Rosalie yakin bahwa suster itu berdoa untuk Marie Antoinette, dan sudah dilakukan beberapa waktu lamanya.
Putusan
Membahas selebriti Indonesia, Asia dan Dunia. Sebagai selingan dan jika anda hobi membaca kisah nyata, blog ini menampilkan berbagai kisah nyata dari kehidupan manusia di dunia sehari-hari agar memberi inspirasi.
Putusan
Marie Therese benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi pada ibunya dan bibinya. Ia menduga bibi Elisabeth sudah tidak lagi berada di Perancis. Dari seorang petugas, Marie diberitahu bahwa sang adik menempati ruangan persis di bawah ruangan miliknya. Ia meminta dipertemukan dengan sang adik, namun tak pernah digubris. Ia juga memohon dipertemukan sang ibu, tentu juga tak mungkin terjadi. Di dinding penjara, Marie Therese mengukir "Marie Therese merupakan orang yang paling tidak bahagia di dunia. Dia tidak mengetahui kabar ibunya, juga tidak bisa bertemu meskipun dia sudah bertanya ribuan kali. Hidup, ibuku yang baik! Ibu yang aku sayangi dengan sangat, tetapi tidak bisa mendengar berita apapun. Oh ayahku! Awasi aku dari surga di atas. Oh Tuhan! Maafkan mereka yang sudah membuat orang tuaku menderita."
Pemerintah mengutus Harmand De La Meuse dan rekan-rekannya untuk mengunjungi Marie Therese dan Louis Charles. Pertama kali, mereka menemui Louis Charles, kemudian menemui Marie di lantai atas. Kesan Harmand saat melihat kamar Marie adalah dingin dan lembab. Saat Harmand masuk, Marie Therese terlihat sedang duduk di kursi. Agak tinggi di atas, terdapat sebuah jendela dengan teralis besar. Hanya jendela ini yang satu-satunya memberi penerangan ke ruangan. Marie Therese nampak kedinginan. Ia mengenakan pakaian polos abu-abu. Sementara sepatu dan topi yang dikenakan nampak sudah butut. "Nona, kenapa anda duduk jauh dari tungku perapian sementara udara sangat dingin begini?" Marie menjawab "karena saya tidak bisa melihat kalau duduk di sana".
Harmand berkata lagi "kalau api dibuat besar, ruangan akan lebih hangat dan anda tidak akan kedinginan duduk di bawah jendela". Marie menjawab "mereka tidak memberi kayu yang cukup". Harmand menanyakan permintaan Marie pada dirinya. Marie meminta stok kayu lebih banyak dan meminta untuk dipertemukan adiknya. Untuk permintaan kedua, Harmand tidak mampu berbuat banyak karena pemerintahlah yang melarang dua saudara ini saling bertemu.
Kehidupan Marie Therese di penjara diisi dengan membaca dua buku secara berulang-ulang. Di dalam penjara memang ada sebuah piano, namun hanya ibunya yang memainkan piano tersebut. Suatu hari petugas mendapati Marie Therese sedang menyalakan air hangat untuk memanaskan kakinya. Petugas jaga pun menanyakan bagaimana ia bisa menyalakan api. Dia menyalakan dengan batu dan baja yang ditinggalkan oleh pegawai penjara bernama Tison. Petugas kemudian melarang Marie melakukan lagi dengan alasan tak ingin terbakar. Petugas juga menanyakan apakah Marie memiliki pisau atau gunting.
Makanan Marie Therese selama di penjara tidaklah buruk. Ia tetap mendapat ayam, ikan, jamur dan asparagus. Selain itu terdapat hidangan penutup seperti daging manis, kue dan sirup marshmallow. Makanan harus dihidangkan dengan baik, taplak meja juga harus diganti setiap hari. Ia juga diberikan privasi. Penjaga tidak diperbolehkan masuk ke ruangannya kecuali mengantar dan mengambil peralatan makan kosong. Tidak ada percakapan sampai penjaga pergi dan Marie boleh menutup pintu. Secara pakaian, Marie Therese juga termasuk beruntung. Pemerintah menyisihkan dana untuk mengirimkan kebutuhan itu. Di antaranya adalah korset, pita, handuk, bedak, alat sulam, benang dan sebagainya. Pakaian Marie juga dicucikan. Selain itu Marie juga mendapatkan teh, sirup kuntum jeruk, permen likoris.
Suatu malam, petugas bernama Laurent datang. Ia adalah pria muda kelahiran 25 Juli 1770. Penjaga penjara menunjukkan berbagai macam sebelum pergi. Keesokan hari jam 10 pagi, Laurent datang lagi. Ia menanyakan apakah Marie membutuhkan sesuatu. Laurent sangat sopan terhadap Marie. Laurent merupakan orang yang bertanggungjawab atas Marie dan adik Marie. Ia meminta agar adik Marie diperlakukan dengan lebih baik. Ia memindahkan tempat tidur dari ruangan Marie untuk mengganti tempat tidur adik Marie yang sudah penuh dengan kutu. Laurent kemudian memandikan sang adik. Namun sang adik tetap dibiarkan menempati ruangan seorang diri. Marie pun meminta dipertemukan dengan ibunya, namun Laurent mengatakan itu bukan wewenang dia. Laurent menanyakan apakah Marie sakit, Marie menjawab dirinya tidak sakit, hanya hatinya yang sakit. Laurent berkata :"kamu yang sabar. Percayalah pada kebaikan dan keadilan yang diberikan masyarakat Perancis". Laurent sangat perhatian pada Marie. Ia kerap menanyakan apakah Marie membutuhkan sesuatu, memanggil dirinya jika membutuhkan sesuatu. Ia juga mengembalikan batu dan baja yang sempat diambil petugas.
Pada awal November 1794, datang seorang pria yang bertugas membantu Laurent. Pria itu bernama Gomin, kelahiran 17 Januari 1757 yang blak-blakan namun memiliki rasa iba yang besar. Gomin sangat terkejut melihat kondisi buruk adik Marie. Ia sampai berniat mengundurkan diri dari tugasnya, namun ia tetap bertahan demi membantu mengurangi penderitaan adik Marie. Adik Marie dibiarkan di dalam ruangan tanpa penerangan dari sore hingga subuh. Bahkan Laurent tidak berusaha mengambil lampu. Namun Gomin melakukannya. Ia bahkan menemani Louis untuk menghibur hatinya. Gomin kemudian membawa Louis turun ke ruangannya, yang membuat Louis gembira.
Tiga kali sehari, Gomin dan Laurent mendatangi Marie Therese untuk memastikan tungku perapiannya tetap menyala, ruangannya bersih dan rapi, makanannya disajikan dengan baik. Namun mereka tidak pernah bercerita tentang apa yang terjadi pada ibu dan bibinya. Pemerintah berusaha menyediakan apapun yang diminta oleh Marie Therese, termasuk menyuplai buku-buku.
Musim dingin 1794 dilewatkan dengan lebih tenang bagi Marie dan adiknya. Marie bahkan diberikan lebih banyak buku dan kayu bakar. Adik Marie terserang demam beberapa kali. Ia banyak rebahan di dekat api unggun. Gomin dan Laurent berusaha membawa Louis naik ke atas untuk mendapatkan udara segar, namun Louis hanya di atas kurang dari 15 menit. Lutut Louis semakin membengkak. Tanggal 31 Maret 1795. Laurent kemudian diperintahkan untuk pergi karena ia dituduh bersimpati pada Teroris. Laurent kemudian digantikan oleh Etiene Lasne, seorang tukang cat. Menurut Marie, Lasne juga sama baik dengan Gomin.
Kondisi adik Marie semakin hari semakin memburuk. Pikiran Louis semakin ringkih akibat perlakuan buruk selama bertahun lamanya. Pemerintah mengirim dokter untuk mengecek Louis. Setelah dokter Dessault wafat, digantikan oleh dokter Dumangin dan dokter bedah Pelletan. Mereka mengatakan bahwa kondisi Louis tak ada harapan lagi. Mereka memberi obat kepada Louis, diminum dengan sulit.
Sayangnya pada 8 Juni 1795, adik satu-satunya Marie Therese meninggal di dalam ruangannya setelah menderita demam selama delapan hari. Tepatnya jam 3 sore. Ia menderita tuberkulosis. Autopsi dilakukan untuk memastikan bahwa ia tidak diracun. Obat terakhir yang diminum tidaklah berbahaya. Marie memastikan bahwa yang membuat adiknya meninggal adalah kondisi sang adik yang dibiarkan hidup dalam kondisi sangat kotor, terabaikan selama berbulan-bulan. Dokter autopsi diam-diam mengambil hati adik Marie untuk kemudian diawetkan di rumah. Marie Therese yang berada di ruangan lain tidak diberitahu mengenai kabar duka ini.
Pada akhir Agustus 1795, Marie Therese akhirnya mengetahui apa yang telah terjadi pada keluarganya. Ia diberitahu oleh Nona Chanterenne yang diutus pemerintah untuk menjenguk. Marie Therese menangis sejadi-jadinya. Penduduk Orleans membuat petisi, meminta Marie Therese untuk dibebaskan. Lalu dikeluarkan pengumuman bahwa pemerintah akan memilih satu orang untuk menemani Marie Therese di penjara, namun tidak menginap. Victoire Madeleine Henriette Hutin mengajukan permohonan. Wanita berusia 34 tahun ini tak lain adalah istri dari bapak Hue. Nyonya Hue mengulangi permohonannya empat kali dalam 3 hari. Permohonan lain datang dari Nyonya Freminville, bekas asisten Marie Therese. Freminville mengklaim bahwa saat Marie Therese masih bayi, ia yang satu-satunya diserahi tanggung jawab merawat. Surat ketiga datang dari Marie Angelique de Mackau. Mackau merupakan salah satu pengasuh Marie Therese dan adiknya. Mackau dan pegawai lain tertinggal di kamar Marie Antoinette saat masa merangsek ke istana Tuileries. Sejak itu, Mackau tidak lagi bertemu dengan Marie Therese dan keluarganya yang dibawa ke penjara Temple. Pemerintah memilih nyonya Mackau.
Pada awal 1795, Mackau mengunjungi Marie Therese untuk pertama kalinya setelah terpisah sejak 10 Agustus 1792. Mackau yang sudah uzur, ditambah penderitaan saat ia dipenjara, tampak ringkih. Marie Therese memegang tangan Mackau untuk menapaki tangga. Mackau menutupi dirinya dengan topi putih agar tak terkena sinar matahari. Marie Therese menggunakan tangan satunya untuk mengambil topi itu dan menutupi wajah Mackau. Sejak Marie Therese diperbolehkan keluar ruangan lagi, ia membiasakan diri berjalan di taman dari jam 5 sore hingga senja. Nyonya Mackau tetap berada di Temple hingga jam 7 malam. Namun tidak sepenuhnya mereka menghabiskan waktu di taman. Selain Mackau, pengasuh lain bernama Nyonya Tourzel juga berhasil mengunjungi Marie Therese. Ia pula yang menyampaikan pesan mendiang ayah Marie bahwa Marie harus menikah dengan kakak sepupunya, yaitu Louis Antoine.
Nyonya Tourzel merupakan satu-satunya pengasuh yang menemani keluarga Marie melarikan diri keluar Paris pada Juni 1791 silam. Meskipun kunjungan Mackau dan Tourzel sangat membahagiakan Marie Therese, namun nyonya Chanterenne tidak menyukainya. Putri Nyonya Tourzel bernama Pauline, sebaya dengan Marie Therese. Mereka mengikuti keluarga Marie Therese hingga ke penjara Temple dan tinggal di sana sekitar 10 hari sebelum dipisah secara paksa (lihat kisah di atas). Secara diam-diam, nyonya Tourzel masih menjalin kontak dengan sang majikan yang tinggal di Verona. Ia memproklamirkan dirinya sebagai raja Louis XVIII setelah mengetahui kematian sang keponakan. Tourzel menyampaikan surat dari sang paman kepada keponakan di penjara Temple. Marie Therese berhasil menyelipkan surat balasan untuk sang paman, meskipun ia dan Tourzel diawasi ketat oleh nyonya Chanterenne.
Kemudian datang Stephanie Louise de Bourbon datang menjenguk. Sekedar informasi, Stephanie adalah cicit dari raja Louis XIV. Jadi dia adalah sepupu jauh Marie Therese. Setelah mengenal siapa wanita kelahiran 1862 itu, Marie Therese memeluk dan mencium Stephanie berulang kali. Ia juga memberi berbagai pertanyaan seperti : kenapa dia tidak membawa peralatan jahit? apakah pemerintah melindungi dirinya? Hidupnya selama ini bagaimana? Apakah ia datang jalan kaki atau naik kereta? dan seterusnya. Marie Therese dan Stephanie duduk berdampingan, menghadap ke nyonya Chanterenne. Sejak hari itu, Stephanie setiap hari mengunjungi Marie Therese. Suatu ketika, Marie Therese mengeluhkan ruangannya yang penuh dengan kutu. Stephanie menuju ke kantor pemerintah, dan meminta ruangan Marie Therese dibersihkan. Ia tidak beranjak dari kantor hingga malam, sebelum permintaannya ditanggapi dengan baik. Pada malam yang sama, tempat tidur Marie Therese dibawa keluar ruangan.
Marie Therese selalu memuji Stephanie sebagai nama yang bagus. Melihat Marie Therese mengagumi keranjang kecil yang ada di tas bawaan Stephanie, ia pun memberikannya kepada Marie Therese. Juga cincin pemberian ayah Marie Therese ke Stephanie. Kemudian Marie Therese mengingatkan Stephanie untuk pergi ke kantor pemerintahan dan mengatakan bahwa bukan dirinya (Marie Therese) yang meminta untuk didatangkan nyonya Chanterenne, melainkan pemerintah yang memilih dan mendatangkan.
Pada akhir musim panas 1795, Marie Therese sudah diperbolehkan berjalan-jalan keluar ruangan. Lasne dan Gomin selalu mengawasi Marie Therese. Jika ada yang mengunjungi, tamu itu selalu menghabiskan waktu seharian penuh bersama Marie Therese dan makan malam bersama. Gomin dan Lasne memberikan anjing bernama Coco. Anjing ini adalah milik mendiang sang adik. Marie Therese juga diberikan seekor kambing, yang mengikutinya kemanapun dia pergi. Kesetiaan dua hewan ini menghibur semua penghuni penjara Temple.
Bapak Hue yang dipaksa keluar dari penjara Temple sejak September 1792, ia gagal mendapat ijin untuk mengunjungi Marie Therese. Ia menyewa sebuah kamar yang memiliki jendela menghadap ke taman penjara Temple. Dari jendela itu, bapak Hue bisa melihat Marie Therese saat duduk di bawah pohon kastanye. Sementara pengasuh Tourzel tetap datang bersama Pauline dengan berjalan kaki. Mereka sengaja datang sepagi mungkin agar bisa melewatkan waktu selama mungkin dengan Marie Therese. Saat kembali ke rumah, seorang tetangga memberitahu Tourzel bahwa rumahnya sudah dijaga tentara. Saat masuk, Tourzel ditahan dan diinterogasi selama 2 jam. TOurzel mendekam di tahanan selama 3 hari. Apa alasannya? Mungkin ada orang yang membocorkan bahwa TOurzel merupakan "perantara rahasia" yang menghubungkan Marie Therese dengan sang paman di pengasingan. Marie Therese juga ikut diinterogasi. Untuk sementara waktu, ia dilarang menerima kunjungan. Sekali lagi, Temple menjadi penjara bagi Marie Therese.
Setelah situasi politik Terror selesai, Marie diperbolehkan meninggalkan Perancis. Ia dibebaskan tepat satu hari sebelum ia berulang tahun ke-17, tepatnya pada 18 Desember 1795. Ia ditukar dengan enam tahanan warga Perancis yang merupakan tokoh penting. Marie kemudian hendak dibawa ke Vienna, ibukota Austria. Adalah sepupu Marie, kaisar Francis II yang bertahta. Di dalam tahanan, Marie diminta untuk memilih siapa saja yang ia inginkan untuk mengantar dirinya, melalui surat.
Ia pertama memilih Nyonya Serent (Bonnie Marie Felicite de Serent, kelahiran 1737) atas pertimbangan ia membutuhkan seseorang yang bisa memberi nasehat setelah bertahun-tahun hidupnya terisolasi dari dunia luar. Namun jika ia diperbolehkan memilih seorang lagi, ia akan memilih Nyonya Soucy. Alasannya ia ingin membalas budi ibunda Nyonya Soucy yang telah mengasuh dirinya selama 14 tahun. Ia juga sangat menginginkan untuk membawa Bapak Hue, yang menjadi salah satu pegawai sang ayah yang bertahan saat sang ayah masih dipenjara. Sesaat sebelum dieksekusi, ayah Marie "menyerahkan" bapak Hue kepada Marie.
Lebih lanjut Marie menyebut apabila ada seorang petugas penjara hendak menemani dirinya, ia akan memilih bapak Gomin. Marie mengatakan bapak Gomin lah yang pertama mengurangi penderitaan dia di penjara sehingga ia mempercayai bapak Gomin. Dari semua permintaan yang ia tulis kepada Benezech, Marie yakin bahwa akan dikabulkan sesuai dengan janji yang diberikan kepadanya.
Pada akhirnya perjalanan Marie Therese benar ditemani oleh orang-orang yang seperti dia minta kecuali Nyonya Mackau sebab sudah terlampau tua dan ringkih untuk perjalanan jauh. Itu mengapa Marie Therese menjatuhkan pilihan ke anak perempuan Mackau yang bernama Soucy. Soucy membawa anak lelakinya yang berusia 17 tahun bernama Pierre. Selain itu, Marie ditemani oleh bapak Hue, tukang masak di penjara Temple bernama Meunier, Baron sang juru kunci kamarnya dan Catherine Varennes, asisten rumah tangga. Di hari terakhirnya di penjara Temple, Marie berjalan ke taman, ia menghormat kepada orang-orang yang selama ini memberi simpati mereka melalui jendela rumah mereka masing-masing.
Marie berangkat pada 18 Desember 1795 tengah malam dengan nama Sophie, duduk ditemani oleh Soucy dan pengawal bernama Mechin (yang menyamar sebagai ayah Sophie) dan Gomin. Di kereta berikutnya adalah bapak Hue, Baron, Meunier, Pierre dan Catherine.
Istana Austria bersiap menyambut kedatangan Marie. Kamar bekas mendiang kaisar Leopold II dan istrinya dipersiapkan. Leopold II merupakan paman Marie. Dalam perjalanan dari Huningen ke kota Bale di Swiss, mereka berhenti. Pak Bacher meminta Marie menunggu di dalam kereta namun ia tetap keluar. Tangan Marie bersandar pada asisten penata rambut, kemudian Pak Bacher menuntun Marie dengan tangannya. Mereka disambut oleh dua orang utusan kaisar Austria, Pangeran Gavre dan Pak d'Egelmann. Bacher mengatakan "saya ditugaskan untuk menyerahkan kepada anda, seorang Nona Perancis". Marie mengatakan "ah pak, saya tidak lupa bahwa saya seorang wanita Perancis". Mereka juga diberikan makanan minuman. Marie mendengar seorang pelayan berbicara dalam bahasa Perancis, menanyakan apakah ia berasal dari negara itu. Setelah dijawab tidak, Marie mengatakan beruntung bahwa wanita itu bukan warga Perancis. Banyak yang heran mengapa seorang putri Perancis membawa seekor anjing yang jelek dan tampak sangat dekat dengannya. Marie mengatakan anjing itu mengingatkan dirinya pada mendiang Louis, sang adik tercinta. Matanya berkaca-kaca. Di kota ini, Gomin dan Baron tidak diperbolehkan melanjutkan perjalanan ke Vienna. (Gomin dan Baron disebut muncul lagi di penjara Temple pada 4 Mei 1796. Keduanya menerima gaji dan kemudian pak Gomin menghilang).
Marie mengatakan ia juga membawa serta seorang wanita tua dan Meunier, salah satu tukang masak mendiang ayahnya. Sementara wanita itu memperlakukan dia dengan sangat baik. Ia berharap bahwa kerajaan Austria tidak keberatan dengan dua orang itu. Lanjut Marie lagi, dua orang itu yang berkeinginan mengikuti dia dan tidak ingin meninggalkan dirinya. Wanita tua itu berkata "pak, hati (Marie Therese) itu baik, wajahnya manis"
Pada 26 Desember 1795 malam, rombongan Marie tiba di Lorrach, sebuah kota kecil di Jerman yang dekat dengan perbatasan Perancis dan Swiss. Keesokan hari, Marie mengikuti kebaktian misa di gereja lokal di Lorrach. Tanggal 2 Januari 1795, Marie bertemu dengan bibinya, yaitu Marie Elisabeth. Sang bibi yang tidak menikah, merupakan petinggi di komunitas Katolik di Innsbruck. Setelah menginap dua hari, rombongan melanjutkan ke Salzburg. Perjalanan menjadi sangat sulit, karena tanah yang berlumpur atau tertutup salju, ditambah jalan yang sempit. Tanggal 6 Januari, rombongan berhenti sejenak di Welz. Di sini, Marie bertemu dengan Clery yang datang dari Vienna, Austria. Marie Therese dan rombongan tiba di Vienna pada 9 Januari 1796.
Adalah nyonya Soucy yang diminta untuk segera meninggalkan Austria. Uang sudah dibayarkan dan kereta sudah dipersiapkan. Ia bahkan sudah memberitahu tanggal pasti kepergiannya kepada raja, namun nyatanya ia tak kunjung berangkat. Nyonya Soucy mengingatkan bahwa orang tua Marie Therese menginginkan dia menikahi Louis Antoine, Adipati Angouleme. Ia tahu bahwa Marie Therese hendak dijodohkan dengan adik sang kaisar yaitu Adipati Agung Charles.
Sekali lagi Marie mengirim surat untuk nyonya Soucy, meminta menyampaikan pesan ke nyonya Chanterenne di Paris untuk tidak menemui dirinya di Vienna, karena akan percuma. Juga menyampaikan Mademoiselle Dubuquoi di Paris untuk mengirimkan keset yang dirajut oleh mendiang ibunya. Marie juga menjelaskan bahwa ia sudah berkomunikasi dengan raja Louis XVIII dan mendapat balasan. Kaisar (Francis II) memperlakukan dirinya dengan baik.
Sementara Bapak Hue dan Clery belum mengetahui bagaimana nasib mereka ke depan, khawatir bakal sama dengan nyonya Soucy, diminta untuk segera meninggalkan Vienna. Bapak Hue yang sejak 9 Januari berada di Vienna, kerap dihantui ketakutan akan diusir oleh polisi Austria. Sang paman, raja Louis XVIII berjuang untuk mendapatkan hak asuh Marie sejak ia dibebaskan dari penjara Temple pada Desember 1795. Marie Therese menetap di Austria selama 3,5 tahun. Hingga pada Mei 1799, kaisar Francis II, yang juga sepupu Marie, rela untuk melepas Marie. Waktu yang lama ini juga disebabkan oleh kepindahan Louis XVIII beberapa kali yaitu dari Verona menuju ke Blakenburg, dan dari Blakenburg menuju ke Courland. Kaisar Russia Paul I menawarkan Louis untuk menempati istana Mitau. Kaisar Paul I bahkan menjamin keselamatan Louis sekeluarga dan juga memberikan dana dalam jumlah banyak. Meskipun ternyata ini hanya sementara waktu.
Marie menyusul sang paman yaitu raja Louis XVIII ke istana Mitau pada 4 Mei 1799. Perjalanan dari Vienna ke Mitau merupakan perjalanan sangat panjang dan melelahkan, membutuhkan waktu sebulan (kalau sekarang, hanya butuh 2 jam dengan pesawat). Mengetahui Marie sudah mendekat, sang paman bersama keponakan laki-lakinya segera menaiki kereta menuju ke tempat pertemuan. Marie melihat sang paman, ia meminta kereta segera dihentikan. Ia segera turun, berlari menuju sang paman. Sang paman memeluk keponakan perempuan semata wayangnya dengan erat. Sang paman berusaha mengangkat Marie yang hendak memeluk kakinya. Hari terakhir Marie bertemu sang paman adalah pada 20 Juni 1791 malam, saat mereka bersiap untuk melarikan diri dari Tuileries menuju ke Montmeidy. Sang paman dan istrinya mengambil rute lain dan tiba di Verona dengan selamat. Sementara rombongan Marie lebih bernasib malang dan dipaksa kembali ke Paris dan berakhir di penjara Temple. "Akhirnya saya ketemu kamu lagi, saya senang. Jagalah saya, jadilah ayah saya"pinta Marie. Paman Marie sangat terharu sampai ia tak bisa berucap.
Ia memperkenalkan Louis Antoine, Adipati Angouleme, sang calon suami yang juga kakak sepupu Marie. Mereka tentu sudah saling mengenal saat tinggal bersama di Versailles, sekitar 10 tahun silam. Pada 16 Juli 1789, Louis Antoine bersama adik laki-laki, kedua orang tuanya yaitu Charles Philippe dan istri beserta beberapa pegawai, melarikan diri keluar dari Perancis. Mereka kemudian menetap di Turin, Italia. Italia merupakan negara ayah mertua Charles yang juga ayah mertua Louis Stanislas Xavier (Kakak beradik menikahi kakak beradik dari Italia). Louis Antoine meneteskan air mata saat mencium tangan Marie.
Kemudian mereka menuju ke istana, bertemu dengan ratu Marie Josephine yang saat itu hidup terpisah di Schleswig-Holstein. Istana menjadi riuh suka cita menyambut kehadiran Marie. Orang ketiga yang ditemui Marie setiba di Mitau adalah romo Edgeworth de Firmont, romo yang mendampingi ayah Marie saat menghadapi ajal. Mitau merupakan istana yang cukup besar, yang pintu masuknya menghadap ke aliran sungai. Di istana ini, paman Marie bisa menjalankan "kerajaannya". Kesibukan Marie berikutnya adalah segera menulis surat untuk Kaisar Paul I. Setelahnya, ia berbincang dengan Romo Edgeworth secara tertutup.
Pada 10 Juni 1799, Marie Therese menikah di gedung agung Mitau, yang diubah menjadi chapel sementara waktu. Konon Charles Philippe menentang pernikahan ini, namun sang kakak yaitu raja Louis XVIII sangat mendukung. Pernikahan ini dihadiri oleh Nyonya Serent dan Nyonya Tourzel. Altar berhiaskan bebungaan. Romo Edgeworth sangat terharu melihat upacara ini, sebab ia pula yang melihat bagaimana ayah Marie meneteskan darah 6,5 tahun sebelumnya dan melihat keajaiban Marie lolos dari kekejaman.
Pada Januari 1801, kaisar Paul I meminta Louis XVIII meninggalkan istana Mitau. Demi membiayai keluar dari Rusia, diadakan lelang barang-barang. Marie Therese terpaksa menjual kalung berlian yang merupakan hadiah pernikahan dari kaisar Paul I. Marie juga memohon permaisuri Jerman, Louise untuk memberikan tempat untuknya dan keluarganya di Prussia (permaisuri Jerman ini memiliki keturunan yang masih hidup hingga kini).Permaisuri setuju namun mereka harus menggunakan nama samaran. Rombongan Marie harus menempuh perjalanan sulit dari istana Mitau menuju ke istana Lazienki di Warsawa, Polandia. Setelah pemisahan Polandia, saat itu Polandia selatan menjadi bagian dari Prussia. Setiba di istana Lazienki, mereka mendapat kabar bahwa kaisar Paul I wafat. Paman Marie mengirim surat meminta penerus Paul yaitu kaisar Alexander I untuk membiarkan mereka kembali ke istana Mitau. Pada 1804, mereka kembali lagi ke istana Mitau. Kehidupan di bawah Alexander I tidaklah semegah waktu di bawah sang ayah sebab Paul I memberikan uang yang sangat banyak. Kaisar Alexander I meminta Louis untuk keluar karena ia tak lagi bisa menjamin keselamatan Louis.
Pada Juli 1807, Louis dan rombongan menaiki kapal perang menuju ke Stockholm, Swedia. Di Swedia selama empat bulan, kemudian ia menuju ke Inggris dan tinggal di gedung Gosfield yang disewakan oleh Marquess Buckingham. Kemudian pindah lagi ke rumah Hartwell di Inggris Selatan dan membayar sewa per tahun. Pangeran Wales (yang kemudian menjadi raja George IV), sangat royal kepada keluarga Bourbon ini. Ia memberikan perlindungan politik tetap dan juga dana yang amat sangat banyak. Louis mengajak istrinya menetap di rumah Hartwell. Marie Josephine wafat pada 13 November 1810.
Mei 1814, saat pamannya berhasil mengembalikan kerajaan Bourbon, memutuskan menempati istana Tuileries. Marie Therese sempat pingsan melihat istana ini, teringat bagaimana ia dan keluarganya ditahan di istana ini.
Ia adalah anak dari Louis XVI dan Marie Antoinette. Lahir pada tahun 1785 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, ia merupakan anak laki-laki kedua. Setelah kakak lelakinya meninggal pada tahun 1789 akibat tuberkulosis tulang, ia menjadi tumpuan harapan untuk menjadi calon raja.
Louis Charles diambil paksa dari Marie Antoinette, Elisabeth dan Marie Therese pada Juni 1793. Kemudian ia tinggal bersama Antoine Simon, seorang tukang sepatu kelahiran 1736 yang berpendidikan rendah. Tanggal 19 Januari 1794, Simon keluar dari penjara Temple ditemani istrinya. Dan pada 28 Juli 1794, ia dipenggal mati bersama Maximilien Robespiere. Itu adalah akhir dari masa Pemerintahan Teror. Pemerintahan Teror berlangsung selama 11 bulan, yang akan menghukum mati orang-orang yang tidak mendukung revolusi. Darah membanjir di mana-mana dan menimbulkan bau anyir mengganggu. Penduduk di sekitar tempat pemenggalan mengeluhkan karena bau ini, harga rumah di sekitar menjadi turun.
Sepeninggal Simon, pengawasan penjara Temple dilakukan oleh empat orang komisaris. Empat orang komisaris ini ditunjuk harian oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pada Februari 1795, dua pria ditunjuk pemerintah untuk mengunjungi Louis Charles di penjara Temple. Saat masuk ke ruangan, Louis Charles terlihat duduk di depan meja segi empat. Ruangannya disebut bersih dan cukup terang. Di atas meja terlihat kartu-kartu yang sudah dibentuk menjadi wadah dan rumah-rumahan. Salah satu pria bapak Harmand bernama bertanya pada Louis apakah ia ingin peliharaan berupa kuda, anjing, burung atau mainan2 lain, atau teman bermain untuk diperkenalkan sebelum ditempatkan bersama di ruangan. Lebih lanjut, pria itu bertanya apakah ia ingin jalan-jalan di taman atau ke atas. Apakah juga Louis ingin permen atau kue. Semua pertanyaan ini sama sekali tidak dijawab oleh Louis. Bahkan juga tidak dijawab dengan bahasa tubuh selain matanya menatap ke pria tersebut. Pria itu menjelaskan "kalau kamu menolak untuk menjawab, bagaimana kita bisa meneruskan tugas kita? Tujuan kita ke sini adalah untuk memberikan perawatan dan perhatian yang diperlukan. Untuk meningkatkan kondisimu. Demi kebaikanmu. Jawaban apa yang akan disampaikan ke pemerintah oleh kita sebagai wakil?"
Louis Charles tetap diam seribu bahasa. Matanya tetap menatap ke pria tersebut. Pria dan rekannya mulai putus asa. Pria yang bertanya itu merasakan kecewa yang sangat di hatinya. Ia memutuskan untuk keluar ruangan untuk ke atas, beberapa kali. Saat masuk lagi, pria itu duduk sangat dekat dengan tangan kanan Louis kecil. "Pak, berikan tangan kananmu". Louis kecil menuruti. Pria itu merasakan tumor di pergelangan tangan dan di siku. Tumor-tumor ini nampaknya tidak menyakitkan sebab saat diraba, Louis Charles tidak meringis kesakitan. "tangan yang satunya" pinta pria itu. Tidak ada tumor di tangan kiri. "Perbolehkan saya memeriksa paha dan lututmu, pak". Louis Charles pun berdiri. Pria itu merasakan ada yang bengkak di atas dan di bawah lutut. Saat berdiri, Louis Charles nampak seperti cacat, dan kekurangan vitamin D. Kaki, paha dan lengannya nampak panjang dan sangat kurus. Sementara tubuh bagian atas pendek.
Pria itu meminta Louis untuk berjalan beberapa langkah. Louis pun berjalan sampai ke pintu dan kembali untuk duduk. Pria itu berencana mengirim dokter dan berharap Louis kecil menjawab semua pertanyaan dokter nanti. Pria ini meminta Louis kecil berjalan lagi, kali ini lebih lama. Namun permintaan ini tidak direspon. Tidak ada ekspresi apapun di wajah Louis kecil. Seolah-olah tidak ada pria itu di ruangan dan tidak ada orang yang berbincang dengannya.
Makanan Louis berupa soup dengan sedikit polong lentil mengapung di atas. Disajikan di mangkuk kecil dari tanah liat. Kemudian sepotong mungil daging sapi yang nampak liat, disajikan di atas piring tanah liat. Selanjutnya, terdapat enam kastanye yang nampak hangus. Melihat ini, pria itu meminta menu ke depannya harus diubah, harus segera ditambahkan buah di menunya. Ia meminta anggur untuk diberikan segera, meskipun saat itu anggur langka. Para suruhan pemerintah itu kembali masuk ke ruangan, melihat makanan yang disajikan semua telah dihabiskan. Ia bertanya apakah Louis kecil menikmati makananya, tidak dijawab. Kemudian anggur datang, ia memakannya tetap dengan diam. Mereka menawarkan anggur lagi jika mau, namun Louis tetap diam.
Para suruhan pemerintah ini merasa bahwa upaya mereka sia-sia, jadi percuma memaksa Louis kecil untuk berbicara. Mereka merasa bahwa sikap diam Louis kecil adalah bentuk ketidaksukaan kepada utusan pemerintah ini. Mereka akan merekomendasikan pemerintah untuk mengirim utusan lain, mungkin lebih disukai oleh Louis kecil. "Apakah anda ingin kita pergi, pak?" Tak ada balasan. Pria-pria utusan pemerintah ini pun beranjak dari ruangan. Namun mereka tidak langsung meninggalkan penjara Temple, melainkan harus menunggu di ruangan lain selama 15 menit. Sambil membahas kondisi fisik dan mental Louis kecil.
Bapak Hue yang dikenal sangat setia pada keluarga kerajaan mengetahui bahwa Louis kecil dalam kondisi yang sangat tidak sehat. Ia memohon kepada pemerintah untuk dibiarkan berdua di ruangan bersama Louis Kecil, namun permintaan ini ditolak.
Pada bulan Mei 1795, beberapa orang yang datang melihat Louis Kecil mengatakan bahwa kondisi Louis kecil semakin buruk. Kemudian dikirim Pierre Joseph Dessault, seorang kepala dokter bedah, untuk memeriksa kondisi Louis. Usai memeriksa, Dessault mengatakan bahwa pemerintah menunggu terlalu lama untuk mengirim dirinya (memeriksa Louis) sehingga kondisi Louis sangat mengkhawatirkan, dan tidak ada harapan lagi untuk penyembuhan. Namun Dessault memohon agar Louis kecil segera dikirim ke pusat kota agar ia bisa mendapatkan perawatan yang terbaik. Dessault mengatakan meskipun penyembuhan ini tidak permanen, namun setidaknya bisa memperpanjang usianyahingga beberapa tahun. Pemerintah menolak permohonan Dessault.
Louis Charles disebut sangat berterima kasih dengan kebaikan hati dokter Dessault, ia bersedia berkomunikasi dengannya. Sikap ini berbeda saat ia berhadapan dengan para utusan pemerintah dan penjaga penjara. Saat Dessault hendak mengakhiri pertemuannya dengan Louis Charles, Louis Charles ingin menahan Dessault namun ia juga enggan memohon kepada penjaga penjara. Tangan Louis Kecil menahan kerah Dessault. Tak lama kemudian, pada 1 Juni 1795, Dessault mendadak meninggal dunia. Hasil otopsi mengatakan bahwa Dessault meninggal dikarenakan radang otak atau demam tifoid, namun tidak disebutkan bahwa ia diracun. Tempat Dessault diperiksa apabila ia meninggalkan surat-surat berisikan kondisi Louis Kecil, namun tidak pernah ditemukan.
Pada 5 Juni 1795, pemerintah mengirim dokter lain bernama Pelletan dan dokter Dumangin. Kedua dokter ini mengatakan sangat percuma untuk menyembuhkan Louis Kecil, sama yang dikatakan oleh mendiang dokter Dessault. Yang bisa mereka lakukan adalah memberikan kenyamanan di waktu-waktu terakhirnya. Kedua dokter ini menyalahkan petugas penjara tidak melepas jeruji jendela, yang bisa membuat ruangan gelap. Juga suara grendel pintu yang cukup besar, mengingatkan dirinya pada masa penyiksaan yang pernah ia alami. Hal ini bisa memperburuk kondisinya. Dokter Pelletan sangat bersuara mengenai protesnya. Kemudian Louis Kecil memberi tanda kepada Dokter Pelletan untuk mendekat dan memohon agar bisa berbicara lebih pelan "aku khawatir kalau kakak perempuanku mendengar. Aku akan menyesal kalau ia tahu aku sakit, sebab akan membuat dia sangat bersedih". Seperti yang diketahui, pada saat itu, ruang Marie Therese tepat berada di atas ruang Louis Charles. Perkataan Louis Kecil ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berhati lembut dan pengasih. Dokter Dumangin dan Pelletan memerintahkan agar Louis kecil dipindah ke jendela yang menghadap ke taman. Penampakan sinar matahari dan pepohonan hijau menghibur Louis Kecil. Sebagai rasa terima kasih, ia tersenyum kepada dua dokter ini.
Pada 7 Juni 1795, Louis kecil sempat kehilangan kesadaran. Orang-orang yang menjaganya merasa bahwa waktunya telah tiba. Pada 8 Juni 1795 jam 2 siang, Louis Charles, yang juga raja Louis XVII kembali ke penciptanya, mungkin bertemu dengan mendiang kedua orang tuanya, dan juga bibi Elisabeth. Pada 10 Juni 1795, jasad Louis Kecil terbaring di ranjang tidur. Seorang dokter autopsi mengambil hati Louis Charles dan menempatkan pada wadah kristal, dan memberi tanda "L.C" Pada 12 Juni 1795 pukul 8.30 malam, jasad Louis Charles ditempatkan di peti mati dan dibawa dari penjara Temple. Jasad Louis Charles dimakamkan di pemakaman Sainte Marguerite.
Sepeninggal Louis Charles, muncul banyak pria mengaku sebagai Louis Charles. Berbagai macam cerita muncul dari pengakuan mereka. Salah satu mengatakan bahwa bocah yang meninggal di penjara Temple itu bukanlah Louis Charles, melainkan bocah pengganti yang menderita bisu tuli. Ini janggal, sebab meskipun Louis Charles menolak berbicara pada utusan pemerintah, namun ia berbicara pada dokter-dokter yang merawatnya di saat terakhir. Ia juga bisa mendengar dokter Pelletan protes keras terhadap sipir penjara.
Pada 1993, dilakukan pemeriksaan DNA terhadap Louis Charles. Hati Louis Charles dicocokkan dengan darah ayahnya yang diusap di sapu tangan sesaat setelah dipenggal, hasilnya adalah Louis Charles adalah anak dari Marie Antoinette dan Louis XVI.
Berdasarkan cerita dari Marie Therese, malam itu tanggal 20 Juni 1791, kedua orang tuanya tampak sibuk dan resah. Setelah makan malam, ibu Marie membawa ia dan adiknya ke ruangan lain dan menutup pintu. Di ruang makan hanya ada ibu, ayah dan bibi Marie. Setelahnya, Marie mengetahui bahwa mereka bertiga membahas tentang rencana meloloskan diri. Jam 7 malam, ibu Marie meminta Marie hanya ditemani seorang pengasuh, dan Marie memilih nyonya Brunier. Ibu Marie bertanya apakah ia ingin menemani jika ia terpaksa harus meninggalkan suami dan mengikuti keluarga Marie. Ny Brunier menjawab bahwa orang tua Marie sudah menahan penderitaan begitu lama, sehingga ia siap diajak kemanapun. Suami Ny Brunier merupakan dokter Marie dan adik2nya.
Seperti biasa, paman Marie yaitu Adipati Provence dan istri selalu makan malam bersama ayah Marie. Paman Marie ini juga merencanakan melarikan diri, dibantu oleh bapak d'Avaray, mengambil rute lain. Adipati Provence dan istri keluar dari Perancis dan tiba di Brussel, Belgia dengan selamat.
Malam hari, ibu Marie membangunkan si adik. Ny Tourzel menggendong adik Marie turun ke kamar ibu Marie. Marie juga menyusul ke kamar ibunya. DI sana sudah berdiri bapak Malden, seorang bodyguard. Adik Marie diberikan busana seperti seorang anak perempuan. Marie sempat bertanya ke adiknya "kamu tahu gak kita ini akan apa?" Adiknya menjawab sekenanya "akan bermain-main karena kita didandani dengan aneh"
Bodyguard bernama Valori mendatangi kamar ayah Marie untuk jalan bersama ke kereta. Sang raja yang sudah menuruni tangga separuh tiba-tiba naik untuk kembali ke kamar. Valory sangat cemas dan mengingatkan bahwa waktu sangat berharga. Louis XVI menjelaskan bahwa dia tidak ingin asisten yang tidur di kamarnya dituduh dan dihukum mati karena dianggap membantu sang raja meloloskan diri. Louis duduk dan menulis surat singkat yang berfungsi untuk melindungi sang asisten. Louis XVI memang dikenal dengan kebaikan hatinya.
Tiga bodyguard yang ditunjuk oleh Bp d'Agoult untuk membantu pelarian adalah Malden, Valori dan Moustier. Ketiga bodyguard ini masing-masing berdiri di belakang kereta, satu lagi mengendalikan kereta, dan yang satu menunggang kuda di depan untuk membebaskan jalan. Ketiganya pun harus menggunakan nama samaran yaitu St John, Melchior dan Francis. Ny Tourzel membawa Marie dan adiknya berjalan menuju kereta yang telah menunggu. Di dalam kereta, Marie dan adiknya masih harus menunggu ibu mereka datang selama satu jam. Adik Marie tidur di lantai kereta, ditutupi oleh jaket milik Ny Tourzel. Ia dan Ny Tourzel melihat rombongan La Fayette melintas.
Dalam pelarian ini, Marie lalu mengetahui bahwa Ny Tourzel akan menyamar sebagai Ny de Korff yang akan menuju ke Russia untuk menghadiri pesta. Marie dan adiknya menyamar sebagai anak Ny de Korff sebagai Amalia dan Aglae. Sementara sang ibu menyamar sebagai pengasuh ia dan adik dengan nama Ny Rocher. Sementara bibi Elisabeth sebagai rekan dengan nama Rosalie. Dan ayah Marie menyamar sebagai penjaga kamar bernama Durand. Sesungguhnya nama samaran Ny Tourzel bukanlah nama fiktif. Wanita Russia ini benar-benar ada dan hendak meninggalkan Paris di saat yang sama. Kehebatan Axel yang bisa membuat duplikat paspor wanita ini. Axel Von Fersen, pria Swedia yang diduga selingkuhan ibu Marie, berkorban besar untuk membantu pelarian Marie dan keluarganya.
Bibi Elisabeth mendatangi kereta, ditemani oleh seorang asisten wanita. Bibi tidak sengaja menginjak adik Marie yang tertidur di bawah, namun adik Marie tahu bahwa ia tidak boleh bersuara meski kesakitan. Tak lama kemudian, giliran ayah Marie datang. Sesaat kemudian disusul oleh ibu Marie yang ditemani oleh salah seorang bodyguard bernama Malden. Setelah semua hadir, kereta kecil pun melaju untuk menuju ke kereta besar. Karena Axel tidak dapat menemukan posisi berhenti kereta besar, lagi-lagi rombongan Marie harus menunggu.
Rombongan ini melaju sepanjang 500 mil tanpa berhenti dan sampai di kota Chalon. Di sini, mereka bertemu dengan pasukan pertama di bawah komando Francois Claude Amour, marquis de Bouille. Menjelang tengah malam menuju tanggal 21 Juni, rombongan Marie melintasi Clermont. Di sana, mereka melihat pasukan, namun sedang bersantai. Pasukan ini tidak akan bergerak tanpa adanya komando. Seorang pasukan mengenali ayah Marie dan berbisik bahwa ayah Marie dikhianati.
Di kota kecil bernama St Menehould, seorang pengawas pos bernama Drouet sempat melihat wajah Louis XVI dan berusaha mengenali dari gambar. Drouet bukanlah simpatisan kerajaan. Otaknya konon telah didoktrin oleh partai Jacobin yang hendak menjadikan Perancis negara republik. Ia segera melapor kepada pemerintah setempat dan berusaha mengejar rombongan Marie hingga ke Clermont, kota kecil di sebelah. Namun sesampai di Clermont, ia tidak menemukan rombongan karena rombongan berlalu sangat cepat. Rombongan Louis XVI tiba di Varennes tengah malam sebelum Drouet datang. Di kota ini, rombongan tidak diberitahu sejak awal, di titik di mana mereka bisa melanjutkan perjalanan. Namun mereka tidak sadar dalam situasi berbahaya, mengira bahwa mereka masih aman karena masih di area detasemen pasukan di bawah Bpk Bouille. Bouille bahkan menempatkan seorang putranya bersama dua pasukan. Namun ketiganya bertindak acuh tak acuh., Rombongan terpaksa berhenti sejenak menunggu pak Valori bertanya. Ayah dan ibu Marie turun, menggedor rumah penduduk untuk meminta tukar kuda. Saat menunggu inilah, Drouet tiba dan melarang rombongan untuk meneruskan perjalanan.
Dibantu pria bernama Billaud, Drouet mendatangi beberapa penduduk Varennes untuk membantunya menghadang kereta. menyalakan alarm kota dan memblokir jalan. Ia meminta rombongan keluar dari kereta dan mengikutinya menuju ke rumah walikota Varennes yang juga seorang pedagang bernama Strausse. Saat berjalan menuju ke rumah walikota Strausse, terdapat 6 orang tentara yang melintas. Namun tak ada satupun yang meminta bantuan mereka, bahkan tidak Marie Antoinette. Bisa saja enam tentara ini melepaskan mereka dengan mudah sebab Drouet hanya ditemani oleh delapan penduduk pria tanpa senjata, namun mereka tanpa komandan. Sejatinya terdapat sekitar 60 tentara dipimpin oleh dua komandan yang telah menunggu di pinggir kota Varennes.
Mendengar alarm, pasukan mulai sadar apa yang terjadi. Mereka panik dan tidak bisa mengambil putusan tanpa ada perintah kilat meskipun mereka berjumlah 60 orang. Komandan dan pasukannya bergegas menuju ke De Bouille dan melaporkan bahwa rombongan Raja Louis XVI ditahan. Kurang dari sejam kemudian, tiga detasemen pasukan yang berjumlah sekitar seratusan pasukan, mendatangi tengah kota. Beberapa komandan mendatangi raja Louis XVI dan meminta perintah. Raja Louis XVI hanya bisa mengatakan kini ia dan keluarganya menjadi tahanan. Tak ada komandan yang menangkap jawaban ini sebagai "tanda" untuk membebaskan dirinya dan rombongan. Tak lama kemudian, kurir rombongan tiba bersama seorang pria, bernama Major Prefontaine. Marie menduga pria ini adalah mata-mata La Fayette. Ia mengaku tidak mengenal Ny de Korff dan juga mengatakan punya "rahasia" tanpa menjelaskan lebih lanjut. Setelah pergi, rombongan Marie tidak pernah melihat atau mendengar pria ini lagi.
Louis XVI kemudian menjelaskan bahwa tidak ada niat dirinya untuk keluar dari kerajaan Perancis. Ia keluar dari Paris dan hanya berniat ke Montmeidy. Ia mohon diperbolehkan melanjutkan perjalanan. Sementara Marie Antoinette berbicara dengan istri Strausse, mengatakan bahwa ia dan keluarganya bakal dalam kondisi berbahaya kalau diminta kembali ke Paris. Marie Antoinette memohon nyonya Strausse untuk menggunakan kekuasaan suaminya untuk membiarkan mereka pergi. Meskipun tidak ada niat buruk ke raja Louis XVI, namun Strausse tidak berani bertindak. Kedua anak Louis XVI tidur, Marie Antoinette menatap ke arah mereka tanpa daya.
Tanpa sepengetahuan Louis XVI dan rombongan, saat mereka dalam perjalanan, masyarakat merangsek masuk ke istana Tuileries, merusak perabotan dan menurunkan foto Louis XVI. Tanggal 22 Juni 1791 pukul 7 pagi, seorang pasukan La Fayette bernama pak Romeuf tiba. Ia menyampaikan perintah La Fayette kepada Strausse. Louis XVI dan rombongan keluar dari rumah Strausse dan kembali ke Paris sebelum pukul 8 pagi. Dalam perjalanan kembali, mereka bertemu dengan penduduk yang mengancam Marie Antoinette dan Louis Charles. Namun di kota Chalons, pemerintah setempat memperlakukan Louis dan rombongan dengan hormat. Hotel de Ville dipersiapkan untuk menjamu Louis beserta rombongan untuk makan malam. Keesokan hari, Louis dan rombongan diantar untuk menghadiri misa di katedral sebelum melanjutkan perjalanan.
Di kota kecil Epernay, rombongan Louis XVI yang turun dari kereta dikerumuni banyak orang. Demi keamanan, seorang komandan menggendong Louis Charles berjalan ke pintu masuk hotel. Majelis di Paris mengirim tiga orang untuk mengawasi mereka, Barnave, Petion dan Latour Maubourg. Tanggal 25 Juni 1791 siang, rombongan mulai tiba di Paris. Mereka tidak diperbolehkan mengambil rute terdekat sehingga menyaksikan dikepung oleh massa yang beringas. Beberapa mendekat ke kereta, bahkan ada yang naik ke atap kereta. Barnave dan Latour menghadang massa agar tidak menjebol pintu kereta. Marie Antoinette menurunkan jendela dan memohon orang-orang yang mendekat itu berhenti. Ia beralasan, anak--anaknya tercekik. Seseorang membalas "kita akan segera mencekikmu".
Di istana Tuileries, Marie Therese melanjutkan studinya di bawah pengawasan nyonyan Mackau. Tetapi proses belajar Marie Therese sering terganggu oleh teriakan-teriakan massa di bawah, bernada mengancam Louis XVI dan Marie Antoinette.
Drouet, pria pengawas yang menggagalkan pelarian ayah Marie, merupakan putra dari ketua pengawas yang lahir pada 1757. Pada 1793, Drouet ditahan di penjara Austria. Siapa sangka nasibnya akan dibebaskan dengan ditukar Marie Therese pada akhir 1795. Namun ia kembali dipenjara karena terlibat konspirasi Barbaroux. Sejengkal lagi hampir mati dipenggal, Drouet meloloskan diri dari penjara dan kabur ke Swiss. Ia sembunyi di bawah jerami, di kereta petani susu. Drouet berencana lari ke India, namun ia terhenti di Teneriffe. Pada 1797, ia kembali ke Paris di bawah pemerintahan Bonaparte. Namun pada 1814, paman Marie kembali menguasai Perancis sebagai raja Louis XVIII. Drouet dihentikan. Setelah itu, tidak ada lagi kabar Drouet.
Bodyguard Valori, bernama lengkap Francis Florent, Comte de Valori merupakan pria kelahiran Toul pada 1763. Setelah pelarian ke Montmeidy gagal, ayah Marie tidak dapat menjamin keselamatan Valori dan menyarankan agar Valori melarikan diri keluar dari Perancis. Valori menetap di Prussia. Pada 1814, Valori kembali di bawah pimpinan paman Marie, raja Louis XVIII. Valori juga menulis artikel tentang pelarian keluarga Marie ke Montmeidy. Ia wafat pada tahun 1822. Bodyguard lain, Martois juga menulis perjalanan pelarian ini.
Nama aslinya adalah Marie Rosalie Delamorliere. Lahir pada 19 Maret 1768. Ia adalah satu dari 7 bersaudara. Ayahnya hidup hingga tahun 1812, sementara ibunya sudah meninggal dunia saat Rosalie berusia 12 tahun. Rosalie tidak diberikan kesempatan mengenyam pendidikan, sehingga ia tidak dapat membaca dan menulis. Hal ini disebabkan orang tua Rosalie tidak memiliki uang. Rosalie bekerja pada Nyonya Beaulieu sebagai pembantu. Kemudian pada tahun 1792, ia bekerja pada Nyonya Richard di Conciergerie. Tugas Rosalie di sana adalah tukang masak.
Siang tanggal 1 Agustus 1793, nyonya Richard berpesan pada Rosalie untuk tidur di kursi saja sebab ada pesan bahwa bekas ratu Perancis, Marie Antoinette akan dipindahkan dari penjara Temple menuju ke Conciergerie. Ruangan milik tahanan bernama Jenderal Custine akan diberikan kepada Marie Antoinette. Penjaga penjara mendatangi tukang kayu penjara, meminta tempat tidur, dua matras, alas tidur, seprai, dan baskom. Jam 3 menjelang subuh, Rosalie yang setengah tertidur dibangunkan oleh nyonya Richard. Keduanya bersama bapak Richard segera menuju ke ruangan Marie Antoinette. Di sana sudah banyak petugas. Marie Antoinette tampak mengusap keringat di dahinya menggunakan sapu tangan. Maklum pada saat itu adalah puncak musim panas di Paris. Para petugas pun pergi. Marie Antoinette yang dipanggil "ibu" oleh Rosalie, matanya menyisir ruangan yang akan menjadi "tempat tinggal" sebelum ia disidang. Ia menemukan sebuah paku yang menancap di dinding. Dengan bantuan alat, ia menapak dan menggantungkan jam lapis emasnya. Jam itu adalah pemberian ibunda Marie Antoinette sesaat sebelum ia meninggalkan Austria untuk selamanya dan pindah ke Perancis sebagai istri pangeran Louis. Rosalie berusaha membantu, namun Marie Antoinette dengan nada lembut mengatakan "terima kasih, anak baik. Sejak ditahan, saya sudah terbiasa melakukan segalanya seorang diri". Suami istri Richard dan Rosalie berusaha memberi yang terbaik untuk Marie Antoinette. Meskipun matras yang dipakai sudah usang, namun setidaknya Marie Antoinette menggunakan sprei dan bantal milik mereka yang terbaik. Tak lupa, di ruangan diberikan sebuah meja sederhana, juga dua buah kursi. Marie Antoinette meminta tolong nyonya Richard untuk membawakan pakaian dan asesoris yang ia tak sempat bawa di penjara Temple. Namun nyonya Richard tak berani berbuat. Adalah bapak Jean Baptiste Michonis, yang pergi ke penjara Temple. Ia adalah petugas pemeriksa penjara dan kepala polisi.
Saat matahari terbit, dua orang penjaga ditempatkan di ruangan Marie Antoinette. Seorang wanita tua berusia 80 tahunan juga ditugaskan untuk tidur di ruangan Marie Antoinette. Putra wanita itu adalah juru kunci penjara bernama Lariviere. Ia memerintahkan sang putra untuk ke pasar membeli kain. Ia hendak menambal pakaian Marie Antoinette yang penuh lubang. Nyonya Richard dan Rosalie membawa sebuah sekatan ruangan rendah agar sang bekas ratu tetap memiliki privasi meski diawasi setiap saat. Setelah kegiatan menambal selesai, nenek Lariviere ini digantikan oleh wanita muda bernama Harrel. Suami Harrel merupakan seorang polisi. Berbeda dengan nenek Lariviere, Marie Antoinette enggan berkomunikasi dengan Harrel.
Sepuluh hari kemudian, datang sebuah paket di kardus. Marie Antoinette membuka dan mengeluarkan pakaian dan asesorisnya di hadapan nyonya Richard dan Rosalie. Ia mengatakan "dari bentuknya, saya bisa mengetahui bahwa ini adalah hasil kerja adik saya yang malang, Elisabeth". Ia kemudian meminta nyonya Richard untuk membawa sebuah penutup kepala kepada tukang jahit, minta dibuatkan dua buah sehingga ia bisa berganti. Nyonya Richard tentu bisa membantu hal ini. Kemudian Marie Antoinette meminta sebuah kardus untuk menaruh pakaian dan asesorisnya agar tidak terkena debu. Adalah Rosalie yang meminjamkan kardus miliknya. Sang bekas ratu sangat gembira, seolah ia mendapatkan sebuah perabotan yang terbaik di dunia. Ia juga meminta sebuah cermin. Nyonya Richard mengijinkan Rosalie untuk meminjamkan cermin miliknya. Cermin dengan frame merah, bergambar wajah oriental di setiap sisi.
Soal makanan, suami istri Richard berupaya yang terbaik pula. Bersama Rosalie, suami istri ini setiap hari ke pasar, memilih bahan makanan terbaik untuk diberikan kepada sang bekas ratu yang ditahan. Beberapa pedagang mulai mengetahui bahwa mereka bertiga belanja untuk bekas ratu Perancis, mulai memberikan barang-barang mereka yang terbaik. "ini untuk ratu kita", ucap mereka sambil menangis. Mereka masih bersimpati namun tak berani berucap untuk menghindari masalah. Sejak dulu, Marie Antoinette hanya meminum air putih. Namun air yang ia minum harus diambil dari tempat yang bersih, sebab akan membuatnya sakit. Marie Antoinette berkata pada nyonya Richard bahwa berharap tidak disidang. Keluarganya akan berupaya membebaskan dia. Jika itu terjadi, ia akan membawa Rosalie untuk dipekerjakan sebagai asisten.
Bapak Richard sering mengunjungi Marie Antoinette di ruangan, memastikan bahwa semua keinginan bisa dipenuhi dengan kemampuan terbaiknya. Dibanding di penjara Temple, apalagi kehidupan jaya saat di Versailles, kehidupan di Conciergerie tentu berbeda jauh. Namun dengan kebaikan dan perhatian yang diberikan suami istri Richard dan Rosalie, setidaknya lebih baik. Marie Antoinette menanyakan apakah bapak Richard pernah bekerja di hotel. Bapak Richard menjawab tidak, sebab ia sudah ada di penjara sedari lahir. Marie Antoinette mengatakan "semua yang diberikan ke saya merupakan terbaik".
Rosalie mengatakan, selama 40 hari pertama, ia hanya melakukan rutinitas. Seperti mengantar sarapan jam 9 pagi dan makan malam jam 2 atau 2.30 siang. Saat mengantar, Rosalie ditemani oleh bapak atau nyonya Richard. Jika masih di ruangan dan tidak ada tugas, mereka hanya berdiri di dekat pintu masuk. Marie Antoinette memanggil Rosalie untuk lebih mendekat "ayo mendekat ke sini, Rosalie, jangan takut".
Suatu hari, nyonya Richard membawa putranya yang bernama Fanfan. Melihat kedatangan Fanfan, Marie Antoinette segera memeluk sang bocah, memberinya ciuman dan menangis. Ia menyebut Louis Charles yang sedang diasuh oleh Simon, di penjara Temple. Marie Antoinette dipisahkan paksa dari Louis Charles sejak bulan Juni 1793. Selama di penjara Temple, ia hanya bisa melihat Louis Charles dari jendela kecil ruangannya. Itupun jika Louis Charles dibawa keluar oleh Simon. Setelah naik ke atas, nyonya Richard tak ingin membawa sang putra lagi, ia tak ingin Marie Antoinette sangat bersedih.
Pada akhir September 1793, bapak Alexandre Gonsse de Rougeville bertemu dengan bapak Michonis. Rougeville adalah tentara angkatan darat pendukung kerajaan. Sementara Michonis adalah pendukung revolusi. Setelah pertemuan itu, diduga Michonis menyetujui Rougeville untuk membebaskan Marie Antoinette. Kedua pria ini mendatangi ruangan Marie Antoinette. Rougeville menggunakan kesempatan untuk menjatuhkan sebuah bunga di dekat rok Marie Antoinette. Di dalam bunga itu terdapat pesan singkat. Setelah menemukan dan membaca, Marie Antoinette segera membalas singkat menggunakan jarum. Isinya "saya selalu diawasi, saya tidak dapat menulis atau berbicara. Saya percaya anda. Saya akan ikut". Sampai sini, tidak ada yang mengetahui pasti apa yang terjadi.
Menurut Rosalie, Harrel yang menemani Marie Antoinette di ruangan mengetahui, dan memberitahu atasannya, seorang pejabat politik bernama Fouqier. Fouqier sangat berambisi untuk memenjarakan Marie Antoinette di Conciergerie dan melakukan eksekusi segera. Jika ia dapat melakukan dua ini, ia merasa karir politiknya akan cemerlang setelah itu (pada akhirnya Fouqier dieksekusi pada tahun 1795).
Teori lain menyebut bahwa balasan Marie Antoinette itu dibawa oleh seorang penjaga di ruangannya, namun bukannya diberikan ke pak Rougeville, malah diberikan ke pak Richard. Namun teori ini sangat lemah.
Teori lain adalah, saat mereka berhasil membawa Marie Antoinette keluar dari ruangan, mereka bertemu dengan penjaga penjara yang tidak bekerja sama dan mengancam akan berteriak memanggil seluruh penjaga di Conciergerie. Karena ketakutan, Rougeville dan Michonis segera melarikan diri. Upaya pembebasan ini disebut sebagai "Carnation Plot". Konon upaya terakhir yang gagal ini, berbarengan dengan pertemuan rahasia antara Fouqier, dengan Maximilien Robespiere dan berbagai petinggi pria lain untuk menentukan nasib Marie Antoinette selanjutnya. Mereka setuju bahwa sang bekas ratu akan dieksekusi. Sehingga persidangan nantinya, tentu akan mereka rekayasa.
Setelah Carnation Plot, pak Michonis akan ditahan dan dieksekusi pada Juli 1794. Sementara Pak Rougeville akan pindah ke Reims dan tewas ditembak pada tahun 1814, pada masa kerajaan Napoleon. Suami istri Richard ditahan. Rosalie dibiarkan melayani bekas ratu kelahiran Austria tersebut. Rosalie dianggap tidak berkaitan dengan Carnation Plot. Namun ia tidak lagi diperbolehkan belanja di pasar. Marie Antoinette kemudian dipindah ke ruangan di bawah tanah. Ruangan ini cukup buruk, karena jika sungai Seine meluap, air dari sungai beserta lumpurnya akan masuk ke ruangan, lantai menjadi basah berlumpur dan dinding pun menjadi lembab. Dua penjaga awal di ruangan digantikan oleh bapak Lebeau/Bault. Menurut Rosalie, pak Lebeau ini sekilas tampak keras dan kaku, namun ternyata ia memiliki hati yang baik. Saat Rosalie diminta Marie Antoinette untuk mengikat rambutnya, pak Lebeau segera maju dan menawarkan diri "jangan,jangan dilakukan, ini tugasku". Marie Antoinette tertegun melihat penawaran pak Lebeau ini dan menolak. Ia berdiri kemudian mengikat rambutnya sendiri. Di penjara, rambut Marie Antoinette diatur sesederhana mungkin. Tak lupa, ia menaburkan bubuk pewangi di rambutnya. Sisa pita diberikan kepada Rosalie. Namun setelah di atas, pak Lebeau segera menyita pita itu. Ia tak ingin Rosalie dan dirinya berurusan dengan masalah hanya karena masalah pita pemberian Marie Antoinette.( Sepertinya, saat itu, orang-orang yang berkuasa memenjarakan Marie Antoinette berusaha mencari setiap kesalahannya, tak peduli sekecil apapun. ) Beruntung pak Lebeau membiarkan penyekat ruangan itu berada di ruangan Marie Antoinette. Ia bisa melakukan panggilan alam di balik penyekat itu. Adalah tugas tahanan bernama Barassin yang membawa buangan dari ruangan Marie Antoinette.
Meskipun pita itu disita dari tangan Rosalie, namun Rosalie masih memiliki sepotong kain, yang diberikan saat suami istri Richard masih ditahan. Hebatnya, kain ini akan ia jahit di pakaiannya, dan dibawa hingga seumur hidup Rosalie.
Hampir setiap hari Rosalie membersihkan sepatu Marie Antoinette yang terbungkus lumpur. Suatu hari, seorang petugas yang datang ikut membersihkan lumpur di sepatu menggunakan pedangnya. Hal ini membuat Rosalie terkesima mengingat semua petugas yang datang bertemu Marie Antoinette dilarang untuk berbuat baik meskipun itu hal yang remeh. Di lain hari, para tahanan dari luar jendela memanggil Rosalie untuk mendekat membawa sepatu Marie Antoinette. Mereka menciumi sepatu itu. Konon para tahanan ini adalah pendukung kerajaan.
Saat melihat ke luar jendela, Marie Antoinette memanggil Rosalie dan menunjuk ke seorang biarawati yang tampak khusyuk berdoa. Rosalie mengatakan bahwa biarawati itu berdoa untuk sang bekas ratu. Giliran ayah Rosalie datang menjenguk sang anak. Namun pak Lebeau membatasi ayah Rosalie yang bernama Francois de Lamorliere hanya bertemu 5 menit saja. Pak Lebeau berkata "keluarga saya juga saya larang menjenguk karena saya memang dilarang menerima pengunjung. Setelah ini, jangan datang lagi".
Setiap malam, Marie Antoinette tidak diperbolehkan tidur dengan lilin menyala. Satu-satunya penerangan adalah dari jendela, dari lampu minyak yang berkedip-kedip yang berada agak jauh dari ruangan Marie Antoinette. Memasuki bulan Oktober, cuaca mulai dingin terutama pada malam hari. Rosalie sengaja pura-pura bekerja selama mungkin di ruangan Marie Antoinette agar lilin di meja tetap menyala. Tak lupa ia juga menghangatkan pakaian tidur dan penutup kepala bekas ratu malang ini, agar ia merasa lebih hangat. Perasaan kedinginan sang bekas ratu ini diperparah dengan kondisinya yang mengalami pendarahan. Biografernya mengatakan, ia menderita kanker rahim. Namun ia menolak dipanggilkan dokter. Ia merasa bahwa dokter tidak dapat mengobati penyebab penyakitnya itu.
Tanggal 14 Oktober 1793, persidangan dimulai. Pagi jam 8, Marie Antoinette sudah dibawa pergi tanpa sempat sarapan dan menjalani persidangan seharian hingga malam. Tanggal 15 Oktober pagi jam 8, Rosalie mendengar orang-orang berkata "Marie Antoinette menjawab seperti malaikat. Ia akan melewati persidangan ini dengan baik, ia hanya akan diusir keluar dari Perancis" Pada akhirnya jam 4 sore, Rosalie dipanggil petugas untuk membawa makanan ke atas, ke ruang sidang Marie Antoinette. Persidangan ditunda 45 menit, namun Marie Antoinette tidak akan turun ke ruangan. Seharian penuh, perut sang bekas ratu tidak terisi makanan sedikitpun. Saat di atas, seorang kepala polisi dengan hidung rusak bernama Labuzire mengambil sup dari tangan Rosalie dan diberikan kepada selirnya. Ia mengatakan si selir ingin melihat Marie Antoinette. Namun karena tidak terbiasa, sup itu tumpah separuh. Rosalie tak dapat membayangkan apa yang ada di benak Marie Antoinette menerima sup dari wanita yang tidak ia kenal sama sekali.
Beberapa menit selepas jam 4 subuh tanggal 16 Oktober, Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati. Mendengar itu, Rosalie merasa hatinya ditusuk oleh pedang. Di ruangannya, diam-diam ia menangis, meratapi nasib sang bekas ratu. Menurut Rosalie, pak Lebeau juga terpukul mendengar vonis Marie Antoinette, namun ia harus berpura-pura tegar. Jam 7 pagi, Rosalie diminta turun ke ruangan oleh pak Lebeau, sekaligus untuk menanyakan jika Marie Antoinette ingin makan. Di ruangan, Rosalie melihat sang bekas ratu menatap ke arah jendela. Salah satu tangannya menopang dagu. Dengan gemetar, Rosalie berkata "ibu tidak makan apapun tadi malam, juga hampir tidak makan apapun seharian. Apakah ibu mau makan sesuatu pagi ini?" Marie Antoinette menjawab dengan sedih "saya tidak perlu makan apapun lagi, anakku. Segalanya sudah usai" Rosalie bersikeras "saya punya kaldu dan mie pasta di atas kompor. Anda butuh tenaga. Saya akan menyiapkan untuk ibu" Marie Antoinette pada akhirnya meminta kaldu. Namun ia hanya bisa memakan satu dua sendok makan. Setelah itu Rosalie pergi ke atas. Meski tidak dihabiskan, Rosalie meninggalkan sup itu di meja. Jam 8 pagi, Rosalie kembali untuk membantu Marie Antoinette berganti pakaian. Rupanya saat Rosalie absen, pak Lebeau atau petugas lain datang membawa sepotong pakaian putih dan penutup kepala putih. Marie Antoinette disarankan mengenakan pakaian putih untuk eksekusinya. Mengenakan pakaian berkabung akan membuat masyarakat yang menonton senang dan menghina dirinya. Semenjak Louis XVI wafat, sang janda mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam dan juga penutup kepala hitam. Marie Antoinette tidak keberatan dengan saran ini. Ia juga mengenakan pakaian dalam yang bersih. Sambil memberi arahan, sesekali Marie Antoinette memakan kaldu yang ada di meja. Saat petugas jaga maju ke depan, Marie Antoinette segera menutupi bahunya dengan penutup kepala. Ia memohon agar dibiarkan berganti pakaian dengan hormat. Namun dengan kasar, petugas jaga menolak. Ia harus mengawasi penuh tak peduli apapun yang dilakukan sang bekas ratu. Gulungan bekas darah dimasukkan ke dalam lubang dinding. Marie Antoinette mengenakan pakaian putih dan penutup kepala putih. Setelah itu Rosalie pergi tanpa berpamitan atau memberi hormat. Ia tak ingin sang bekas ratu yang menjelang ajal ini semakin bersedih. Di ruangan, Rosalie kembali menangis dan berdoa. Marie Antoinette dipenggal pada jam 12 siang pada 16 Oktober 1793. Beberapa petugas sidang menghampiri pak Lebeau dan meminta dipertemukan dengan Rosalie. Mereka meminta agar barang-barang mendiang Marie Antoinette dikemas. Sementara dus dan cermin pinjaman boleh diambil kembali oleh Rosalie. Kemudian suami istri Richard dibebaskan dan kembali bekerja di penjara bersama Rosalie, seperti biasa. Rosalie akan berhenti bekerja pada tahun 1799. Tepatnya setelah nyonya Richard tewas ditusuk oleh tahanan yang depresi dengan nasibnya.
Dua tahun kemudian, Rosalie melahirkan seorang putri yang ia beri nama seperti dirinya : Rosalie de Lamorliere. Tidak jelas siapa ayah dari sang putri. Rosalie tidak menikah. Putri Rosalie ini akan hidup hingga usia 94 tahun.
Mengetahui jasa Rosalie di akhir hidup ibunya, anak sulung Marie Antoinette dan Louis XVI menjalin hubungan dekat dengan Rosalie. Rosalie bertemu Marie Therese pertama kali pada 1814. Setelah itu, Marie Therese memberi Rosalie uang saku 200 Franc, namun hilang saat terjadi revolusi lagi. Dan pada tahun 1824, Marie Therese memberi uang pensiun kepada Rosalie.
Pada tahun 1837, biografer Marie Antoinette yang bernama Lafont d'Aussonne menulis dengan rinci hari-hari terakhir Marie Antoinette di Conciergerie berdasarkan pengakuan Rosalie.
Di usia lanjut, Rosalie hidup di rumah sakit yang khusus merawat pasien dengan penyakit yang tidak lagi dapat diobati. Ia bukan bekerja di sana dan juga bukan pasien, namun sebagai salah satu warga di panti jompo. Konon, servis ini ia dapatkan berkat jasa Marie Therese. Saat kritis, Marie Therese pula yang membiayai Rosalie di rumah sakit. Ia wafat pada 2 Februari 1848, hanya sebulan sebelum ia berulang tahun yang ke-80.