Monday, March 21, 2022

Hidup Tragis Seorang Marie Antoinette 1

Masa Kecil Marie Antoinette Hingga Berusia 14 Tahun
Marie Antoinette dilahirkan pada 2 November 1755 sebagai anak perempuan terakhir tetapi bukan anak terakhir. Ia memiliki seorang adik laki-laki. Nama aslinya adalah Maria Antonia Josephe Jeanne. Ayahnya adalah Francis I, Kaisar Suci Romawi dan ibunya adalah permaisuri Maria Theresa. Oleh karena ia lahir di hari berkabung dalam agama Katolik, maka ulang tahun Marie Antoinette selalu dirayakan sehari sebelumnya yaitu pada hari para Santa. Hari kelahiran Marie Antoinette bertepatan dengan gempa besar di Lisbon, Portugal. Bencana berkekuatan 7,7 hingga 9 magnitude ini memakan korban hingga puluhan ribu jiwa. Secara kebetulan, banyak penduduk dan gereja yang menyalakan lilin sebagai perayaan hari Santa. Goncangan akibat gempa mengakibatkan lilin berjatuhan dan menyebabkan bencana selanjutnya, yaitu kebakaran massal. Sungguh sebuah pertanda yang tidak diinginkan oleh semua orang yang lahir di dunia ini.
Ia memiliki 14 kakak kandung dan seorang adik kandung laki-laki. Enam kakak kandung Marie Antoinette meninggal saat masih kecil atau remaja. Ironisnya, dari seluruh anggota keluarga termasuk ayah ibunya, tidak ada yang berusia melampui 70 tahun. Marie Antoinette memiliki hubungan dekat dengan Maria Carolina, kakak yang berusia 3 tahun di atasnya. Seorang musikus terkenal bernama Wolfang Amadeus Mozart datang memenuhi panggilan untuk menghibur di istana. Namun di depan penonton, Mozart tampak kikuk dan terjatuh. Marie Antoinette yang mendekat untuk menolong dan mengusap air mata Mozart. Mozart kebetulan memiliki usia sebaya dengan Marie Antoinette. Namun kelak Mozart akan wafat di usia 35 tahun akibat sakit.
Dari kecil, Marie Antoinette (saya gunakan inisial MA) sudah dijodohkan dengan Louis XVI. Perwakilan dari keluarga Louis XVI datang sejak gadis itu masih berusia remaja. Ia melaporkan kepada raja Louis XV bahwa secara akademis, Marie Antoinette memang kurang namun ia memiliki perilaku yang baik. Di usia 10 tahun, ayahnya wafat. Kakak sulung laki-laki naik tahta menjadi kaisar Joseph II, bertahta bersama sang ibu.
Sebelum MA siap dikirim ke Perancis untuk menikah, ia menjalani proses perataan gigi yang menyakitkan. Beberapa saat sebelum meninggalkan Austria untuk selamanya, Marie Antoinette menangis di pelukan ibunya. Ia mendapatkan mas kawin berupa beberapa jam tangan. Salah satu jam tangan ini kelak akan menjadi jam tangan terakhir yang ia kenakan namun disita oleh petugas penjara. Permaisuri Maria Theresa, sang ibunda berpesan "Banyaklah berbuat baik buat masyarakat Perancis, sehingga kita bisa mengatakan bahwa kita mengirim seorang malaikat untuk negara Perancis". Ia pergi ditemani oleh anjing kesayangannya bernama Mops, serta para asisten yang diangkut oleh 57 kereta. Konon perjalanan dari Vienna menuju Versailles memakan waktu hingga 3 minggu lamanya.

Pernikahan Marie Antoinette Dengan Calon Raja Louis 
Di tengah perjalanan, mereka berhenti di hutan Compiegne. Di situ Marie Antoinette disambut oleh wanita yang ia sebut Ibu Etiket. Marie Antoinette diharuskan meninggalkan anjing dan para asistennya. MA menangis saat dipisahkan dari Mops. Ibu Etiket mengatakan bahwa ia bisa memiliki anjing Perancis sebanyak yang ia mau. Gaun ala kerajaan Austria harus ia tanggalkan sebelum memasuki Perancis. MA dirias menjadi seorang putri Perancis, dengan gaun dan penutup kepala biru turqouise. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk bertemu raja Louis XV dan suami. Mereka kemudian beriringan menuju ke istana Versailles. MA pun terpana dengan kamar tidurnya yang sangat mewah. Di sebelah ranjang tidur terdapat pintu yang menghubungkan ke kamar lain yang berfungsi lebih pribadi. Dua hari kemudian, MA dan Louis menikah di gereja. Mereka kemudian menjalani ritual ranjang agar mereka memiliki keturunan. Pada kenyataannya, MA tak kunjung hamil.'

Kehidupan Setelah Menikah
Etiket untuk MA sangat rumit. Setiap bangun tidur, ia sudah disambut oleh ibu Etiket dan para wanita lain. Pada wanita itu adalah para anggota kerajaan dan bangsawan. Wanita yang memiliki status tertinggi, akan bertugas melayani MA dengan menyediakan air untuk membasuh tangan, handuk untuk mengusap tangan dan memakaikan pakaian. Kegiatan ini selalu dilakukan setiap pagi namun MA merasa konyol namun tak dapat berbuat apapun. Setelah berpakaian, ia sarapan bersama sang suami dengan ditonton oleh banyak orang. Minuman MA hanyalah air putih yang didatangkan dari sumber mata air. 
Hubungan MA terhadap anggota kerajaan lain umumnya baik, terutama pada adik ipar bungsu yang bernama Charles. Namun MA menolak berkomunikasi dengan Nyonya Jeanne Du Barry, selir raja Louis XV. Du Barry tidak dapat memulai komunikasi dengan MA sebab statusnya di bawah MA. Ibu MA dan wakil dari Austria meminta MA membuka komunikasi dengan Nyonya (Jeanne) Du Barry. Sikap diam MA terhadap nyonya Du Barry dianggap tak bijak.  Posisi MA juga dianggap belum kuat selama ia belum memiliki keturunan. Pasalnya, suami MA adalah calon raja. Ibunda MA khawatir kalau raja Louis XV, sang kakek, akan berubah pikiran dan membatalkan pernikahan. MA pun memulai percakapan singkat "Hari ini banyak orang di Versailles". Meskipun singkat, namun Du Barry disebut sangat puas. Raja Louis XV mengirim dokter tua untuk memeriksa kondisi sang cucu. 

Menjadi Raja dan Ratu Perancis
Pada tahun 1774, Louis XV wafat akibat terserang cacar. Di usia 19 tahun, suami Marie Antoinette bertahta menjadi raja. Ia menggandeng sang istri untuk berlutut dan berdoa "kita masih muda, ini berat Tuhan". 
Ibunda MA kerap mengirim surat dari Austria, berharap agar MA lekas hamil dan memiliki keturunan. Ibunda MA berpikir ada yang salah dengan Louis sebab ia tak terangsang oleh anaknya. Hingga suatu hari pada tahun 1777, kakak laki-laki MA yaitu kaisar Joseph II datang untuk berbicara dengan Louis. Mendengar pengakuan Louis soal kehidupan seks, ia tidak melihat ada masalah medis pada diri Louis. Hanya saja cara berhubungan yang mungkin keliru. Hal ini disampaikan melalui surat ditujukan kepada Leopold, kakak laki-laki MA yang lain. 

Kelahiran Marie Therese dan Adik-Adiknya
Kedatangan Joseph ini berbuah manis, pada 19 Desember 1778, MA pun melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Marie Therese Charlotte Bourbon. Marie Therese adalah nama ibunda Marie Antoinette. Keluarga kerajaan Perancis dan masyarakat masih menghendaki MA melahirkan pewaris kerajaan, yaitu bayi laki-laki. Sehingga kelahiran Marie Therese tidak disambut antusias. MA berkata "kasihan gadis kecil, kamu tidak dikehendaki, tetapi kamu tetap aku sayangi. Anak laki-laki akan menjadi milik negara, kamu akan menjadi milikku"
 Setelah kelahiran Marie Therese kecil, suami MA menghadiahkan sebuah rumah bernama Petit Trianon sebab ia mengetahui bahwa MA tidak menyukai ritual istana Versailles yang kaku. Louis membebaskan MA merenovasi rumah tersebut sesuai selera MA. MA membuat taman, sungai, perkebunan dan peternakan di sekitar rumah tersebut. Rumah tersebut dahulu dibangun oleh raja Louis XV untuk ditinggali selir bernama Nyonya Pompador.  Untuk mendatangi Petit Trianon, raja Louis XVI harus terlebih dulu mendapat undangan atau ijin dari MA. Tak lama kemudian, MA terserang cacar dan menghabiskan waktu sebulan hanya di Petit Trianon ditemani oleh empat orang pria yang diklaim bertindak sebagai "perawat". Petit Trianon masih bertahan hingga kini, dan dibuka untuk publik, sebagai museum. 
Pada 1781, MA kembali melahirkan, namun kali ini sangat dinantikan oleh banyak orang sebab sang bayi adalah anak laki-laki yang diberi nama Louis Joseph. Pada tahun 1785, Marie Antoinette melahirkan bayi laki-laki lagi bernama Charles. 

Madame Deficit
Hari-hari Marie Antoinette dilewatkan dengan berbagai kegembiraan termasuk pesta topeng, opera, balapan kuda dan judi tak berkesudahan. Dalam setahun, Marie Antoinette bisa memesan 150 gaun berikut berbagai pasang sepatu. Ia juga menyukai minyak wangi dan aneka kue. Marie Antoinette memiliki penata rambut pribadi bernama Leonard. Suatu ketika, Leonard berhasil menata rambut Marie Antoinette setinggi 90 cm. 
 Siapa yang tak suka dekat dengan seorang wanita yang memiliki posisi tertinggi di kerajaan, selain suaminya?  Wanita ini kerap mengadakan pesta tanpa perlu bersusah payah menyiapkan dan membereskan. Teman-teman hanya perlu datang dan bersuka ria. Siapapun akan terbuai menjadi temannya. Dua rekan terbaik MA adalah Yolande de Polastron dan juga nyonya Lamballe yang pernah menikah singkat dengan paman Louis XVI. Yolande de Polastron dikenal cantik dan juga pandai melukis. Sayang kebiasaan borosnya menimbulkan kebencian. 


Keuangan Perancis Benar-Benar Goyah
Pada tahun 1786, MA melahirkan untuk terakhir kalinya. Bayi perempuan yang diberi nama Sophie itu hanya bertahan hidup selama 11 bulan. Pada 1789, putra sulung Marie Antoinette wafat setelah lama menderita tuberkulosis. Penyakit ini membuat anak sulung Marie Antoinette seperti semi lumpuh. Ia selalu ditemani seorang pelayan laki-laki. Di tahun inilah, masyarakat Perancis terutama di Paris mulai merasakan harga makanan yang mencekik. Ekonomi mulai goyah. Penasihat keuangan raja Louis XVI memberi masukan yang berdampak buruk. Raja Louis XVI mulai depresi, ia berjalan di sekitaran istana tanpa tujuan. Ia menolak berbicara dengan siapapun selama 10 hari. Suami Marie Antoinette ini memiliki perawakan tinggi yaitu 194 CM. Namun penampilannya tak bisa rapi dalam jangka waktu lama meskipun ia selalu dikelilingi oleh pegawai istana yang siap merapikan penampilan sang raja. Ia selalu tidur jam 11 malam, tanpa melepas wig. Tak ayal saat bangun, wig yang ia pakai kempes sebelah. Louis menyukai kegiatan berburu, namun ia memiliki karakter yang lemah. Marie Antoinette menduga hal itu disebabkan oleh ibu kandung Louis saat Louis masih kecil. Setelah ayah Louis wafat di usia muda, ibunda Louis tak memiliki semangat hidup lagi. Ibu Louis yang bernama Maria Josepha tersebut hanya mengurung diri meratapi kepergian sang suami. Ia tak memiliki selera makan. Seluruh ruangan yang ia huni ditutup oleh kelambu berwarna abu-abu. Louis yang kala itu berusia 11 tahun dibawa masuk ke kamar sang ibu bersama adik-adiknya. Hampir setiap hari. Namun hanya Louis yang seolah paling memahami perasaan sang ibu. Ia sabar mendengarkan curhatan sang ibunda. Sementara dua adik laki-laki Louis lebih cuek. Benar saja, pada awal musim semi 1767, ibunda Louis wafat, di usia 35 tahun. 

Hubungan Dengan Axel Von Fersen Semakin Dekat
Rekan lama MA bernama Axel Von Fersen, pria kelahiran Swedia yang dikenal tampan, kembali datang. Axel ini diduga memiliki hubungan terlarang dengan MA, berdasarkan bukti surat-surat di antara mereka. Beberapa kalimat pada surat ini memang telah "dikaburkan" dengan cara dicoret-coret. Namun dengan kecanggihan alat jaman sekarang, para ahli teknologi membantu para ahli sejarah untuk membaca apa yang ada di balik coretan-coretan tersebut. Pada tahun 1785, tepat sembilan bulan setelah kepulangan Axel, MA melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Louis Charles. Banyak spekulasi menyebut bahwa anak itu adalah hasil hubungan dengan Axel. Namun para asisten menyebut bahwa pada saat sebelum mengandung, Louis XVI sering menghabiskan malam bersama MA. Axel, berkirim surat kepada adik perempuannya. Ia mengatakan telah memutuskan untuk tidak akan pernah menikah. "saya tidak bisa menjadi milik seseorang yang saya benar-benar inginkan".

Sejenak Tentang Axel Von Fersen, Pria Idaman Lain Marie Antoinette
Kelak Axel akan meninggal di usia yang relatif muda, yaitu 54 tahun dengan cara yang sama tragis dengan Marie Antoinette dan Louis XVI. Bermula dari kematian pangeran tahta Charles August, yang jatuh dari kuda dan menderita pendarahan otak setelah memeriksa pasukan di Scania, utara Swedia. Warga curiga bahwa pangeran Charles August telah diracun oleh pendukung raja Gustav IV Adolf. Tersangka utama di pikiran mereka adalah Axel Von Fersen dan adiknya, Sophie. Sejak itu, Axel menerima banyak ancaman pembunuhan. 
Tanggal 20 Juni 1810, jenazah pangeran Charles August dibawa dari Scania untuk dimakamkan. Axel berada di kereta depan memimpin iringan, bersama pasukan lain. Di perjalanan, kaca kereta yang ditumpangi Axel pecah oleh lemparan koin dan juga peluru. Kereta Axel dihadang oleh warga yang membentuk barikade. Pengikat pada kuda-kuda yang menarik kereta tersebut dilepaskan, dan Axel ditarik paksa keluar dari kereta. Pasukan yang melihat ini hanya bisa diam. Akhirnya, seorang pria bernama Silfversparre berusaha menyelamatkan Axel. Ia menawarkan agar Axel ditahan dan akan disidang. Seorang pria bernama Otto Johan Tandefelt menginjak dada Axel dengan kedua kakinya. Tulang-tulang rusuk Axel patah dan menekan organ tubuhnya. Axel tewas di tempat. Beberapa bulan kemudian, Axel dan Sophie dibebaskan dari segala tuduhan mengenai tewasnya pangeran Charles August. Jenazah Axel dimakamkan dengan upacara kenegaraan. Sementara Otto Johan Tandefelt didakwa dengan pembunuhan dan penjara. Setelah beberapa tahun ditahan, ia kemudian diampuni oleh raja Swedia, Charles XIII, yang merupakan ayah angkat pangeran Charles August. Otto pindah ke Amerika dan berganti nama menjadi Patterson. 

Istana Versailles Digeruduk Wanita Dari Paris
Pada 5 Oktober 1789, sejumlah wanita dari Paris berjalan kaki menuju ke istana Versailles. Mereka membawa berbagai senjata. Saat mendengar para wanita ini sedang dalam perjalanan, suami Marie Antoinette menolak untuk menyelamatkan diri "lari dari sekumpulan wanita yang kelaparan?"  Saat para wanita ini tiba di depan istana Versailles, Louis XVI meminta penjaganya untuk membuka gerbang dan beberapa utusan wanita masuk menemui sang raja. Kemungkinan kelelahan dan kelaparan, seorang utusan wanita pingsan di hadapan Louis. Setelah sadar, ia mengucapkan "roti". Louis XVI menjanjikan akan memenuhi permintaan tersebut. Namun para wanita lain merasa belum puas. Mereka bertahan di luar Versailles dan tidak langsung kembali ke Paris. Tanggal 6 Oktober 1789 subuh, mereka menggunakan siasat untuk masuk. Beberapa wanita muda menggunakan pesona tubuhnya untuk menggoda penjaga gerbang. Kesempatan ini dimanfaatkan pria-pria bersenjata yang juga di antara wanita-wanita ini. Tujuan utama mereka adalah ke ruang MA, tentu untuk dibunuh. Ada seorang pria mengenakan mantel dan topi, layaknya seorang bangsawan. Ia menunjukkan di mana ruang MA. Betapa bencinya ia terhadap MA sehingga ia seolah tak peduli akan nyawa MA.  Dua bodyguard yang menjaga kamar Marie Antoinette tewas ditebas. (kisah MA bersama 3 asistennya kabur melalui pintu rahasia sudah diungkap di bagian lain). Massa kemudian berkumpul di bawah balkon. Kepala dua bodyguard malang tersebut dipasang di atas tombak dan diacung-acungkan ke arah balkon. Beberapa menembakkan peluru ke jendela kaca di balkon. Marie Antoinette keluar ke balkon dan membungkuk meminta maaf. Mereka berteriak "Hidup ratu~ Hidup Ratu". Tak lama kemudian diikuti oleh teriakan "ke Paris"

Meninggalkan Istana Versailles Untuk Selamanya
Marie Antoinette, Louis XVI, kedua anak mereka dan beserta rombongan pegawai istana termasuk nyonya Lamballe berangkat menuju ke Paris. Diikuti oleh rombongan para wanita yang "kelaparan". Sesampainya di Paris, rombongan kerajaan ditempatkan di istana Tuileries. 

Upaya Pelarian Ke Montmedy
Pada 20 Juni 1791, Axel Von Fersen merancang rencana bagi MA sekeluarga untuk melarikan diri ke Montmedy. Di Montmedy, Louis XVI berencana mengadakan kontra revolusi dengan cara bergabung dengan pasukan pendukung kerajaan. Di kota Montmeidy disebutkan masih banyak warga pendukung kerajaan.
 Di dalam kereta, terdapat raja Louis XVI, Marie Antoinette, Marie Therese, Louis Charles, adik bungsu Louis XVI yaitu Elisabeth serta pengasuh Louis Charles yaitu nyonya Tourzel. Mereka menyamar sebagai keluarga turis Russia.  Pada saat yang hampir bersamaan, adik Louis XVI yaitu Count of Provence dan istrinya juga melarikan diri, menuju ke Austria-Belanda, sehingga mereka menggunakan jalur berbeda dan selamat sampai tujuan.
Axel mengikuti MA dan keluarga hingga ke tujuan berikutnya dan kemudian diperintahkan oleh Louis XVI untuk meninggalkan mereka. Namun pelarian MA ini hanya berlangsung selama 23 jam. Saat mencapai Sainte-Menehould, identitas asli mereka mulai dikenali. Dan saat mencapai Varennes, mereka diberhentikan oleh seorang pria bertubuh pendek bernama Drouet. Ia dibantu oleh beberapa serdadu untuk memblokir jalan. Setelah beradu argumen, Louis dipertemukan dengan seorang pedagang lokal bernama Saucy yang juga seorang pengacara. Kepada Saucy, Louis meminta diijinkan meneruskan perjalanan agar mereka bisa sampai di Rusia untuk memenuhi undangan Bapak Baron yang mengadakan pesta kostum akbar untuk sang istri. Awalnya Bapak Saucy percaya, apalagi setelah melihat paspor. Namun Drouet mengancam bahwa membiarkan mereka pergi berarti Saucy siap kehilangan kepala. Louis dan rombongan kemudian dibawa ke rumah Saucy, bertemu dengan istri Saucy. Mereka terpaksa menginap semalam. Salah satu alasan pelarian ini gagal akibat suami MA yang beberapa kali menunda kepergian. Raja Louis XVI semula enggan meninggalkan Paris, ia menganggap bahwa hanya segelintir orang yang mendukung revolusi.  Pelarian ini menjadi salah satu alasan kuat raja Louis XVI kelak dipenggal.

Menjadi Tahanan Tuileries Kembali
Majelis Nasional mengirim Mayor Petion dan Barnave untuk mengantar mereka kembali ke Paris. Tugas mereka selain mengantar adalah melindungi anggota kerajaan terutama Marie Antoinette. MA banyak mendapat ancaman pembunuhan. Setelah kembali ke Paris, mereka ditahan di istana Tuileries lagi namun kali ini dengan penjagaan yang ekstra ketat. Hingga pada 10 Agustus 1792, istana Tuileries diserbu warga. Banyak "Penjaga Swiss" yang menjaga anggota kerajaan terbunuh di peristiwa ini. Warga mendesak agar bekas anggota kerajaan ini dipindahkan ke penjara Temple. Untuk sementara waktu, bekas keluarga kerajaan ini ditempatkan di Feuillans. Baru pada 13 Agustus 1792, mereka dipindah ke penjara Temple. 
Penjara Temple merupakan bangunan berusia 400 tahun, dibangun dengan kokoh, dikelilingi oleh 4 menara. Pada salah satu menara terdapat sebuah tangga berbentuk spiral yang menghubungkan lantai atas. Secara bertahap, perabotan dari istana Tuileries dipindah ke penjara Temple. 

Turgy, Si Tukang Masak Yang Bernyali Besar
Tanpa diketahui bekas anggota kerajaan, secara diam-diam tukang masak Turgy pergi ke penjara Temple. Ia membawa serta kedua rekannya yaitu Chretien dan Marchand yang juga bersedia mengikuti dirinya. 
Sesampai di depan penjara, Turgy mengenali seorang penjaga yang pernah bekerja di istana Tuileries. Meski awalnya enggan, namun penjaga tersebut mengajak Turgy, Chretien dan Marchand masuk. Mereka langsung menuju ke dapur. Ternyata di dapur sudah ada tiga tukang masak. Dengan pura-pura yakin, Turgy menjelaskan bahwa mereka bertiga dikirim untuk membantu di dapur. Kedatangan Turgy dan kedua rekannya ini seperti penolong di waktu tepat sebab dapur nampak berantakan. Penjara ini tidak ditempati selama 3 tahun. Orang terakhir yang menempati adalah adik kandung Louis XVI yaitu Comte d'Artois, yang keturunannya hidup hingga saat ini. Comte d'Artois ini berhasil kabur dari Perancis pada 1789. Turgy tahu betul bahwa sewaktu-waktu ia dan kedua rekannya akan menghadapi pertanyaan dari utusan pemerintah pendukung revolusi. Benar saja, pada hari kedua ia ditanya "siapa yang memberi wewenang kalian untuk bekerja di sini?" Jawaban Turgy "konselor" meyakinkan petugas tersebut. Keesokan hari, tiga petugas konselor yang tampak lebih berpendidikan, datang ke bagian dapur. Mereka adalah Chabot, Santerre dan Billaud de Varenne. Mereka memandang Turgy, Chretien dan Marchand dengan curiga. Chabot mengetahui bahwa Turgy dan kedua rekannya bekerja di istana Tuileries dan memberi pertanyaan yang sama dengan petugas sebelumnya. Dengan yakin, Turgy menjawab "(utusan pemerintah) mayor Petion dan Manuel". Chabot membalas "mungkin kalian dianggap warga yang baik. Bertahanlah di posisi kalian, negara akan memperlakukan kalian dengan lebih perhatian daripada pemimpin kalian yang tirani itu". Turgy dan kedua rekannya serempak menjawab. Setelah konselor pergi, Chretien dan Marchand menyeletuk "kamu mau kita bertiga ini mati ya? Kamu bilang ke deputi yang menyuruh kita adalah konselor. Dan kepada konselor kamu bilang yang menyuruh kita deputi/utusan pemerintah". Beruntung mereka bertiga tidak pernah menghadapi nasib itu. 
 
Jasa Besar Tukang Masak Turgy Untuk Marie Antoinette
Ohh satu lagi jasa Turgy untuk Marie Antoinette, yaitu pada saat istana Versailles dirangsek para wanita tanggal 6 Oktober 1789 subuh silam. Bodyguard yang menjaga kamar MA segera membuka pintu kamar, berteriak agar mereka bergegas mengunci pintu kamar dan membawa sang ratu keluar dari kamar. Tentu bukan pintu yang dijaga oleh bodyguard tersebut. Seperti yang telah saya kisahkan di awal, kamar MA yang sangat menawan ini memiliki sebuah pintu "rahasia" yang terletak di pojok kamar. Meski rahasia, namun pintu ini tampak terlebih jika kita jeli. Dari pintu inilah, MA dan ketiga asistennya lari. Namun terdapat sebuah pintu yang terkunci.. Asisten MA menggedor-gedor pintu dengan rasa panik. "Demi Tuhan, buka pintu ini! Buka pintu ini untuk ratu!". Beruntung Turgy mendengar dan segera membuka pintu. Turgy mulai bekerja di dapur Versailles pada tahun 1784, saat usianya baru menginjak 21 tahun. Mulanya pekerjaan Turgy hanyalah memotong sayuran dan pekerjaan kasar lain. Namun perlahan ia mulai dipercaya untuk membuat roti untuk raja Louis XVI. Pada akhirnya Turgy benar-benar diberi kepercayaan mengantar makanan untuk raja Louis XVI, ditemani oleh petugas kerajaan bersenjata. Jarak dari dapur ke ruang makan raja Louis XVI cukup jauh. 

Sedikit Mendalam Tentang Pintu Rahasia
Pintu ini menghubungkan dengan ruangan pribadi MA. Di ruangan ini, terdapat sebuah ranjang tidur dan sedikit perabotan. Dokter kerajaan saat itu mengharuskan MA untuk rebahan setelah mandi karena mereka percaya bahwa mandi hangat itu membuat otot tubuh menjadi lemas. Dari ruangan pribadi, terhubung dengan ruangan lain yang lebih besar. Di sini, MA memainkan piano dan harpa. Terdapat beberapa pintu yang salah satunya terhubung dengan bagian belakang bangunan. Karena belakang, maka dinding dan lantai tidak disemen atau diplaster. Dari sini, terhubung dengan tangga rahasia. Sebelum masuk ke ruangan megah lain yang bersifat terbuka untuk publik, terdapat sebuah dinding yang bisa dibuka. Berbeda dengan "pintu rahasia" di kamar MA, "dinding rahasia" ini tak nampak dari luar. Saat masuk, ternyata terdapat tangga rahasia lagi yang menghubungkan dengan dua ruangan rahasia yang terhubung satu sama lain. Ruangan ini kecil. Di satu ruangan terdapat perapian, satu lagi cukup nyaman dengan lemari. Beberapa orang yang bertanggung jawab atas Versailles sekarang menduga bahwa kamar ini digunakan Axel untuk datang menginap dan bertemu MA dan pergi tanpa ada yang mengetahui.

Hari-Hari Pertama di Penjara Temple
Jika petugas dengan mudah disuap, maka tidak dengan Konselor. Mereka dedikasi penuh kepada pemerintah pendukung republik. Mereka melarang Turgy menaruh makanan di meja sebelum meja berikut taplak meja diperiksa dengan seksama. Botol air dan teko kopi diisi di hadapan mereka. Roti dan macaron dibelah untuk diperiksa apakah ada pesan rahasia diselipkan. Konselor pun puas dan mengijinkan keluarga bekas kerajaan ini masuk ke penjara Temple. Saat pertama Turgy datang menghidangkan makanan, tentu MA mengenalinya. Namun demi keselamatan Turgy, MA harus berpura-pura. Dari ratusan pekerja bawahan di Versailles dulu, tentu MA tidak mengenali mereka satu persatu. Berbeda kasus dengan Turgy, sebab ia pernah menyelamatkan nyawa MA tanpa ia rencanakan, tepatnya pada 6 Oktober 1789 subuh. 
Kesempatan untuk berkomunikasi diam-diam datang saat Turgy masuk lagi untuk membereskan peralatan makan. MA membisik "kamu tidak seharusnya datang ke sini, terlalu berbahaya" Turgy membalas "ah, kenapa saya tidak seharusnya datang ke sini, bu?" MA kemudian menempelkan jari telunjuk ke bibirnya "ssst, ada yang datang" Turgy yang dikenal pandai, setia dan menghibur ini akan menjadi perantara rahasia. Dua atau tiga kali dalam seminggu, Turgy keluar dari penjara Temple untuk membeli bahan-bahan makanan. Di saat inilah ia membawa catatan pesan dari bekas keluarga kerajaan kepada orang-orang yang dituju. Salah satunya adalah jenderal Jarjayes yang masih berada di Paris. Dan Turgy pula yang membawa masuk catatan balasan ke dalam penjara Temple. Memilih Turgy adalah tindakan yang tepat. Saat kembali ke penjara Temple, ia tidak pernah digeledah. Para penjaga menyukai Turgy. Saat penjaga kelaparan, Turgy selalu memberi mereka roti dan keju. Terkadang potongan ayam dan ham. Kita tahu pada saat itu, harga roti sedang melambung tinggi dan berdampak pada masyarakat ekonomi bawah termasuk para penjaga.



Yang Setia Hingga Ke Penjara Harus Meninggalkan Bekas Keluarga Kerajaan
Di penjara Temple, Louis menemukan sebuah perpustakaan. Setidaknya ia tak merasa bosan. MA, Louis dan Elisabeth tetap rutin mengajarkan berbagai mata pelajaran kepada Charles. MA sesekali bermain piano yang dibawa dari istana Tuileries. Malam tanggal 19 Agustus 1792, pemerintah pendukung republik memerintahkan siapapun yang tidak berkaitan dengan kerajaan harus keluar. Kedua asisten Louis yaitu bapak Hue dan Chammily dibawa.  Permintaan MA agar mereka tidak membawa Lamballe sia-sia. MA menjelaskan bahwa sejatinya Lamballe adalah keluarga kerajaan sebab dulu ia pernah menikah dengan cucu raja Louis XIV. Namun pernikahan ini berjalan singkat, dan tanpa anak. Suami Lamballe meninggal karena sakit, diduga karena sipilis akibat kebiasaannya yang menyukai seks bebas. Untungnya penyakit ini tidak ditularkan ke Lamballe yang memiliki nama asli Marie Louise. Sepeninggal sang suami, Marie Louise tidak lagi menikah. Ia diperkenalkan ke MA pada tahun 1771, setahun setelah MA datang ke Perancis untuk menikah.
Lamballe, nyonya Tourzel dan putrinya, Pauline serta Felicity akan ditahan di penjara La Force. Kemudian Nyonya Tourzel dan Pauline akan dipindah ke penjara Port Royal. Nyonya Lamballe menjadi susah berjalan. Ia akan menemui ajalnya dengan cara tragis. Ia dipaksa untuk mengucapkan kalimat yang menentang kerajaan, namun ia menolak. Seorang utusan rahasia ayah mertua Lamballe berbisik agar Lamballe mengucapkan saja agar ia selamat dan segera keluar dari kerumunan warga yang beringas. Namun Lamballe menolak. Utusan rahasia ini berpura-pura mengatakan "ya dia sudah bersumpah". Lalu ia berkata pada Lamballe untuk keluar melalui pintu di depannya dan menyerukan dukungan pada negara, maka Lamballe akan selamat. Di luar, Lamballe/Marie Louise telah ditunggu oleh Nicholas Jourdan, pria yang pernah memenggal kepala dua bodyguard malang di depan kamar MA. Tapi kali itu ia berjanji akan menyelamatkan Lamballe. Namun saat dituntun, seorang pria bernama Charlot melempar tombak mengenai kepala Lamballe. Pria lain melempar stik kayu mengenai leher Lamballe. Lamballe jatuh sambil berlutut. Kemudian pedang dan berbagai tombak memburu badannya. Ia tak berteriak sedikitpun. Jasadnya ditelanjangi dan ditonton banyak orang termasuk anak-anak. Empat pria menaruh jasad Lamballe ke bangku dan menyiram darah yang mengucur dari tujuh luka. Pria bernama Grison memotong kepala jasad Lamballe dan membawanya ke sebuah salon kecantikan dan menaruh di meja. Grison meminta agar rambut jasad Lamballe dikeriting sebelum dipersembahkan ke majikannya. Sementara pria bernama Rodi membelah dada Lamballe dan mengambil jantungnya. Di depan penjara Temple, mereka berteriak. Petugas berusaha menutup semua jendela. Meski tak sempat melihat, MA akhirnya mengetahui nasib teman baiknya itu dan sangat terpukul.

Kehidupan di Penjara Temple Setelah Banyak Yang dibawa Pergi
Hanya beberapa jam di luar untuk menjawab beberapa pertanyaan pemerintah pendukung revolusi, mereka menetapkan bahwa bapak Hue tidak bersalah. Maka beberapa jam kemudian tepatnya jam 9 malam di tanggal yang sama, bapak Hue kembali ke penjara Temple. Kembalinya bapak Hue ini mengejutkan sekaligus menambah kegembiraan. Kegembiraan yang terutama buat MA tidak utuh sebab ia mengetahui bahwa Lamballe, Tourzel, Pauline dan Felicity tidak kembali lagi. MA kemudian mengatur ulang posisi tidur. Ia menidurkan Charles dengan dirinya di satu ruangan. Marie Therese dengan bibinya, Elisabeth di ruangan lain. Dua ruangan ini dipisahkan oleh semacam lorong kecil, berseberangan dengan ruangan yang ditinggali dua penjaga. Sementara Louis dengan bapak Hue di lantai bawah. 
Setiap pagi, keluarga kerajaan di atas ini turun ke bawah untuk sarapan bersama Louis. Kemudian semuanya naik ke atas untuk melewatkan waktu bersama di ruangan MA. 
Kemudian sebelum makan malam, mereka ke taman untuk menghirup udara segar dan berjalan terutama demi kesehatan Marie Therese dan sang adik, Charles. 

Penjaga Penjara Banyak Yang Kasar dan Beringas
Pintu masuk penjara dijaga oleh seorang penjaga bernama Rocher. Tubuhnya tinggi besar dan perokok. Gigi depannya hanya tinggal dua, yaitu atas dan bawah. Kepalanya selalu mengenakan topi bulu beruang yang nampaknya tak pernah dicuci sehingga berbau sangat menyengat. Pinggangnya mengenakan sabuk yang tergantung kunci-kunci besar, dan juga sebuah pedang. Rocher kerap membuat suara ribut dari kunci-kunci tersebut. Ia kerap mengajak penjaga-penjaga lain berkumpul untuk mabuk dan bernyanyi dengan suara keras sehingga terdengar oleh tawanan bekas kerajaan ini. Saat MA keluar ke taman, Rocher sengaja berdiri di pintu. Saat MA harus keluar dengan susah payah, Rocher mengebulkan asap pipanya ke wajah MA. "Inilah dia Marie Antoinette yang terkenal. Angkuh seperti biasa" Karena pintu keluar yang agak pendek, MA harus sedikit menundukkan kepala. Rocher berucap "ohh lihat, dia membungkuk ke aku. Gak, gak usah membungkuk. Ya udahlah kalau kamu bersikeras". Para penjaga lain pun tertawa. Rocher juga mengebulkan asap pipa ke Louis dan Elisabeth. MA, Louis dan Elisabet ditemani beberapa petugas yang dikirim harian, berjalan  bersama di sekitaran pohon kastanye. Setelah sejam, kadang dua jam, mereka kembali masuk. 

Kerajaan Prussia Menguasai Kota Verdun
1 September 1792, kerajaan Prussia menyerang Perancis dan berhasil menguasai Verdun.  Seorang wanita membentangkan tulisan "Verdun sudah ditawan" menghadap ke jendela. Elisabeth melihat sekilas dan berusaha menyembunyikan perasaannya. Untung tak ada penjaga penjara yang melihat. Bisa berbahaya bagi wanita pemberani tersebut. Terdengar kabar bahwa tentara Prussia tidak lama lagi akan masuk ke Paris. Paris dalam kondisi gawat. Majelis Nasional mengirim Clery ke penjara untuk melayani Louis. Bapak Clery juga asisten Louis, namun ia tak ikut saat kepindahan dari istana Tuileries ke penjara Temple. 
Keesokan hari pada 2 September 1792, datanglah seorang petugas bernama Mathieu. Mirip dengan Rocher, Mathieu berperangai kasar datang ke penjara dalam kondisi marah. Penjaga penjara tampaknya mengenal Mathieu. Ia langsung ke ruang Louis dan mencengkeram kerah baju bapak Hue "kamu ditahan!" Bapak Hue mengatakan dia akan mengambil pakaian dulu, namun dilarang. Mathieu membentak Louis "kamu tahu gak apa yang sedang terjadi? Tentara musuh sudah mencapai Verdun dan sekarang sedang menuju ke Chalons. Kamu yang akan bertanggung jawab seandainya terjadi sesuatu!" Mathieu melanjutkan "Ingat, kita juga bersiap. Drum sudah ditabuh untuk bersiaga, meriam peringatan sudah ditembakkan. Kalau pendukung kerajaan datang ke sini, istri dan anak-anak kita akan dibantai. Kamu yang pertama kali akan dibunuh!".
Charles berlari ke ruangan sebelah sambil menangis. Marie Therese menyusul untuk menghibur. Namun kesulitan, sebab Charles merasa bahwa ayahnya sebentar lagi akan benar-benar dibunuh. Petugas lain bernama Daujon mulai terusik, ia meminta Mathieu untuk segera membawa pergi bapak Hue. Sebelum pergi, lagi-lagi Mathieu mengancam. Kali ini ke bapak Clery "kamu harus hati-hati dalam kelakuan, atau nasibmu juga akan sama"

Kesetiaan Bapak Hue Berarti Bagi Keluarga Kerajaan
Sebelum pergi, MA mendekat dan memeluk bapak Hue "Mereka berusaha memisahkan orang-orang yang perhatian ke kita. Kita akan merindukanmu. Kita takkan bisa cukup berterima kasih atas semua pengorbananmu, dan juga kebaikanmu ke kita semua"
MA memang sayang kepada bapak Hue. Nama lengkapnya adalah Francois Baron Hue, kelahiran 18 November1757. Saat makan, MA kerap menyisihkan potongan daging untuk kemudian diberikan ke bapak Hue. MA juga kerap menanyakan pendapat bapak Hue tentang minyak wangi yang ia baru beli. 
Bapak Hue segera dibawa ke balai kota. Ada yang berteriak "Kirim dia ke penjara Abbaye". Yang Lain berteriak "ke La Force". Yang lain lagi "penggal kepalanya!" Seorang penjaga tiba-tiba berdiri dan memberi saran "Pria ini memegang kunci penting semua rencana yang dicetuskan di dalam penjara Temple. Akan lebih bermanfaat dan masuk akal kalau dia ditahan sehingga kita bisa menggali informasi lebih". Petugas ini berjasa menyelamatkan nyawa bapak Hue yang sudah di ujung tanduk. Bapak Hue pun ditahan di penjara bawah tanah, persis di bawah Balai Kota Paris. Bapak Hue ditakdirkan hidup lumayan panjang. Setelah dibebaskan dari penjara, Hue menyewa sebuah apartemen di dekat penjara Temple. Dari kamar apartemennya, Hue bisa memantau Marie Therese saat ia duduk di bawah pohon kastanye, di halaman depan penjara Temple. Pada Desember 1795, Hue dipilih Marie Therese untuk menemani dirinya saat dibebaskan dari penjara Temple menuju ke Vienna, Austria. Bapak Hue menulis sebuah buku, mengisahkan hidupnya bersama keluarga kerajaan. Hue wafat pada tahun 1819, di usia 61 tahun. 

Suami Marie Antoinette Dijatuhi Hukuman Mati
 Pada Januari 1793, suami Marie Antoinette menjalani persidangan. Ia dituduh berbagai macam, termasuk pertumpahan darah masyarakat Perancis. Setelah melakukan vote, sebagian lebih menginginkan raja Louis XVI dijatuhi hukuman mati. Pada malam sebelum eksekusi, Marie Antoinette, Putri Elisabeth dan anak-anak dibawa turun ke ruangan Louis XVI. Suami Marie Antoinette berjanji akan menemui mereka lagi pada pagi hari jam 8, namun Marie Antoinette meminta jam 7 pagi dan disetujui. Namun esok harinya, Louis XVI tidak menemui mereka karena Louis tidak ingin menambah beban perasaan. Sepeninggal Louis XVI, Marie Antoinette enggan membawa kedua anaknya untuk turun ke taman. Hal ini disebabkan ia harus melewati pintu kamar mendiang sang suami, dan ia tak dapat menahan perasaannya. Seorang petugas menyarankan Marie Antoinette membawa anak-anak ke taman di atas penjara. Setidaknya anak-anak membutuhkan udara segar demi kesehatan. Saat yang bersamaan, kaki Marie Therese mengalami infeksi. Marie Antoinette minta dipertemukan Clery, asisten pribadi Louis yang menemani hingga sebelum Louis dibawa pergi dari penjara Temple namun petugas mengatakan kondisi Clery buruk. Para petugas di penjara Temple dilarang mempertemukan Marie Antoinette dengan Clery. Clery tetap berada di ruangan mendiang majikannya. Secara psikis, ia sangat terpukul. Saat dikunjungi dan diajak duduk di meja makan, Clery nampak enggan makan. Kemudian datanglah dua petugas yang menyaksikan eksekusi Louis, dengan santai bercerita bagaimana ia mempercepat eksekusi. Clery semakin terlihat depresi. Ia kemudian diajak kembali ke ruangan, dan beberapa kali hampir pingsan. Di sela-sela itu, Clery berkisah kalau saja sang majikan mau kabur, dengan mudah bisa dilakukan. Sebab jendela ruangan Louis hanya sejengkal dari dasar. Namun Louis tak ingin lolos meninggalkan keluarganya tertahan di penjara Temple. 

Pagi Terakhir Bersama Sang Anak Sulung dan Adik Ipar
Sekitar jam 2 pagi, beberapa petugas masuk. Mereka membacakan perintah pemindahan Marie Antoinette. MA tidak mengucapkan sepatah kata atau emosi sedikitpun. Putri Elisabeth dan Marie Therese memohon untuk diikutsertakan, namun tentu keinginan ini ditolak mentah-mentah. Mereka memeriksa barang-barang yang akan dibawa, dan menemukan paket kecil berisi rambut Louis XVI dan anak-anak, juga secarik kertas matematika yang ia ajarkan ke Louis Charles, sebuah buku yang mencatat alamat dokter anak-anak, miniatur sahabat dekatnya nyonya Lamballe, dua teman masa remaja yaitu putri Hesse dan Mecklenburg serta dua buku doa. Namun petugas membiarkan MA membawa saputangan dan botol parfum. Elisabeth membisikkan sesuatu di telinga MA, namun tidak terdengar. Setelah mengucap perpisahan pada Marie Therese dan memohon memperlakukan Elisabeth seperti ibu kedua, MA pun beranjak pergi tanpa menoleh lagi. Di pintu depan, kepala MA membentur pintu, karena tak menyadari bahwa pintu itu rendah. Seorang petugas bertanya apakah ia merasa sakit, "tidak, tidak ada yang bisa menyakiti diriku lagi" Dalam perjalanan dari penjara Temple menuju ke Conciergerie, MA ditemani oleh kepala penjara Michonis dan beberapa pengawal.