu Victoria menundukkan kepala agar mendekat dengan sang suami tercinta. Albert berbisik "Istri Kecil Yang Baik"
SEMINGGU TERAKHIR DI KEHIDUPAN ALBERT
Tanggal 8 Desember 1861 merupakan hari Minggu terakhir bagi Albert. Hanya Alice yang menemani sang ayah sementara yang lain pergi ke gereja. Bertie berada di Cambridge, pangeran Alfred berada di laut mengikuti tugas sebagai tentara maritim sementara pangeran Leopold berada di Perancis untuk memulihkan kesehatannya akibat hemofilia. Hari Minggu siang itu, Albert meminta sofa tidurnya digeser ke dekat jendela agar ia bisa melihat awan yang bergerak. Alice memainkan piano lagu kesukaan sang ayah berjudul Tower Of God/Menara Tuhan. Setelah selesai, Alice melihat sang ayah mengatupkan kedua tangannya seperti sedang berdoa dan matanya terpejam. Alice memandangi wajah damai ayahnya dan mengira sedang tertidur. Kemudian Albert membuka matanya dan tersenyum. Dengan lembut, Alice bertanya :"apakah kau sedang tidur, papa sayang?" Albert menjawab :"Oh tidak, aku sedang membayangkan kenangan manis". Pikiran Albert kembali ke masa kecilnya di Rosenau, Coburg, Jerman. Ia seolah mendengar kicauan burung-burung. Alice mengerti bahwa ketegaran ibundanya tergantung pada ketegaran dirinya. Maka itu, saat merawat ayahnya, Alice tak pernah sekalipun menangis atau suaranya bergetar menahan tangis. Pada 12 Desember 1861, ratu Victoria justru meyakini perkataan dokter Sir James Clark bahwa Albert akan pulih. Maka itu ratu Victoria menolak menemui dokter James Watson. Ia menegaskan hal ini dalam sebuah surat kepada paman Leopold, bahwa ia tidak berada di samping Albert pada malam harinya. Sang ratu tidak melihat kondisi Albert mengkhawatirkan. Putri Alice berusaha menjelaskan kondisi yang sebenarnya, namun tetap saja tak bisa menggoyahkan rasa optimis sang ibunda.
ALBERT MENJELANG AJAL
Pada 14 Desember 1861 pagi, dokter yang merawat Albert merasakan kemajuan yang berarti dari kesehatan Albert. Setelah 3 minggu terbaring sakit, denyut nadi Albert terdengar lebih cepat dari biasanya, mereka pun optimis bahwa Albert akan segera pulih. Namun ternyata hal itu hanya sesaat saja, sebab siang harinya kondisi Albert menurun. Suntikan brandy yang diberikan dokter seakan tidak ada arti. Di dalam kamar tersebut terdapat banyak orang, namun hanya empat anak mereka yang hadir. Kemudian pangeran Edward datang dari Cambridge, tempat ia menempuh kuliah dan segera mencium tangan sang ayah yang sedang sekarat. Putri Vicky sudah menikah dan mengikuti sang suami menetap di Jerman. Pangeran Alfred berada di laut mengikuti tugas sebagai tentara maritim. Putri Beatrice yang masih berusia empat tahun berada di kamarnya bersama pengasuh. Pangeran Leopold berada di Perancis untuk memulihkan kesehatannya akibat hemofilia. Sang ratu biasanya tak mampu menahan diri menghadapi situasi demikian. Namun malam itu ia bersyukur bisa sangat tenang dan tetap duduk di samping sang suami tercinta menghadapi ajalnya. Sesaat pangeran Albert menggumam sesuatu yang tidak dapat dimengerti. Ratu Victoria mengira Albert berbicara dalam bahasa Perancis. Kemudian tangan Albert merapikan rambutnya, seperti yang ia biasa lakukan saat masih sehat dan saat sedang berbusana. Tak lama kemudian, Victoria mengatakan "Ini adalah istri kecilmu". Albert tampak memahami kalimat itu. Albert menundukkan kepala sebagai respons. Victoria keluar dari kamar yang dijuluki Kamar Biru tersebut. Pernafasan Albert mulai terputus-putus sehingga ratu Victoria segera dipanggil untuk melihat kondisi sang suami. Ratu Victoria langsung mengatakan "oh aku tahu, ini adalah kematian. Aku sudah melihat ini sebelumnya". Seperti yang kita ketahui bahwa ibu kandung Victoria meninggal akibat penyakit kanker pada bulan Maret 1861, sehingga ia mengetahui persis bagaimana ajal menjemput seseorang yang sedang sakit parah. Pangeran Albert pun menghembuskan nafas terakhir pada jam 11 malam, lonceng kematian segera didentangkan. Ratu Victoria terpaku dengan segala kesedihan yang ia rasakan. Anak-anak Victoria berusaha memapah sang ibu menuju ke ruang lain, namun langkah Victoria terasa sangat berat bak batu besar mengganjal. Ia menuju ke ruang anak, menggendong putri Beatrice yang tengah tidur dan memindahkan ke ruang tidurnya. Ia menyelimuti Beatrice dengan jubah tidur Albert. Ratu Victoria menangis semalaman, kemudian tertidur namun terbangun kembali dan menangis kembali. Dokter pun memberi Victoria obat penenang agar ia dapat beristirahat dan menyarankan agar ratu Victoria tidak mencium jenazah Albert.
PEMAKAMAN ALBERT
Petugas kerajaan mengambil foto terakhir jenazah Albert yang wajahnya sudah dibalut oleh kain putih. Victoria tidak mengijinkan jenazah Albert diotopsi untuk dicari tahu penyebab kematiannya. Karena kesedihan yang sangat, Ratu Victoria tidak menghadiri upacara mendiang Albert pada Senin, tanggal 23 Desember 1861. Peti jenazah Albert ditarik delapan kuda dari kastil Windsor menuju ke chapel St James. Peti jenazah Albert disemayamkan di gereja St James hingga hampir setahun sebelum dimakamkan di mausoleum Frogmore. Lagu ciptaan Albert berjudul Chorale/Gotha in A dikumandangkan. Sebuah eufigi berwarna putih (patung jenazah Albert) diletakkan di atas kuburan terakhir Albert. Pada saat yang sama, eufigi ratu Victoria juga telah dibuat namun diletakkan 40 tahun kemudian pada saat wafatnya sang ratu. Pangeran Edward/Bertie bertindak sebagai pemimpin upacara dibantu oleh George, adipati Cambridge dan pangeran tahta Prussia, Frederick (suami putri Vicky). Adipati Cambridge George adalah sepupu ratu Victoria. Di kota Berlin masyarakat bersimpati atas wafatnya pangeran kelahiran Jerman. Sementara keluarga kerajaan Prussia sangat berkabung. Baju tidur Albert bermotif bunga kuning, berlengan panjang dan berkerah diberikan kepada Rudolph Lohlein sebagai kenang-kenangan. Rudolph Lohlein sering digosipkan sebagai adik tiri Albert sebab ayah Albert memang suka bermain wanita.
SETELAH KEPERGIAN ALBERT
Ratu Victoria sangat menyalahkan Bertie atas meninggalnya Albert. Perdana menteri Palmerston menyarankan agar Bertie pergi keluar negeri selama enam bulan. Palmerston berharap supaya setelah Bertie kembali, suasana hati Victoria kembali sejuk. Victoria bersama anggota keluarga lain mengungsi ke Osborne. Ratu Victoria enggan menghadiri tugas-tugas kenegaraan di London. Sebagai ganti, para pejabat yang datang ke Osborne untuk berkonsultasi dengan ratu. Sebulan selepas kepergian Albert, putri Helena menulis surat kepada seorang teman untuk menggambarkan kesedihan hatinya ditinggal oleh sang ayah tercinta. Putri Helena mengatakan betapa ia mengagumi sosok ayahnya, semua kalimat yang diucapkan oleh sang ayah merupakan hukum sakral. Baginya, Albert adalah sosok penasihat dan penolong. Kehilangan sang ayah tak dapat digantikan oleh apapun dan sangat pahit. Masa yang ia lewatkan bersama sang ayah merupakan masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Sayang semuanya harus berakhir. Tujuh bulan selepas kepergian Albert, putri Alice melangsungkan pernikahan di Osborne pada 1 Juli 1862. Hal ini bukan dilangsungkan mendadak sebab putri Alice sudah dilamar oleh Louise, pangeran Hesse pada November 1960. Tepatnya semasa Albert masih hidup. Selama setahun selepas lamaran itu, segala persiapan pernikahan telah dilakukan. Termasuk gelang biru lapis emas hadiah pernikahan Albert dan Victoria yang sengaja dibuat khusus untuk putri Alice. Ratu Victoria menulis surat kepada putri sulungnya, Vicky di Jerman "Pernikahan Alice lebih mirip pemakaman...". Putri Vicky tidak hadir pada pernikahan Alice disebabkan ia sedang hamil besar. Alice adalah nenek buyut pangeran Inggris, Philip. Pada 10 Maret 1863, giliran Bertie dan Alexandra, putri Denmark yang menikah di kapel St George, Windsor. Pernikahan ini juga telah direstui oleh Albert beberapa bulan sebelum ia wafat. Albert juga telah melihat wajah Alexandra melalui beberapa foto yang dibawa oleh Wally, asisten wanita putri Vicky. Sehari sebelum hari pernikahan, ratu Victoria mengajak Bertie dan Alexandra berziarah ke makam Albert. Di depan makam Albert, Victoria menggenggam tangan Bertie dan Alexandra seraya menyebutkan bahwa Albert telah memberi restu untuk keduanya. Pernikahan Bertie dihadiri oleh putri Vicky dan sang suami, Fritz. Bertie adalah kakek buyut ratu Inggris Elizabeth II. Selama upacara pemberkatan, ratu Victoria menonton dari kejauhan di kotak panggung yang telah dibangun dari abad 16 untuk ratu Katherine Aragon.
JANDA WINDSOR
Kematian Albert menyisakan duka yang tak tergambarkan betapa dalam pada ratu Victoria. Sepeninggal Albert, Victoria memutuskan untuk pindah ke rumah Osborne. Ia memerintahkan agar kebiasaan para pelayan untuk menyiapkan segala keperluan Albert tetap berlangsung, seperti air panas untuk membasuh wajah Albert setiap pagi, handuk untuk mengelap, pakaian untuk dikenakan. Ia memajang foto jasad Albert pada dinding tepat di atas bantal tidur, meletakkan foto Albert semasa muda di sebelah tempat tidur serta mengukir tanggal pertama kali ia dan Albert tidur di ranjang tersebut. Ratu Victoria mengatakan "bagaimana aku bisa meneruskan hidup tanpa belahan jiwaku lagi di sisiku? Seperti menarik daging dari tulangku, sungguh sakit". Sejak saat itulah, Victoria selalu mengenakan pakaian serba hitam (yang berarti berkabung) dan kerudung janda berwarna putih selama 40 tahun hingga ajal menjemputnya. Tak hanya itu, ratu Victoria pun membuat beberapa monumen serta patung Albert dan tersebar di Eropa. Salah satu monumen adalah piramid batu di Skotlandia yang tertulis : Untuk Kenangan Tercinta Albert, Pangeran Pendamping Yang Baik dan Hebat, Dibangun Oleh Jandanya Yang Patah Hati, 21 Agustus 1862. Perdana menteri Benjamin Disraeli berpendapat bahwa patung-patung yang dibuat sebagian besar seharusnya menggambarkan Victoria sendiri sebagai seorang ratu Inggris, bukan Albert. Di sekitar piramid tersebar beberapa monumen yang terbuat dari tumpukan batu/cairn. Sembilan di antaranya memiliki nama masing-masing anak Victoria dan Albert. Oleh karena kejiwaan ratu Victoria terguncang hebat dan menolak muncul di publik, maka putri Alice bertindak sebagai sekretaris pribadi tak resmi sang ibunda selama beberapa bulan sampai ia menikah dan pindah ke Jerman. Posisi putri Alice kemudian digantikan oleh sang adik, putri Helena. Namun putri Helena memiliki kejiwaan yang rapuh. Ia mudah menangis jika mendapatkan beban kerja berat. Maka posisi putri Helena digantikan oleh adiknya, putri Louise. Ratu Victoria terkesan dengan kecerdasan putri Louise. Dr Karina Urbach di Jerman yang mempelajari sejarah hidup pangeran Albert berpendapat bahwa kepergian Albert justru membuat Victoria memberi pengaruh psikologis yang kurang baik terhadap anak-anak mereka. Setiap tahun, Victoria mengajak anak-anak masuk ke ruang biru tempat sang ayah wafat sambil menegaskan bahwa Albert adalah ayah yang hebat. Selama beberapa waktu, anak-anak dan seluruh pekerja istana diharuskan mengenakan pakaian hitam. Victoria melarang suara gaduh di sekitar dirinya. Hal ini bertolak belakang dengan wasiat Albert kepada sang istri sebelum ia wafat. Albert tak ingin sang istri berkabung terlampau dalam.
PERNIKAHAN ANAK-ANAK VICTORIA
Setelah pernikahan Bertie dan Alexandra pada 1863, anak Victoria yang menikah selanjutnya adalah putri Helena. Ratu Victoria menetapkan bahwa Christian, Adipati Schleswig-Holstein akan menjadi suami Helena. Hal ini menimbulkan protes terutama dari sang menantu putri Alexandra. Christian adalah orang yang telah mengambil lahan kekuasaan ayah Alexandra. Alexandra didukung oleh sang suami, Bertie dan juga adik iparnya, putri Alice. Selain itu, usia calon suami Helena terpaut lima belas tahun lebih tua. Orang-orang di sekitar kerajaan sempat mengira bahwa ratu Victoria mencari calon suami untuk dirinya yang telah beberapa tahun menjanda. Semula Alexandra dan Bertie menolak untuk hadir di upacara pernikahan Helena. Namun mereka membatalkan rencana itu. Sebelum menikah, ratu Victoria menginginkan agar Helena tetap tinggal di Inggris agar dekat dirinya. Seperti yang diketahui, kedua kakak perempuan Helena pindah ke Jerman setelah menikah. Ratu Victoria kelak juga berlaku sama pada putri Louise saat menikah pada tahun 1871 dan putri Beatrice saat menikah pada 1885. Putri Helena dan suami menikah pada tahun 1866. Dari sembilan anak ratu Victoria, hanya pernikahan putri Helena yang mencapai usia perkawinan emas. Pada tahun 1874, pangeran Alfred menikahi adipati agung Russia, Maria Alexandrovna. Maria menjadi putri satu-satunya yang hidup di antara seluruh saudara lelakinya sebab kakak perempuan Maria wafat di usia kecil akibat sakit. Pada tahun 1879, pangeran Arthur menikahi Louise Margaret, Putri Prussia. Pangeran Arthur adalah kakek buyut ratu Denmark, Margarethe. Pada tahun 1882, Leopold menikahi Helena, putri Waldeck dan Pyrmont. Leopold wafat pada 1885 ketika putri sulungnya Alice baru berusia setahun dan putranya Charles Edward belum lahir ke dunia.
VICTORIA DISEBUT NENEK BANGSA EROPA
Hampir seluruh pemimpin kerajaan di Eropa adalah keturunan ratu Victoria dan pangeran Albert, kecuali Wilhelm, raja Belanda dan Philippe, raja Belgia. Sampai dengan tulisan ini dibuat pada akhir 2019, berikut adalah keturunan mereka:
- Ratu Elizabeth II = Buyut melalui raja Edward VII.
- Carl XVI Gustaf, Raja Swedia = Buyut melalui pangeran Arthur dan pangeran Leopold.
- Felipe VI, raja Spanyol = Wareng melalui Victoria, Janda Permaisuri Jerman.
- Harald, Raja Norwegia = Buyut melalui raja Edward VII.
- Margarethe II, Ratu Denmark = Buyut melalui pangeran Arthur.
- Pangeran Philip, Adipati Edinburgh & Pangeran Pendamping Inggris = Buyut melalui putri Alice.
- Constantine II, Bekas Raja Yunani = Canggah melalui Victoria, Janda Permaisuri Jerman.
- Mendiang Marie, ratu pendamping Rumania = cucu melalui pangeran Alfred.
- Mendiang Victoria Eugenia, Ratu Pendamping Spanyol = Cucu melalui putri Beatrice.
MISTERI TANGGAL 14 DESEMBER
Beberapa minggu menjelang 14 Desember 1871, tiba-tiba pangeran Bertie jatuh sakit. Dokter mendiagnosa Edward terkena typoid, penyakit yang diduga membuat Albert meninggal. Istri Bertie, putri Alexandra sangat ketakutan dan kerap menangis. Putri Alice, sekali lagi, merawat sang kakak dengan penuh kasih sayang. Kebetulan putri Alice dan sang suami sedang datang berkunjung ke Inggris. Pangeran Alfred sangat cemas, sementara putri Helena kerap menangis. Bertie kerap mengigau tak karuan dan tak dapat tidur dengan tenang. Kondisi Bertie sudah tak lagi ada harapan. Dalam kondisi parah, ratu Victoria datang ke kediaman Bertie dan menengok dari balik tirai. Dokter sudah memberi peringatan kepada Victoria bahwa kemungkinan pangeran Edward sudah mendekati hari terakhirnya. Pada tanggal 13 Desember 1871, Edward sangat kritis dan mendadak pingsan. Dokter pun memeriksa nadi Edward di leher, dan mengatakan bahwa ternyata Edward mampu melewati masa kritisnya. Pada 14 Desember 1871 pagi, Edward terbangun dan tersenyum menatap sang ibu, ratu Victoria. Tampaknya sang ayah tercinta masih menghendaki ia hidup dan menjadi raja menggantikan sang ibu kelak. Pada Februari 1872, diadakan misa syukuran atas kesembuhan sang calon raja, Bertie. Alice sendiri tidak berusia panjang. Pada usia 35 tahun, ia menghembuskan nafas terakhir karena penyakit difteria yang mewabah kala itu. Ia tertular oleh putri sulungnya, Victoria. Yang sangat kebetulan sekali, bahwa Alice meninggal pada tanggal dan bulan yang sama dengan tanggal wafatnya si ayah, yaitu 14 Desember 1878. Kalimat terakhir yang diucapkan Alice adalah "dear papa.." (menyebut ayahnya). Kelak cucu Bertie lahir pada tanggal 14 Desember 1895, diberi nama Albert dan ia adalah ayah dari ratu Elizabeth II.
LEOPOLD DAN ALFRED
Semasa ratu Victoria masih hidup, ia didahului oleh tiga dari sembilan anaknya dan termasuk pangeran Albert serta John Brown. Setelah putri Alice wafat pada 1878, berikutnya yang wafat adalah pangeran Leopold, adipati Albany. Leopold wafat pada 28 Maret 1884, kurang dari setahun setelah wafatnya John Brown. Saat istri Leopold hamil anak kedua, dokter menyarankan Leopold untuk memulihkan kesehatannya di Perancis. Leopold menetap di villa milik temannya. Leopold sempat meminta sang istri untuk menyusulnya, namun sayang ia kemudian terjatuh di tangga. Oleh karena Leopold menderita hemofilia, dampak jatuh itu menyebabkan pembuluh darah di otak Leopold pecah. Anak kedua Leopold lahir empat bulan setelah itu dan diberi nama Charles Edward. Kelak Charles Edward meneruskan sang paman pangeran Alfred menjadi adipati Saxe Coburg Gotha pada tahun 1900 hingga tahun 1918. Charles Edward adalah kakek dari raja Swedia, Carl XVI Gustav. Pada 19 Juli 1900, putra kedua ratu Victoria yaitu pangeran Alfred/Affie wafat akibat kanker pita tenggorokan. Kepergian Alfred hanya enam bulan sebelum ratu Victoria wafat. Dan ratu Victoria wafat tujuh bulan sebelum putri Vicky wafat.
APAKAH RATU MENIKAH LAGI?
Pada 2013 lalu terdapat sebuah tulisan yang menduga hubungan ratu Victoria dengan John Brown. John Brown adalah pengawal kuda pribadi untuk Albert semasa hidup. John berasal dari Skotlandia, seorang yang peminum alkohol dan bersikap arogan. Namun dedikasinya menjaga ratu Victoria tak perlu diragukan. Ia menolong Victoria dari percobaan pembunuhan, ia menangkap pria bersenjata api malam itu. Ia pula yang menemani Victoria berkuda, menggendong Victoria kala sang ratu terjatuh dan mengalami patah tulang. Di luar, Victoria dan John Brown akan menikmati minuman beralkohol yang dimasukkan di poci untuk menghindari buruknya citra seorang ratu. Semasa hidup, ratu Victoria memberikan John sebuah kamar yang terhubung oleh sebuah pintu dengan kamar pribadinya. Hal ini disebutkan sangat menyalahi etika, apalagi seorang ratu, jika benar keduanya belum menikah. Namun banyak yang menduga bahwa ratu Victoria dan John Brown sebenarnya telah menikah. Hal ini dibuktikan dengan adanya surat pernikahan yang ditemukan. Surat ini kemudian diberikan kepada Ratu Elizabeth II, namun langsung dibakar. Ratu Elizabeth II tidak mengucapkan sepatah kata pun. Pendeta istana bernama Norman Macleod yang menikahkan Victoria dan John mengungkapkan penyesalannya saat terbaring sekarat. Ia menyesal telah menutupi fakta pernikahan keduanya. Pengakuan sang pendeta ditulis oleh Lewis Harcourt yang mendapatkan informasi dari sang ayah, William Harcourt. William bekerja sebagai sekretaris istana tiga tahun sebelum John Brown wafat. William sendiri mendapat informasi dari istri sekretaris pribadi ratu yang bernama Henry Posonby. Dan istri Henry Posonby mendapatkan informasi tersebut dari saudari sang pastor. Sementara cucu dokter pribadi ratu Victoria mengungkapkan bahwa saat meninggal, ratu Victoria telah meninggalkan wasiat kepada dokter James Reid. Ia menginginkan tangan kirinya mengenakan cincin yang diberikan John Brown. Cincin tersebut milik ibu kandung John Brown. Selain itu juga diberikan seikat rambut John Brown. Benda-benda ini disembunyikan dari pandangan publik dengan ditutupi oleh bunga. Cucu wanita dokter James Reid ini beberapa kali menerima wawancara televisi. Ia mengetahui hal tersebut setelah membuka buku harian milik sang kakek. Untuk bisa membaca dengan jelas, diperlukan kaca pembesar sebab sang kakek menulis dengan huruf teramat kecil. Dari buku harian ratu Victoria sendiri sangat jarang ditemukan tulisan yang menyebut John Brown. Hal ini dirasa wajar sebab putri Beatrice sudah menghabiskan puluhan tahun untuk "membersihkan" semua yang dirasa bisa merusak citra keluarga kerajaan.
MENGAPA JOHN BROWN?
Bertie sangat tidak menyukai John Brown. Saat Bertie bertengkar dengan John Brown, sang ibu membela Brown. Konon hanya putri Beatrice yang tidak menunjukkan ketidaksukaannya. Sepeninggal ratu Victoria, hampir seluruh yang berkaitan John Brown dihancurkan. Sebuah patung John Brown yang dibangun oleh ratu Victoria diam-diam diungsikan ke tempat yang dirasa seorang Bertie tidak akan dapat menemukan. Bagaimana asal muasal hubungan ratu Victoria dengan John Brown? Dalam sebuah tulisan adalah lelaki berusia 13 tahun bernama Robert James Lee. Suatu hari, Robert menyampaikan pada abdi dalem tentang sebuah pesan yang hendak ia sampaikan kepada ratu Victoria. Robert mampu menyebut panggilan kesayangan Albert terhadap anjingnya, padahal panggilan tersebut hanya diketahui oleh Albert dan Victoria. Robert mampu "menerawang" hal-hal pribadi yang hanya diketahui Victoria dan Albert saja. Para abdi dalem terpana dan menyampaikan kepada sang ratu. Konon Victoria yang sangat sedih sepeninggal Albert, sangat menginginkan "bercakap" dengan sang suami tercinta kembali. Maka dihelatlah sebuah "upacara mediasi", konon sebanyak 9 kali. Upacara ini tentu saja sangat rahasia, hanya ratu, Robert dan beberapa abdi dalem terpercaya saja yang hadir. Pada event di luar logika pertama kali itulah, ratu Victoria "mendengar" kembali suara Albert melalui mulut Robert. Seolah Albert berbicara dari liang kuburnya. Setelah upacara ke-9, Victoria menginginkan agar Robert tinggal di istana bersamanya. Namun keinginan ini ditolak, atas nasehat dari penuntun spiritualnya. Sebagai gantinya, Robert menyampaikan pesan dari Albert bahwa ia mempercayakan seorang bocah lelaki yang memegang senjata apinya. "Bocah lelaki" yang dimaksud Albert adalah John Brown, meski usianya kala itu sudah 30 tahunan. John Brown lahir pada 1826 di Skotlandia. Ia menjadi pengawal berkuda pangeran Albert. John Brown wafat pada 1883 di usia 56 tahun akibat sakit erisipelas, penyakit yang membuat seseorang demam, menggigil dan pada kulit muncul bercak merah. Pada jaman sekarang, penyakit ini mudah diobati meski butuh waktu berminggu-minggu untuk hilangnya bercak merah pada kulit.
MUNSHI ABDUL KARIM
Ratu Victoria adalah permaisuri India meskipun ia tak pernah sekalipun ke India. Posisi ini ditawarkan oleh perdana menteri Benjamin Disraelli. Di salah satu ruangan di rumah Osborne, ratu meminta dibuatkan dekorasi serba India dan ruangan itu disebut Durbar. Jika anda tahu bangunan bersejarah Taj Mahal di kota Agra India, itu adalah kota kelahiran Abdul Karim. Karim merupakan satu dari dua asisten yang dikirim dari India untuk melayani ratu Victoria pada 1887, sebagai hadiah ratu berkuasa selama 50 tahun. Entah bagaimana, sang ratu tertarik pada Abdul Karim dibanding rekannya. Karim yang memiliki postur tinggi mencium kaki sang ratu. Pada tanggal 20 Agustus 1887, Karim membuat kejutan dengan memasak kari ayam resep India asli untuk sang ratu. Sejak itu, masakan kari menjadi menu wajib bagi ratu Victoria. Setiap hari Minggu terdapat menu kari ayam untuk makan siang dan setiap hari Selasa, terdapat menu kari ikan untuk makan malam. Victoria kemudian memesan mangga dari India. Namun Karim mengingatkan bahwa mangga itu takkan bertahan segar karena diangkut kapal selama enam minggu. Keduanya menjalin kedekatan yang memicu rasa iri di kalangan pekerja istana dan terutama pangeran Edward/Bertie. Ratu Victoria membela Karim dan menyebut mereka sebagai rasis. Terhadap Karim, ratu memposisikan diri sebagai seorang "ibu tersayang" dan teman sejati. Bahkan kemudian ratu meminta Karim mengajari bahasa Hindustani. Itu mengapa Karim mendapat julukan Munshi, yang berarti guru. Pada Juni 1889, kakak ipar Karim bernama Hourmet Ali menjual bros milik ratu kepada penjual perhiasan di Windsor. Seluruh pekerja istana yakin bahwa Ali mencuri, namun Karim membela sang kakak ipar bahwa sudah kebiasaan di India jika seseorang menemukan barang, ia akan menyimpannya. Penjelasan Karim diterima oleh sang ratu. Pada Juli 1889, ratu memberi Karim kamar yang pernah ditempati dokter James Reid. Setelah mendengar Karim bahwa ia memiliki istri, ratu Victoria memerintahkan agar Karim membawa sang istri dari India. Karim dan istri mendapat tempat tinggal di rumah Frogmore. Ratu meminta Rudolph Swoboda untuk melukis Karim dan lukisan ini masih ada di rumah Osborne hingga saat ini. Saat kunjungan kenegaraan ke Florence, Italia, Karim duduk berdua dengan sang ratu di atas kereta kuda. Suatu hari, seorang pekerja wanita mengatakan bahwa ia dan seluruh pekerja akan berhenti jika Karim dibawa bersama ke Nice, Perancis. Seketika itu, ratu Victoria berteriak dan menghalau semua barang yang ada di meja di hadapannya. Sang pekerja keluar dari ruangan sambil menangis dan menceritakan apa yang terjadi. Anehnya, mereka tak jadi berhenti. Sesaat setelah ratu Victoria wafat, Karim berdiri di depan kamar sang ratu. Matanya menatap jauh ke taman di mana sehari-hari ia berjalan bersama sang ratu. Setelah keluarga dan beberapa pekerja terpercaya melihat jasad sang ratu, giliran Karim mendapat ijin dari raja Edward VII untuk melihat jasad ratu seorang diri. Hal ini sesuai keinginan sang ratu.Karim menjadi orang terakhir yang melihat jasad ratu Victoria sebelum dimasukkan peti jenazah. Karim juga berjalan bersama saat prosesi pemakaman di kastil Windsor. Namun sebulan kemudian, Karim dan istrinya terbangun oleh suara gedoran pintu yang sangat keras. Di depan sudah ada ratu Alexandra, putri Beatrice dan beberapa pasukan. Atas perintah raja Edward VII, semua surat yang ditulis ratu Victoria kepada Karim disobek dan dibakar di hadapan Karim, istri dan keponakan lelakinya. Petugas menyuruh keponakan Karim untuk membawa keluar semua surat yang memiliki segel ratu Victoria. Air mata mengalir dari balik cadar istri Karim, sementara Karim hanya terdiam. Tanpa ratu Victoria, Karim tak memiliki kekuasaan untuk melawan. Perintah raja Edward VII tak berhenti sampai situ, ia meminta Karim dan keluarganya berkemas untuk dipulangkan ke India. Karim wafat pada 1909 di usia 46 tahun.
MASA KECIL DAN REMAJA ALBERT
Albert beserta sang kakak Ernest tinggal di sebuah rumah bergaya separuh kastil. Rumah tersebut terletak di Roseneau, kota kecil Coburg, di Jerman. Rumah itu masih dilestarikan hingga kini. Oleh karena usia yang terpaut hanya 1 tahun 2 bulan, maka Albert dan sang kakak belajar bersama di dalam rumah. Keduanya sering berburu telur burung, serangga, tanaman dan juga bebatuan untuk dikoleksi di museum mini di rumah yang diberi nama Museum Ernest Albert. Museum itu didominasi oleh koleksi burung. Albert menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi melampaui sang kakak. Sosok Albert sedari kecil sudah memiliki sifat yang serius menghadapi hidup. Albert kecil selalu menuliskan isi hati dan hidup sehari-harinya pada sebuah diari. Sayang kebiasaan yang bagus ini tidak berlanjut saat Albert mulai dewasa. Dalam sebuah tulisannya, pangeran Albert yang berusia 6 tahun menangis karena tidak mampu menemukan arti sebuah kata sehingga dia mendapatkan cubitan dari gurunya. Di lain hari, ia menulis bahwa ia menangis akibat batuk-batuk setelah bangun tidur. Di lain hari, ia menangis karena menulis sebuah surat yang penuh dengan kesalahan kata sehingga surat itu disobek oleh gurunya, Rath. Di hari lain ia menangis karena tidak mengembalikan buku pada tempatnya. Pada sebuah tulisan yang ditujukan kepada sang ayah, Albert meminta sebuah boneka yang kepalanya bisa mengangguk. Banyak orang menduga bahwa kondisi Albert kecil yang kerap menangis akibat tindakan egois sang ayah. Sang ayah kerap berselingkuh sehingga sang ibu "membalas" dengan perselingkuhan pula. Saat sang ayah mengetahui, ibu Albert pun diusir keluar dari rumah. Ibunda Albert menulis surat kepada sahabatnya bahwa bagian tersulit adalah saat harus berpisah dengan kedua anaknya. Apalagi saat itu Albert dan Ernest sedang menderita batuk. Mereka berkata "ibu menangis karena harus meninggalkan kita". Tak cukup itu, ia bahkan diusir keluar dari kota Coburg serta dilarang lagi menengok Albert dan kakaknya. Albert pun menanyakan kepada sang ayah tentang hal ini, yang dijawab "Dia memang harus pergi dari rumah ini". Usia Albert kala itu baru 7 tahun dan Ernest 8 tahun. Keduanya tidak pernah lagi bertemu sang ibu. Setelah ibunda mereka pergi, giliran ayahanda mereka yang pergi selama lima bulan. Pada 26 November 1826, nenek Albert yaitu adipati Karoline memprotes ayahanda Albert. Pasalnya Ernest I ngotot membawa kedua putra mereka yang masih kecil pergi ke luar kota dalam cuaca sangat dingin. Adipati Karoline khawatir jika kedua cucu tirinya tiba dalam kondisi sakit dan menyarankan agar Ernest menginap di tengah perjalanan. Adipati Karoline memang bukan nenek kandung Albert. Ia menjadi istri kedua kakek Albert setelah nenek kandung Albert wafat akibat komplikasi setelah melahirkan ibunda Albert. Namun rasa sayangnya kepada kedua cucu tirinya sangat dalam. Setelah menikah dengan Victoria, Albert mengungkapkan betapa ibunya menderita di tahun-tahun terakhir hidupnya.
KAKAK SEMATA WAYANG ALBERT
Ernest menjadi bapak baptis untuk putri Alice, anak ketiga pangeran Albert. Ernest pula yang mengantar Alice menuju altar saat menikah pada Juli 1862 silam. Setelah menikah, Alice mengikuti sang suami menetap di Darmstadt, Jerman. Sementara sang paman menetap di Coburg, Jerman. Kakak sulung Alice yaitu Victoria menetap di Potsdam, Jerman. Adik Alice yaitu Alfred kelak menggantikan Ernest meneruskan gelar adipati Saxe Coburg Gotha pada tahun 1893. Albert mengatakan bahwa seorang istri akan bagus buat kehidupan Ernest yang doyan main wanita. Albert menggambarkan seorang istri seperti halnya rantai. Semakin berat dan ketat rantai itu, semakin bagus buat Ernest. Menurut Albert bahwa pasangan yang telah menikah itu harus "dirantai" satu sama lain, tak boleh terpisahkan dan keduanya harus hidup untuk satu sama lain saja. Pada masa ini, Ernest diketahui mengidap penyakit seksual menular. Albert memperkirakan apabila perilaku Ernest berlanjut, ditakuti sang kakak tidak akan dapat memiliki anak. Ernest kemudian menikah dengan Alexandrine, putri Baden pada 13 Mei 1842 di Karlsruhe, Jerman. Seperti yang sudah diperkirakan, pernikahan ini tidak dikaruniai anak. Alexandrine sendiri selalu menyalahkan dirinya atas ini. Meski pernikahan Ernest dan Alexandrine utuh, namun belakangan ia semakin menjauhi sang istri. Ernest menjalin hubungan dengan beberapa wanita di luar pernikahan. Sementara Alexandrine tetap setia. Ratu Victoria menyayangkan sikap Alexandrine yang mendiamkan perilaku liar Ernest. Perilaku dan gaya berpakaian Ernest kerap menjadi bahan lelucon bagi anggota kerajaan yang muda. Tahun 1887, Ernest dan Alexandrine datang pada perayaan 50 tahun ratu Victoria berkuasa di Kastil Windsor. Di sana, Alexandrine berjalan di belakang Ernest sambil mengatakan "Ernest, permata hatiku...". Ernest II wafat pada 1893. Sang istri wafat sebelas tahun kemudian yaitu pada 1904.
KISAH IBUNDA ALBERT
Ibunda Albert yang bernama putri Louise Dorothea kemudian menikah kembali dengan pria yang pernah berselingkuh dengannya, Alexander Von Hanstein. Pernikahan ini dilangsungkan secara diam-diam pada 1826 dan berlangsung cukup bahagia. Alexander diberi gelar Count Polzig. Louise sempat hamil namun janin yang dikandungnya keguguran. Sadar bahwa kesehatannya menurun, Louise memeriksakan diri di Paris, Perancis. Louise menderita kanker rahim yang tak dapat dioperasi. Ditemani oleh sang suami, Louise menghabiskan sisa hidupnya di Paris, Perancis. Ia wafat pada 31 Agustus 1831. Konon sebelum wafat, Louise berpesan agar jenazahnya selalu dekat pada sang suami, termasuk malam hari. Louise berkata apabila sang suami meninggalkan jasadnya lebih dari 24 jam, maka harta warisannya akan hilang. Sebagaimana diketahui bahwa Louise meninggalkan banyak warisan untuk sang suami. Hal ini dituruti. Jasad Louise diawetkan dan ditaruh di dalam sebuah piano dan digembok. Pada 1833, Alexander Von Hanstein menikah lagi dengan Maria Theresa dan dikaruniai 3 anak. Pada 1845, disebutkan bahwa Alexander sempat ke London untuk menemui pangeran Albert yang kala itu sudah menikah dengan ratu Victoria. Pangeran Albert memberi Alexander uang pensiun. Setahun kemudian pada suatu hari, rumah Alexander di Paris, Perancis "dibobol" oleh segerombolan orang. Dengan kloroform mereka membius Alexander, istri Alexander dan orang-orang lain di dalam rumah. Mereka kemudian mengambil jasad ibunda Albert . Tiga hari sesudah pembobolan tersebut, Count Polzig menerima pesan bahwa jasad mendiang putri Louise telah dimakamkan di pemakaman kerajaan di Glockenberg, Jerman. Apabila Count Polzig bersedia untuk tidak mengambil kembali jasad sang putri dan juga tidak membongkar identitas orang-orang yang membobol rumahnya, maka uang tahunan yang ia dapatkan dari peninggalan sang istri akan tetap berlangsung sepanjang hidupnya. Count Polzig menuruti permintaan ini hingga akhir hidupnya. Cucunya Hanz Polzig kelak menjadi salah satu arsitek Jerman yang terkenal di dunia.
AYAH ALBERT
Ayah Albert adalah putra pertama anak keempat dari tujuh bersaudara. Saat dewasa Ernest disebut memiliki wajah yang tampan dan postur yang tinggi. Sebelum menikah dengan ibunda Albert pada Juli 1817, Ernest menjalin hubungan di luar pernikahan dengan Sophie. Pada Januari 1817, Ernest dan Sophie dikaruniai seorang putri bernama Berta Ernestine. Konon ibunda Albert mengetahui perilaku sang calon suami namun ia tetap sudi dinikahi. Saat menikah pada tahun 1817, usia Louise baru 16 tahun sementara Ernest sudah berusia 32 tahun. Awal mulanya pernikahan orang tua Albert bahagia. Ibunda Albert disebut sangat mencintai sang suami. Namun perilaku Ernest tak berubah meski memiliki istri cantik, pandai dan mencintai dirinya sepenuh hati. Perselingkuhan sang suami dibalas oleh ibunda Albert. Saat ketahuan, Ernest mengusir ibunda Albert pada tahun 1824 dan resmi bercerai pada 1826. Ayah Albert melarang Louise untuk menemui kedua putranya. Albert dan Ernest tak pernah lagi bertemu ibunya meskipun hanya diam-diam. Ayahanda Albert sendiri menikah setahun lebih setelah ibunda Albert wafat, yaitu pada 23 Desember 1832. Wanita yang menjadi istri kedua Ernest adalah putri dari kakak perempuan Ernest yang bernama Antonia. Jadi Ernest dan Marie Adipati Wurttemberg adalah paman dan keponakan. Pernikahan ini tidak dikaruniai anak. Pada 1837, Ernest I menghadiri penobatan ratu Victoria di Inggris. Perilaku ayah Albert tetaplah sama. Pada 1838, Ernest kembali dikaruniai anak di luar pernikahan dari hasil hubungan gelapnya bersama Margaret Braun. Anak mereka adalah kembar lelaki bernama Ferdinand dan Ernest Albert. Pada 1844, Ernest I wafat di usia 60 tahun.
PAMAN ALBERT DAN VICTORIA
Ia berjasa menjodohkan Albert dan Victoria. Paman yang bernama Leopold ini lahir pada 16 Desember 1790 sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Leopold adalah kakek buyut dari raja Belgia sekarang, Philippe (bertahta dari tanggal 21 Juli 2013). Kakak lelaki tertua Leopold adalah Ernest, merupakan ayah Albert. Sementara kakak perempuan termuda Leopold adalah Victoria, ibunda Alexandrina Victoria yang kelak menjadi ratu Inggris. Leopold menikah pertama kali dengan kakak sepupu ratu Victoria yang bernama Charlotte, putri Wales pada 2 Mei 1816. Tentu saat itu Victoria belum lahir. Charlotte adalah putri semata wayang paman tertua Victoria, raja George IV. Saat menikah, Charlotte digadang-gadang menjadi ratu Inggris setelah ayahnya wafat kelak. Dan Leopold tentu akan menjadi pangeran pendamping. Namun takdir berkata lain. Charlotte wafat hanya beberapa jam setelah melahirkan pada 5 November 1817. Bayi laki-laki yang dilahirkan Charlotte juga tak bernyawa meski dokter sudah berupaya melakukan pertolongan. Penyebab kematian Charlotte diduga karena pendarahan dalam rahim akibat plasenta yang yang dipotong oleh dokter. Pendarahan ini semakin parah sebab perut Charlotte dibebat terlalu kencang. Leopold dan masyarakat Inggris disebut terpukul kehilangan dua generasi sekaligus. Ia memilih menduda selama hampir 18 tahun. Selama masa duda ini Leopold disebut menjalin hubungan dengan sepupu Baron Stockmar yang bernama Caroline Bauer. Caroline memiliki wajah yang sangat mirip dengan mendiang Charlotte. Pada 21 Juli 1831, Leopold dinobatkan menjadi raja Belgia. Setahun kemudian, Leopold menikah lagi dengan Louise Marie, putri Orleans dan dikaruniai empat orang anak. Namun Leopold ditakdirkan untuk selalu ditinggal wafat oleh istri. Louise Marie wafat di usia 38 tahun akibat tuberkulosis. Leopold wafat pada tahun 1865 di usia 74 tahun. Kisah Leopold akan saya tulis di bagian lain pada blog ini.
Banyak orang memandang aneh, bagaimana dua orang yang terikat darah sebagai sepupu pertama dapat menikah. Mari kita tilik dari hubungan ratu Elizabeth II dengan pangeran Philip. Mereka adalah sepupu jauh dan sama-sama memiliki nenek buyut ratu Victoria. Ratu Elizabeth II adalah keturunan dari anak Victoria ke-2 bernama Edward, sedangkan pangeran Philip adalah keturunan dari anak Victoria ke-3 bernama Alice. Bahkan penelitian genekologi menelusuri bahwa pangeran William pun masih ada hubungan saudara sepupu yang sangat jauh, dengan istrinya, duchess of Cambridge, Katherine Middleton, yaitu pada keturunan ke-14 melalui garis ayah sang duchess.
Coba telusuri pohon keluarga anda, siapa tahu suami atau istri anda masih terikat hubungan saudara jauh atau super jauh dengan anda?
terimakasih untuk infonya sob
ReplyDeletehttp://herbalkuacemaxs.com/